Saturday, December 25, 2010

You are in my heart

I can’t thank you enough for being there for me in my darkest time
For patiently listening to my whining and moaning about myself
I can’t give you one thing I desperately want to give you
You only have to know that you always have a place in my heart

Thursday, December 23, 2010

Straight, lesbi, homo

Lain ladang, lain belalang… Lain lubuk, lain ikannya. Peribahasa ini kaya’nya berhubungan erat sama interpretasi soal gandengan or pelukan.

Di Indonesia, kalau cowok sama cewek pelukan or gandengan, orang pikir itu mereka keterlaluan. Showing affection di depan orang banyak? WOW tabu banget … at least masih uneasy lah buat dilihat. Sekalipun sekarang udah banyak cowok dan cewek yang mulai gandengan dan pelukan di tempat umum seperti Mall tapi masih dilirik orang ….

Kalau cewek sama cewek pelukan or gandengan… itu nggak pa pa. Biasa aja dan nggak ada orang yang akan mengkategorikan mereka sebagai lesbian.

Kalau cowok sama cowok gandengan or pelukan, meskipun jarang banget kejadiannya tapi di Indonesia kaya’nya hal ini masih bisa ditrima dalam konteks guyon.

Nah … kalau untuk masyarakat ‘barat’ (Australia masuk ‘barat’ juga ternyata ya? Bukan selatan) gandengan dan pelukan ini bisa diartikan beda;

kalau cowok sama cewek gandengan, pelukan, ciuman, malah nggak pa pa.

Lha kalau cewek and cewek gandengan dan pelukan, pasti diliatin orang dikira lesbi.

Kalau cowok dan cowok pelukan dan gandengan … nah kemungkinan besar mereka homo…

Thursday, December 9, 2010

Aku salah

Aku salah…
Aku tidak akan pernah mampu menerimamu apa adanya…
Aku terlalu selfish untuk seperti itu…
Aku hanya menginginkanmu untuk diriku sendiri…
Atau tidak memilikimu sama sekali…
Aku tak akan sanggup bertemu denganmu saat ini…
Tidak…
Tidak saat kau tidak sendiri lagi…
Tapi siapa aku?
Aku hanyalah seorang yang tak boleh menginginkanmu…
Hanya seorang yang tak bisa memilikimu…
Kau akan melihatku tersenyum…
Kau akan melihatku tertawa…
Tanpa selintas sedih…
Tanpa setetes air mata…
Aku hanya punya cinta yang tak juga mau mati…

Monday, December 6, 2010

Betapa selfishnya Igor …

Hari Rabu, ada pertandingan futsal dan latihan dalang untuk pementasan wayang 5 bahasa. Aku yang memanageri tim futsal Sastra sudah ‘emosi tinggi’ karena beberapa pemain datang terlambat. Sempat berteriak marah di telpon ke salah satu pemain (maaf ya Leo…) … sampai ada sms masuk dari Igor:

Message received
‘Madam… hari ini aku nggak bisa latihan dalang.’

Sungguh sms yang datang pada saat yang salah…

Message sent
‘Kenapa?’

Message received
‘Aku mau jalan-jalan sama teman2 basket.’

DOOONNNGGGGG  wrong answer!!!

Aku langsung menelpon dan dengan usaha keras ngomong sesopan mungkin dengan menekan kemarahan sedalam mungkin…

‘Usahakan bisa datang sebentar sekalipun terlambat…’

“Ya…,” jawaban dari ujung lain

Lalu ada sms masuk beberapa lama kemudian:

Message received
‘Maaf madam… aku bener2 nggak bisa datang.’

That’s it … batinku … aku nggak mau memperpanjang emosiku … bisa mati muda aku ngurusin mahasiswa2 yang ‘tidak bertanggung jawab’…jadi aku biarkan saja sms itu tidak terjawab …

Keesokan harinya Igor datang ke pertandingan futsal. Aku yang masih emosi malas menyapa soalnya aku tahu kalau aku kelepasan omong sama aja aku cari musuh …
Sampai tiba2 dia berdiri di depanku dan bilang:

‘Madam, untung lho madam masih bisa ketemu aku hari ini… kemarin aku hampir mati.’

Aku memandang dia dengan takjub dan dalam hati aku bicara: “Astaga… anak ini … dimana-mana juga kalau ada orang nyaris mati tapi masih diberi kesempatan lagi buat ketemu teman2nya pasti akan bilang “Untung aku masih bisa ketemu kalian hari ini” bukannya “Untung kalian masih bisa ketemu aku” …gitu … emang kamu pikir penting ya ketemu kamu? Who cares?”

Aku nggak sanggup ngomong… aku memilih berlari ke pinggir lapangan futsal dan berteriak-teriak menyemangati tim Sastra…

Aku dan pulang

Mending aku tulis dan ngomong ke kamu langsung daripada aku nyesek sendiri. Di dalam pikiran dan hati orang yang pergi, tempat yang ditinggalkannya seakan membeku dan tak pernah berubah, begitu juga orang-orangnya. Waktu berhenti saat dia pergi. Sekalipun secara rasional dia tahu bahwa dia tak mungkin menghentikan waktu dan perubahan, tapi hati dan pikirannya tak mampu merasionalisasi semua itu. Karenanya aku malas pulang. Aku pernah mengalaminya dan tak mau mengalaminya lagi. Rasa asing melihat tempat yang dulunya adalah ‘rumah’ bagiku, dan rasa terasing ketika bertemu dengan orang-orang yang dulu menjadi bagian dari hidupku. Aku rindu pulang, tapi aku takut dengan semua itu. Aku, orang asing untuk diriku sendiri.

"Aku sudah berjalan terlalu jauh untuk bisa kembali
Aku sudah terbang terlalu tinggi untuk bisa pulang lagi"

Sunday, November 28, 2010

10 Things about Futsal sastra 2008-2009

Tahun 2008-2009, oleh coordinator futsal Sastra, Christ ’07, aku diminta menjadi 'manager' Futsal Sastra yang setelah ditinggal pak Stu jadi hidup segan mati nggak diterima akherat… Heheh sounds great ya …dengan kenyataan seperti ini:

1. Sastra minim cowok...duh... pekerjaan awal adalah menghimpun pemain dan nawarin ke every possible person untuk ikut futsal... dan dapat jawaban lucu: 'kalau renang bisa mam...' (Hendra '06) dan masih ditagih pula beberapa hari kemudian: 'Mam, kolamnya udah dibuat?’... 'Saya bisanya balap sepeda' (Hartono '08)…
2. Kumpul untuk latihan di Rabu sore jam 3 dan Sabtu pagi jam 6 and bahkan kumpul untuk tanding adalah tantangan tersendiri. Yang terjadi adalah beberapa peristiwa penculikan… Arswendi ’05 diculik dari kegiatan mencuci baju di Sabtu pagi… ‘Waduh… bu… gimana nih? Bajunya udah terlanjur tak masukkan mesin cuci.’ …; Steven ’06 diculik dari rumah sakit ketika sedang menunggu tantenya yang sakit … ‘Bu… aku lagi ndek rumah sakit ini… nunggu tanteku.’; CB ’05 diculik ketika dia sedang mengantar ibunya (nggak tanya kemana)… ‘Siap…mam… aku ngantar ibukku dulu…’; Leo ’05 diculik ketika sedang makan siang… ‘Iya mam… iya… iya… aku lagi makan…’… Semua kalimat diatas hanya aku ‘reply’ dengan kata ‘HASSSYAHHH… .’ dan mereka dengan penuh dedikasi latihan dan datang tanding futsal juga. Alasan tidak datang yang aku ‘iya’-kan dengan tulus ikhlas adalah ketika Frey ’07 mengirim sms saat harusnya dia datang bertanding dengan pesan ‘Mam… saya tidak bisa datang… anak saya sakit… tapi saya lain kali datang’…
3. Peristiwa paling buruk dalam pertandingan adalah ketika hanya 5 pemain yang muncul… cuma 5 tanpa cadangan… setelah nyaris tanpa kiper…
4. Pengalaman terburuk dalam latihan adalah ketika semua pemain udah kumpul, ternyata bola futsal tidak ada di tempat… diamankan secara tidak senonoh oleh Anton ’06… yang hari itu tidak datang karena harus menunggu 2 ponakannya yang sakit. Akibatnya manager mendapat cercaan dari anggota tim… karena dianggap tidak bisa mengantisipasi masalah… (FYI: Sastra cuma punya bola satu, itu masalahnya… sudah the one and only… masih nggak ada ditempat lagi…).
5. Pengalaman latihan rutin? Yah… begini… pemain yang cuma 5 aja tuh jarang banget bisa terkumpul 5. Jadilah beberapa kali aku memberanikan diri jadi volunteer ikut main futsal. Yang ada adalah mungkin latihan yang paling ‘sopan’ dan ‘penuh basa-basi’… ‘Maaf bu… maaf…’ … setiap kali aku tersenggol atau nyaris tertabrak… atau sekedar ‘anggukan kecil’ setiap kali ada yang mengambil alih bola dari kakiku. Pernah juga dipaksa untuk jadi ‘kiper’ … giliran yang menendang bola adalah Martinus ’03, yang aku lakukan adalah menghindari bola dengan sukses… gila kali… itu anak nendangnya kenceng bener… DUAAAAKKKK… Zuittttt…. ‘Mbok!!! Dadi kiper ki bolanya ditangkap! Kok malah menghindar??’ protes Anton ’06… Luweh… siapa juga yang mau ketabrak bola batinku…
6. Strategi tanding? 0-0-5 kata Licco ’03… ‘Maksudnya?’ … ‘Semua pemain defensive bu… nggak ada yang menyerang…’… itu juga udah setengah mati…
7. Kostum … ehhhmm … NONE … None Betawi lumayan, ini None Bule alias ndak punya. Kostum yang dipakai adalah kostum peninggalan pangeran Stuart Bruce dulu. Jadi tim absurd … contoh… Christ tampil sebagai Igor, Anton tampil sebagai Licco, CB tampil sebagai Dany… dsb… dsb… cukup membingungkan supporter yang nggak akrab sama pemain… Seragam itu sekarang dimana ya? Aku yang harusnya bertanggung jawab nih… tapi aku sedang hidup di rantau… jauh dari emak dan bapakku…
8. Sepatu yang dipakai adalah sembarang sepatu yang dipunya pemain, kadang pula bersepatu sandal, bersandal jepit atau bertelanjang kaki sekalian kalau latihan. Pernah dalam satu pertandingan, sepatu dipakai bergantian antara pemain dan pemain cadangan… mengharukan…
9. Sepi supporter... yang nyuporterin jarang… nyaris tak ada... untuk mengundang supporter harus meng-sms kian kemari or telpon ke sana kemari...
10. Pengalaman latih tanding terlucu… waktu latih tanding lawan anak SD yang kebetulan datang di Sabtu pagi… dan waktu Nyonyo jatuh dan nggak ada yang mampu mengangkat…


Dengan kenyataan di atas, apa sih yang jadi alasan aku tetap bertahan? Motif or cita-citanya sih sederhana, biar kecil Sastra harus exist, udah kecil terpencil letaknya, nggak banyak dikenal orang lagi masak nggak berani ‘bertempur’ sama jurusan lain?
Yuppie… jaman itu emang jaman susah tapi buat aku yang penting tuh ‘opportunity’ untuk dikenal orang lain. Biar kalah atau menang, yang penting mau usaha. Jadi… waktu beberapa saat yang lalu aku dengar Futsal Sastra menang di pertandingan (tahun 2010), rasanya 'terharu' dan 'bangga'. Karena … whatever happens, aku merasa sudah menjadi bagian dari tim itu.
Lewat tulisan ini aku juga ingin mengucapkan terima kasih buat pemain-pemain Futsal saat itu: Arswendi ‘05, Cb ‘05, Leo ‘05, Anton ‘06, Christ ‘07, Hermanto Pali ‘02, Steven ‘06, Ronald Nyonyo ‘06, Frey ’07, yang berdedikasi untuk membela sastra …
Thanks juga buat Martinus ‘03 yang sempat melatih, meminjami kaos dan meminjami bola, dan dedikasi tingginya untuk berjuang bersama tim Sastra sampai di detik-detik terakhir wisuda…
Dan Anggita ’06, Anita ’07, Ayu ’07, Marsha ’07, Agnez ’07, Danty ’08, Igor ’04, Dany ’04, Yoedha ’04, Afuk ’04, Seto ’04, Licco ’03, Oq ‘06, Enk ’00, Metta ’04, Benny Sahputra ’04,Adrian ’07, Willy ’08, David '06, mbak yang temannya Arswendi dan Cb, untuk kesetiaannya jadi supporter, jadi penggembira, dan jadi pemain penggembira (especially Enk dan Benny)...
Adakah yang kelewatan?… kalau ada yang kelewatan tunjuk jari ya… thank you…

Wednesday, November 24, 2010

How many login names and passwords you have to remember?

Mine are (now):

3 active e-mail addresses login names and passwords
1 library login number and password
1 journal login number and card barcode number
1 FB login name and password
1 Friendster login name and password
1 Twitter login name and password
2 YM login names and passwords
1 Youtube login name and password
1 mobile phone login name, password and pin number
1 internet login name, password and pin number
1 account login name and password for internet transaction
1 account number and password for my savings
1 laptop password
and ... 1 blog login name and password for sure...

How can a poor old fellow like me survive this modern world with so many things to memorize?

Monday, November 22, 2010

Strawberry dan Coklat

‘Kamu mau pesan apa?,’ tanyamu
‘Biasa… milkshake ……’
‘…strawberry dan coklat,’ tukasmu
‘He eh ….,’ jawabku mengiyakan
‘Ternyata ada hal-hal di dunia ini yang tak berubah,’ katamu
‘Pengkalimatan yang ekstrim…,’ jawabku
‘Maksudmu?’ tanyamu
‘Hanya karena aku penyuka milkshake strawberry dan coklat dari dulu sampai sekarang, bukan berarti aku tidak berubah,’ kataku
‘Aku selalu suka mencoba hal-hal baru kecuali mencintai yang lain,’ katamu tiba-tiba
‘Maksudmu?’ aku ganti bertanya
‘Kau tahu… aku tak pernah bisa berhenti mencintainya,’ jawabmu
‘Selama itu? Kau masih menyimpan cinta setelah sekian lama?’ tanyaku setelah sadar siapa yang dibicarakannya.
‘Ya…. . Menyedihkan bukan?’ katamu sambil memanggil pelayan untuk memberikan pesanan.
‘Kau tak pernah kelihatan sedih,’ tuduhku
‘Kenapa harus kelihatan sedih? Sudah cukup menyedihkan bagiku untuk ‘merasakan’ sedih dan tidak ‘menampakkan’ sedih,’ katamu sambil memandangku
‘Hmmm … entahlah. Aku kira cinta itu sudah lewat,’ kataku mengambang
‘Aku heran… kenapa waktu itu kau tidak berjuang untuk mendapatkan cintanya? Kau bukan tipe yang gampang mengalah begitu saja…,’ aku ganti bertanya padamu
‘Kau tahu perempuan itu kan?,’ tanyamu tanpa menjawab pertanyaanku
‘Ya… aku tahu … tapi aku tidak tahu banyak kecuali info standardnya. Nama… apalagi ya? Nampaknya hanya itu yang aku ingat,’ jawabku sambil tertawa kecil.
‘Aku pernah bicara dengan perempuan itu. Tidak untuk menyudutkannya… jangan khawatir…,’ katamu menenangkanku
‘Kami mengobrol ….,’ lanjutmu
‘Dan kau tahu? Perempuan itu sungguh memujanya… dimata perempuan itu, dia adalah hal terbaik yang pernah ada. Perempuan itu bilang kalau apa pun akan dilakukan untuk dia… Perempuan itu begitu mencintainya … Aku melihat dari sorot matanya… Perempuan itu begitu bahagia karena boleh mencintai dan dicintainya….’
‘Lalu kau sendiri?’ tanyaku
‘Itulah … aku tak yakin cintaku padanya sebesar cinta perempuan itu padanya. Aku tidak yakin mataku berbinar-binar dan pipiku memerah ketika aku bicara soal dia. Aku tidak yakin kalau aku mau melakukan apa pun untuk selalu dicintainya,’ jawabmu
‘Jadi kau korbankan dirimu untuk perempuan itu? Apa kau pernah bertanya pada laki-laki itu tentang apa yang dia inginkan?’ tanyaku
‘Aku tidak perlu bertanya apa-apa…tidak ke siapa-siapa… aku tidak mau menghancurkan yang ada …bisa tetap mencintainya sudah cukup buatku,’ jawabmu
‘Sekalipun itu menghancurkan hatimu?’ desakku
‘Ya … seperti kau yang mencintai strawberry dan coklat dan akan terus begitu… aku juga mencintainya dan akan terus mencintainya …,’ katamu sambil tersenyum

Monday, November 15, 2010

Igor dan Komputer di ruangku

Igor adalah salah satu ‘pelanggan’ komputer berinternet gratis di ruangku. Dia bisa sangat ‘jinak’ kalau di depan computer, bisa berjam-jam tanpa bicara. Kesetiaannya pada komputer di ruangku pernah menerbitkan kesimpulan dibenakku yang tak pernah kuungkapkan karena aku tidak siap dengan jawaban ‘gila’-nya: “Coba ya … kid … kalau kesetiaanmu sama cewek2mu itu sama dengan kesetiaanmu sama computer ini, pasti kamu nggak akan kesulitan dapat cewek impianmu…”
Saking jinaknya dia kalau di depan komputer, aku selalu merasa nyaman2 saja kalau dia ada di ruangku. Tidak ada kewajiban untuk menyapa atau ngajak ngomong. Tidak juga untuk menawari makanan karena dia ‘picky’ kalau soal makan… kemungkinan besar dia lebih suka menyan daripada makanan (ini juga aku nggak tanya…). So … aku bisa bekerja dengan tenang (meskipun sering aku pasang headset untuk menghindari mendengar suara ‘cempreng’-nya waktu dia tiba2 kumat nyanyi2 “STAN BAK MI …”).

Thursday, November 11, 2010

Welcome to Cyberworld

In 2008 two students, Anton and Igor, introduced me to Friendster. It is the first cyber social networking I log myself in. I was a bit sceptical about this kind of cyber networking, kinda wasting time when I had quite many REAL social networkings. But then it went just fine. I started to enjoy exchanging messages and filling in questions in Friendster in an ON-OFF MODE. Meaning that I would log in when I really had time to do it, not because I wanted to.
At almost the same time, Pak Ridwan Sanjaya introduced me (us actually, because it was a whole bunch of staffs in Unika) to the blogger world. Born as an extrovert who was not patient enough to write but to speak things in my heads up, I struggled to write things in my blog. It was not difficult to find things to write as I am a dreamer, full of fantasies kind of person but it is hard for me to patiently arranging my ideas words by words in an enjoyable flow. I did not feel OK, but I learnt to patiently put ideas in my head into my writings.
When I learnt that Youtube is popular and I am able to upload videos, I made a Youtube account. Can’t really remember the login and password now but I think that my account will just stay there (or not??).
Then came the time when I suddenly missed my old friends. I tracked most of them through the real network but I still missed one particular person that I really wanted to find. That was when I registered to Facebook. I found this person all right and I also found many other friends, old and new friends. Facebook gives me a way to keep in touch with my friends after I move to a far away place, the downunder.
The fact that I (and my children) needed a cheap way to communicate intercontinently with Goen made me decide to join Yahoo Messanger. Sure enough, I could call him through my YM net with local charge. I can’t say thank you enough to this technology though I rarely use it anymore because I (and my children) have moved with Goen now.
Three months ago, my school friends talked about Twitter and I decided to have a Twitter account just to peep and find out what it is. Never really use this account but quite contented to know how it works.
So and so …
I think I’ll stick to my FB account to get in touch with people (in On-Off mode too) because I am not a person who has enough persistence to update my status often such as expected in Twitter (It will be deadly boring and weird if my Twitter status update is like ‘48ikecool Joke Hermes, Reading Women’s Magazines, p. 4’ … and in the next couple of hours … ‘48ikecool Joke Hermes, Reading Women’s Magazines, p. 58’ … and in the following day … ‘48ikecool Joke Hermes, Reading Women’s Magazines, p. 127’ …).
I do check my Twitter account just as I once in a while visit and drop things in my Friendster (I am not using Friendster often because I think it is designed for young people; its features, formats and customs make an old person like me got completely lost … so many pictures, so many colours, so many unreadable fonts which are ‘cool’ for young people but really hurt my eyes).
And I think I can always count on my blog when I want to pour my ideas, dreams, stories, and fantasies. Not many and not qualified writings I am afraid, but I write better now, I think, compared to the time I started my blog.
I might change my mind later… but FB and Blog just serve me fine these days.
And one final thing, I still keep my e-mail addresses for sure. They are older day cyber worlds that are preserved for my formal communications and they still work superbly smooth and neat.

@48ikecool

Ps. It is sometimes a pain in the … u know… to remember all those login names and passwords… but I have to face it anyway… No regret…

Sunday, November 7, 2010

Hantu/setan berbahasa Inggris

Takut sama hantu/setan? Waktu aku S2 di UK aku punya keyakinan bahwa aku akan baik-baik saja dan nggak akan diganggu sama hantu/setan di sana karena mereka nggak doyan sama aku yang orang asing.
Nah… gimana dengan hantu/setan di Aussie ini? Pertama datang… keyakinanku sama dengan waktu aku di UK… bahwa hantu/setan disini nggak doyan sama aku yang orang asing. Tapi waktu awal tahun ini aku di undergraduate computer lab sendirian… tiba-tiba aku menemukan alasan lain kenapa aku sekarang takut ketemu hantu/setan di Aussie ini…
Dengan asumsi hantu/setan di sini berbahasa Inggris, aku pasti akan melupakan semua kemampuanku berbahasa Inggris kalau aku tiba-tiba ketemu sama mereka… jadi kalau mereka ngomong sama aku terus aku nggak bisa mudeng, nggak bisa njawab or ngomongku salah and mereka jadi marah gimana? Bukannya tambah kacau tuh…

Sunday, October 31, 2010

Kalau aku tahu yang Igor pikirkan …

Ada kalanya Igor pintar juga…

Sore itu aku agak ‘high temper’ karena harus koreksi draft skripsi mahasiswa yang bahasa Inggrisnya bikin EmU (emotionally unstable…). Emosi yang terpendam ini serasa mendapat penyaluran waktu Igor muncul dan melakukan hal-hal yang nggak mutu seperti main gitar ngawur, nyanyi ngawur keras-keras, ngegodain cewek-cewek sampai mereka menjerit-jerit… dan ini yang penting… draft skripsinya belum menunjukkan progress apa-apa… Jadilah aku ‘terpanggil’ untuk secara panjang lebar menasehati dia. Aku sudah nggak ingat detailnya apa saja yang aku ngomongkan karena itu nggak penting… yang penting adalah emosi tersalurkan… dan dia juga dipastikan tidak ingat apa yang aku bilang karena dia pasti tidak mendengarkan… Yang sangat aku ingat hanya kalimat terakhirku yang aku ucapkan dengan nada kesal, ‘Aku nggak ngerti apa yang kamu pikirkan!!!
Dan dijawab Igor dengan kalem dan polos, ‘Kalau madam tahu apa yang aku pikirkan pasti madam nggak mau… pikiranku isinya cewek-cewek… …

You’ve got the point kid… you’ve got the point!!!

Tuesday, October 26, 2010

Only Fools...

Only fools refuse to see the faults in those they love ... (Deltora Quest 3 'The Isle of Dead' - Emily Rodda ...

Move on

Tangled in a web...

Aku tahu hanya aku yang bisa melepaskan diri dari ikatan yang membelengguku. Tapi aku tak bisa pergi tiba-tiba tanpa kau tahu, tanpa kau merasa. I have to move on. Terlalu banyak hal di luar sana yang terlalu berharga untuk kubiarkan begitu saja. I must move on. Hidup ini terlalu berharga untuk dibuang, terlalu berharga untuk di sia-siakan hanya untuk sekeping hati yang sedih.
Let it go
Hold my head high
Blink back the tears
smile
move on
leave it behind...

Friday, October 22, 2010

Mereka bukan orang …

Ini episode makan yang melibatkan diriku, Danty (lagi), dan Anton. Aku tidak terlalu lapar waktu itu tapi aku tahu kalau aku harus makan (aku tipe orang yang kalau ‘underpressure’ tidak doyan makan), jadi aku memutuskan untuk keluar makan. Karena di ruanganku ada 2 mahasiswa maka aku mengajak kedua mahluk itu pergi makan. Sudah menjadi kebiasaanku kalau mengajak makan mahasiswa, mereka sudah pasti harus bayar sendiri karena aku kan bukan dompet berjalan. Kami memutuskan untuk makan di warung mie ayam di daerah Sampangan mengingat budget Danty dan Anton sangat cekak.
Sampai di warung itu aku, Danty, dan Anton memesan semangkok mie dan segelas es teh. Sambil menunggu pesanan Anton curhat kalau dia sudah 3 hari tidak makan dengan ‘proper’ dan Danty bercerita kalau uang yang dia bawa adalah uang terakhirnya. Ketika pesanan datang, dengan sekali tarikan nafas Anton menghabiskan mie ayamnya. Danty menyusul kemudian. Aku masih menikmati mie-ku dengan perlahan.
Aku memang terlahir dengan tongkrongan gahar namun dengan hati yang sensitive karenanya ketika aku melihat betapa cepat mereka menghabiskan makanan, di lubuk hatiku yang paling dalam aku tahu kalau mereka lapar. Aku tak sanggup melihat mereka memandangi makananku yang baru separo habis. Karena itu aku dengan prihatin (plus demi menjaga keutuhan makananku) menawarkan ke mereka, ‘Kalian mau nambah lagi? Kalau iya, aku yang bayar kekurangan uangnya deh.’
Gayung bersambut, mereka setuju untuk memesan lagi. Jadi mereka memesan untuk round ke-2, Anton dengan menu yang sama Danty memesan bakso.
Round kedua sudah terlalui dengan sukses dan aku sudah menghabiskan makananku ketika Anton tiba-tiba berkata, ‘Siji maneh ya??? Nanggung nih …’ Kepalang basah, aku mengiyakan. Jadilah ada round ketiga untuk Anton.

Aku salah mengajak teman makan rupanya… mereka bukan orang … mereka tempat sampah …

Monday, October 18, 2010

Untukmu hari ini

Ingin kutanya padamu tentang satu hal,

'Sebegitu sulitnyakah kamu untuk dicintai?'

Aku begitu menyayangimu dan aku merasakan sakit yang sangat saat kamu menyakiti orang lain. Aku ingin kamu berhenti menyakiti orang-orang yang mencintaimu dan mungkin kamu cintai.

Haruskah aku berlutut di depanmu dan memintamu berhenti?

Kalau pun aku bisa, kau tahu aku tak akan melakukannya...

Karena aku terlalu tak peduli padamu
Karena aku tak mau tahu tentangmu
Karena cintaku berdasarkan kebencian
Karena sayangku berdasarkan kemarahan

Aku tidak pernah bisa menyayangimu dengan lembut dan tulus...

Saturday, October 16, 2010

Ph.D

Once upon a time …, when Dany and I had lunch in Thomas Aquinas University Canteen… we figured out three stages of Ph.D…

1st year of Ph.D study leads to the title of ‘Possible head Damage’

2nd year of Ph.D study entitles a person with ‘Positive head Damage’

3rd year of Ph.D study inaugurates a person with ‘Permanent head Damage’

….

So everytime I want to give up … I just know that I have to keep on going because that’s what the title means anyway …

Wednesday, October 6, 2010

Taiko Sastra Unika- The very beginning…



Buat yang sekarang di Sastra, di tahun 2010 ini, Taiko Sastra udah nggak jadi nama yang asing di telinga lagi (semoga begitu deh)… n moga2 ke depannya Taiko Sastra juga bisa terus eksis n bisa lebih berkembang lagi dari bentuknya yang awalnya cuma sederhana.

Taiko tuh apa sih? Cek aja di Google.com ya… karena keterangannya bisa panjang lebar. Intinya ini sebenarnya kesenian dengan tambur besar (kendang besar) dari Jepang.

Bedanya dengan Taiko yang asli Jepang, Taiko yang Sastra Unika punya khas… TAIKO VAN JAVA (nama itu ditulis oleh Igor di external hardiskku, di bagian folder yang berisi rekaman Taiko Sastra Unika). Yup… benar … TAIKO VAN JAVA… karena ada gabungan antara gamelan sama pukulan Taiko model Jepang dalam pementasannya.

Kenapa aku bilang ‘pukulan Taiko model Jepang’ dan bukan ‘tambur or kendang’? Itu karena (hehehe… aku jawab sendiri…) … kita nggak pake tambur/kendang Jepang tapi pake kendang Jawa yang dipukul pake pemukul ‘drum’ modern.

Kok ada kesenian yang alat musik-nya kocar-kacir begini? Yah… itulah… karena Sastra Unika lebih menghargai kreatifitas ditengah keterbatasan daripada menyerah pada keterbatasan… (pinter kan ngeles-nya?).

Kreatifitas ini sangat-sangat nggak boleh dilepas dari peran Bapak EDY PURSUBARYANTO (dosen Fakultas Ilmu Budaya UGM) dan mbak MAYA WALTON (siswa pertukaran budaya dari Amerika) yang sudah dengan sangat ‘genius’ mengkolaborasikan pukulan Taiko Jepang dan gamelan. Kolaborasi pukulan Taiko, gamelan, dan tarian Jawa oleh mbak Maya, Pak Edy dan putra pak Edy yang penari (?) ini sempat pentas di Festival Budaya di Malaysia.

Pak Edy inilah yang dengan halus dan santun  berhasil memaksa group gamelan NIKIMUZIEKU mengiringi mbak Maya dan pak Edy bermain ‘Taiko’ pada pembukaan pementasan WAYANG 5 BAHASA DI SASTRA TANGGAL 12 JUNI 2009 (ini catatan sejarah… hahaha… penting!!!).
Memaksanya begini. Sebagai seksi acara aku harus memastikan kesiapan tim2 yang akan pentas wayang. UGM, Semata Wayang, akan tampil sebagai ‘guest star’ … so sehari sebelum hari H aku menghubungi pak Edy. Di tengah-tengah percakapan yang memakai bahasa Jawa halus, pak Edy berkata,’
“Mbak, mangke kangge acara pembukaan, mbak Maya Walton, saking Amerika, saged ngisi Taiko.”
“Oh… ngaten nggih pak… Taiko punika menapa?” tanyaku sambil mencatatnya di buku acara.
“Ah… punika gampil kok mbak. Mangke rencang-rencang saking Unika ingkang ngiringi ngangge gamelan.”
“Wahh pak, punapa saged? Dereng nate ngertos lan latihan?” kataku mencoba menghindar.
“Latihan sekedhap mawon saged kok. Punapa malih rak rencang-rencang Unika sampun biasa nabuh,” kata pak Edy halus.
GLODAK… GLUBRAK… TUEEENGGGG… rasanya kaya’ dipukul pake botol isi ulang Aqua yang berisi penuh air… rasanya mau muntah dan pusing… nyut…nyut…
PUJIAN dan TANTANGAN yang disampaikan dengan ‘sempurna’.
Aku menerima tantangan itu bukan sebagai ‘ike’ yang selalu tidak pernah berkata tidak terhadap tantangan, tapi karena bahasa Jawa halusku terbatas untuk bisa ‘mengeyel’… :D

Walhasil, malam sebelum pentas wayang… setelah gladi resik semua pertunjukan Wayang yang akan tampil… kami para penabuh gamelan ber- ‘HARAKIRI’ berlatih ‘BINDRI’ … lagu yang akan dipakai kolaborasi dengan pukulan Taiko mbak Maya setelah sebelumnya mbak Maya dan Pak  Edy memberi pengantar pendek tentang Taiko…

Betul-betul tantangan tersendiri… apalagi ritme-nya makin lama makin cepat sesuai dengan pukulan mbak Maya… koordinasi tangan, mata, telinga jadi kacau beliau… chaotic banget pokoknya… nggak jelas main gamelan apa ‘ngamuk’ gamelan…
Tanyakan pada saksi mata dan saksi hidup para pemain gamelan saat itu (ocha, inez, anita, ayu, bunga, shinta irawan, etta, rina, yona), komentarnya pasti macam-macam… ada yang mukul ngawur, ada yang terus bengong, ada yang gamelan-sync (plesetan dari Lip-sync), Thanks God ada pak DALMIRI yang memainkan gamelan dengan sungguh sempurna, cepat, canggih dan menutupi kekurangan yang lain. Yang jelas begitu satu sesi selesai, semua pemain ambruk di atas alat masing2… FIUUUHHH…

Dari acara pembukaan Wayang 5 Bahasa itulah Taiko Sastra berkembang…

Ps.
Special-very special thanks buat Pak Edy dan mbak Maya Walton yang sudah memberi ide buat Taiko Sastra Unika…
Dan satu lagi thanks berat buat BU HENY yang sudah memperkenalkan Sastra dengan Pak Edy… kapan kita bertandang ke Yogya dan ‘jam session’ wayang dengan anak-anak Semata Wayang UGM bu?
Ke pak TR juga yang sudah saya bingungkan untuk mencari notasi ‘Bindri’

Monday, October 4, 2010

I wonder

Ini pertanyaan yang garing sebenarnya … I just wonder apa orang lain juga merasakan hal yang sama. Goen dan aku sekolah di Universitas yang sama sekarang ini. Rute kami sama karena gedung kami berseberangan. Jadi kadang kami ketemu nggak sengaja entah itu di rute rumah-universitas atau di depan gedung atau di tempat lain … dan my heart always feels warm when I see the glimpse of him and I beams whenever I have a chance to greet him and talk to him… Jadi kalau aku lagi jalan aku selalu clingak-clinguk berharap ketemu dia … …ayayayayaya… ;p

Sunday, September 26, 2010

Pesan

Kau pernah berpesan padaku
Kalau kau mati lebih dulu dari aku
Kau ingin aku bilang ke ayah ibumu kalau kau mencintai mereka

Aku bilang padamu waktu itu
Aku tak mau bicara soal mati
Dan kalau pun kita mati biarlah yang hidup yang mengurusi kita

Kau pernah menulis pesan untukku
Kalau kau ingin mati lebih dulu dari aku
Karena aku baik katamu

Aku tak menjawab apa pun waktu itu
Karena aku tak akan sanggup melihatmu
Terbujur kaku di depanku

Thursday, September 16, 2010

Perempuan itu tak mengerti…

Pernah aku dan Igor makan di sebuah tempat yang mahal untuk ukuran Semarang. Kami duduk di bagian ‘Smoking area’, ada dua meja di sana… satu meja kami… satu meja lagi ada orang Jepang (expatriate) yang ditemani seorang perempuan Indonesia (escort? Nggak tahu ya… waktu itu lagi nggak mau mikir…).

Sambil menunggu makanan datang Igor yang waktu itu sedang kesengsem berat sama Monhal (Monika Halim) bercerita soal sms antara gadis itu dan dia. Setelah bosan cerita tentang sms-sms itu, kami berdua lalu meracau mencoba menterjemahkan ‘bebas’ bahasa Jepang di TV NHK yang ada di rumah makan itu ke bahasa Indonesia. ‘Terjemahan bebas’ kami ternyata menarik perhatian orang Jepang di meja sebelah yang kemudian menjelaskan apa yang sebenarnya ditayangkan di TV itu … hehehe… ya maap pak… saya ndak paham…

Waktu kami bicara dengan bapak dari Jepang itu dan mulai makan setelah pesanan kami datang, perempuan yang bersama orang Jepang itu kulihat beberapa kali mencuri-curi lihat kearah kami dengan pandangan curiga. Sepertinya dia mencoba untuk menebak-nebak hubunganku dengan Igor. Aku jelas terlihat jauh lebih tua dari Igor yang 14 tahun lebih muda. Aku dan Igor mungkin bisa masuk kategori ‘tante girang dan brondongnya’; hanya pakaian, jaket, tas ransel, mukaku yang apa adanya, dan topik obrolan kami yang super ngaco… tidak memungkinkan kami masuk kategori ini. Tapi ‘possibility’ itu masih ada...

So…
hal yang paling aku nikmati dari episode makan ini adalah kebingungan dan ketidakmengertian di wajah perempuan itu ketika ternyata kemudian Igor yang mengeluarkan dompet dan yang membayar makanan yang kami makan.

wkwkwkwkwkwk… what a life…

Ps
Aku juga tidak tahu kenapa kami makan di sana karena tadinya Igor bilang mau mentraktir aku minum kopi. Tapi berhubung aku kenal sifat Igor yang ‘go with the flow’ alias pergi kemana ‘angin berhembus’ ya aku nurut-nurut aja, lagian siapa juga orang waras yang nolak ditraktir di rumah makan itu *matre mode :on*.

Friday, September 10, 2010

Angel and Devil

There will be no angel without a devil...
so it says ...

That's why an angel will need a devil...
and a devil will need an angel...
to be complete...

There will be fight... numerous fights...
bloodshed, teardrops, heartbreaks ...
sorrow, misery, agony ...

but they are inseparable ...
forever ...

@48cool

Tuesday, September 7, 2010

Pesan Pendek Terakhir Untukmu

Aku berusaha menghubungimu pagi tadi
Seorang lain mengangkat telpon itu dan tiba-tiba berkata padaku, ‘Kau ingin tahu apa dia masih menginginkanmu? Dia bilang dia akan memikirkanmu sampai malam ini saja, tidak setelah itu.’
Aku ingin bertanya, ‘Kenapa?’
Namun koneksi telpon putus
Aku berusaha menghubungimu lagi
Tak juga tersambung
Kalau memang itu keputusanmu, aku tak akan mengusikmu lagi.
Aku hanya akan menulis pesan pendek padamu,
‘Thank you for everything :). Good bye :( .’
Pesan pendek terakhirku untukmu.

Thursday, September 2, 2010

Misuh = bebas

Di Aussie ini, yang paling kasihan (dalam hal ‘bahasa’) adalah English speaking people lho … Basically bahasa mereka adalah bahasa Inggris, bahasa yang dimengerti oleh banyak orang, jadi kalau mereka lagi ngomongin seseorang atau sesuatu yang bukan untuk konsumsi umum meskipun mereka bisik-bisik tetep aja orang bisa tahu mereka ngomong apa (aku nggak bermaksud nguping sih… tapi otomatis denger aja… lha piye??). On the other hand, orang-orang lain (non-English speaking people) yang berasal dari berbagai tempat lain di bumi ini ‘lebih beruntung’ karena mereka/kami bisa ngomong pake bahasa nasional dan/atau bahasa daerah masing-masing. Contohnya aku dan Goen yang bisa ngomong bahasa Jawa (yang jarang banget dimengerti sama orang di sini), bisa ngomong aneh-aneh (termasuk ngrasani orang) dan guyon pake bahasa Jawa tanpa ada orang tahu.

Uji coba pertama untuk membuktikan bahwa bahasa Jawa adalah bahasa ‘rahasia’, kami lakukan di halte bis di dekat Universitas waktu mau ke City buat jalan-jalan (tanpa anak-anak… :D…). Sambil menunggu bis, Goen cerita ttg temannya yg suka nggak nepati janji dan komentarku waktu itu ‘BYANGANE…!!!’ Goen tanya ke aku ‘kira-kira orang banyak yang ada di halte bis waktu itu ada yang tahu apa yg kami omongkan nggak ya?’ Aku jawab ‘kemungkinan besar mereka nggak ngerti karena tidak ada orang yang berwajah Melayu di halte itu. Cuma kalau kami ‘misuh-misuh’ (maki-maki) mereka pasti bisa menebak-nebak dari intonasi kami.’
Terus Goen uji coba dengan bilang ‘ASU…’ tapi dengan nada biasa… dan aku clingak clinguk ngeliatin ekspressi orang-orang di halte itu… ekspressi mereka lempeng aja…
Diteruskan dengan kata ‘DIANCUK…’ itu juga tidak mengubah ekspressi orang-orang itu… hehehe … Bahagianya karena bisa misuh-misuh tanpa ketahuan…
Oooopsss… have fun-nya harus berhenti karena bisnya datang …

Saturday, August 28, 2010

Cinta Sudah Lewat - Kahitna

Kadang ingin aku bertemu
Dan berbagi waktu yang terlalui
Sukar tuk sadari
Ku tak boleh mengingini

Reff:
Tanpa mu cinta tak berarti
Cinta sudah lewat
Tak kukira kan begini
Mengapa harus kau terikat
Meski t'lah terucap
Hanya aku yang ada di hatimu

Pernah kucoba menyisihkan
Namun hati tak rela tuk akui
Kenyataan yang ada kasih
Kau tak mungkin ada di sini

Tanpamu cinta tak berarti
Cinta sudah lewat
Tak kukira kan begini
Mengapa harus kau terikat
Meski t'lah terucap
Hanya aku yang ada di hatimu

Bila memang cinta tak harus slalu miliki
Namun nyatanya tak mudah melupakan

Tanpamu cinta tak berarti
Cinta sudah lewat
Tak kukira kan begini
Mengapa harus kau terikat
Meski t'lah terucap
Hanya aku yang ada di hatimu

Ooooo... ooo...

Tak kukira kan begini
Mengapa harus kau terikat
Meski t'lah terucap
Hanya aku yang ada di...
Hanya aku yang s'lalu di...
Hatimu.
 
Lyric downloaded from  http://www.lyricsbox.com/

Monday, August 23, 2010

I couldn't find time for me, I couldn't find time for you

‘Kadang ingin aku bertemu dan berbagi waktu yang terlalui … sukar tuk sadari ku tak boleh mengingini…’ – (Kahitna – Cinta sudah Lewat)

You know, last night I dreamt about you…
I wanted to tell you about my life lately …
Just wanted to share with you about my days…
Nothing more …
But even in that dream I did not have a chance to do it…
I sat beside you in that long dining-table, grabbed your arm, faced you and started to stutter…
‘You know… last Friday… I was in this gathering … there were bottles of wine around… …. ….’
I couldn’t finish my story as people came and I couldn’t avoid not greeting them first and moving on to give them my attentions…
I could not find time for me to tell you what’s going on…
I could not find time for you…

Jalan kecil di pinggir sungai

Ingatkah kau akan jalan kecil di pinggir sungai itu? Jalan dimana aku pernah berpapasan denganmu? Kau menggumankan sesuatu yang tak terlalu jelas kudengar dan aku menengok ke arahmu untuk tahu apa yang kau katakan. Kau ternyata menyapaku pagi itu. Sejak saat itu aku selalu berharap bertemu denganmu di jalan itu.

Pernahkah kita bertemu lagi di jalan itu? Aku tak tahu. Aku tak mampu mengingat.

Tapi aku hidup dengan harapan akan adanya pertemuan lain sampai kutahu bahwa kau sudah pergi ke kota lain.

Kini aku tak mampu lagi lewati jalan itu tanpa meneteskan air mata. Aku masih berharap aku bisa bertemu denganmu lagi di jalan itu.


Friday, August 13, 2010

Maafkan kami Khusnul …

Pengumuman kelulusan SMA selalu menjadi momen yang mendebarkan. Waktu itu aku diminta orang tuaku untuk datang ke pengumuman kelulusan SMA sepupuku ‘Nindya Iswarasari’. Igor turut serta datang di acara itu karena dia melihat acara ini kesempatan baik untuk keluar rumah dan cuci mata melihat gadis-gadis SMA.

Setelah acara-acara protokoler seperti defile, pidato, musik, dll., sampailah kami di puncak acara yaitu pengumuman kelulusan yang dilakukan di kelas masing-masing oleh wali kelas. Orang tua/wali duduk di dalam kelas sedang siswa menunggu di luar. Bapak wali kelas memanggil nama siswa yang lulus dan orang tua/wali maju ke depan untuk mengambil Ijazah. Siswa yang tidak lulus akan dipanggil setelah semua siswa lulus selesai dipanggil. Sangat gampang ditebak kemudian bahwa ternyata Bapak wali kelas memanggil siswa berdasarkan urutan alphabet.

Nah… ini dia… Nindya punya teman dekat… sangat dekat… sobat beratnya sejak kelas satu dulu yang kutahu bernama ‘Khusnul Chotimah’. Kalau Nindya termasuk ‘top rank’ di sekolahnya, Khusnul ini tipe yang harus sangat super duper ‘kerja keras’ untuk lulus. So… aku bisa maklum kalau bapak Khusnul juga kelihatan super tegang and nervous berat… .Waktu masuk kelas, aku sempat mengomentari tampilan bapak Khusnul yang super tegang ini ke Igor dan kekhawatiranku tentang Khusnul. Jadi selain kami berdua menunggu nama ‘Nindya’ dipanggil, kami juga menunggu nama ‘Khusnul’ dipanggil.

Siswa dengan nama berawalan ‘A’ sudah selesai dipanggil diteruskan ke ‘B’, ‘C’, ‘D’, ‘E’, ‘F’, ‘G’, ‘H’, ‘I’, ‘J’, ‘K’, ‘L’….

‘Aduh Gor… nama Khusnul kok dilewati ya?’ bisikku panik ke Igor.

‘Iya… sudah ‘L’…,’ kata Igor.

‘Lihat bapaknya Khusnul di sana… tegang gitu… kalau benar Khusnul nggak lulus… kasihan ya… . Tapi emang dia nggak pinter kaya’ Nindya sih…,’ kataku.

‘Mungkin namanya bukan Khusnul, tapi lain,’ kata Igor.

‘Nggak tahu ya… setahuku sih namanya ‘Khusnul Chotimah,’ jawabku.

Igor tidak menjawab tapi wajahnya kelihatan khawatir.

dan kemudian ‘N’…

‘Aduh… nama Khusnul belum dipanggil juga….,’ kataku sambil kemudian maju ke depan diikuti Igor karena nama Nindya dipanggil.

Diluar kelas aku tidak berani melihat Khusnul yang berdiri dekat Ibunya dan Nindya. Aku langsung memberikan ijazah ke Nindya dan mengucapkan selamat sampai tiba-tiba aku melihat Khusnul memeluk bapak dan ibunya dengan wajah lega…

‘Lho… lho… sik… sebentar… KHUSNUL LULUS?’ batinku

‘Khusnul lulus Gor…!’ kataku ke Igor.

Aku kemudian berjalan mendekati Nindya dan bertanya, ‘Nama lengkap Khusnul siapa Nin?’

‘Nur… Khusnul Chotimah…,’ kata Nindya enteng

Maafkan kami Khusnul, kami nyaris tidak meluluskanmu….

Friday, August 6, 2010

Kau yang tak kembali …

Hari itu kau bertanya padaku, ‘Maukah kau menemaniku membeli tiket kereta?’

Dan aku katakan, ‘Ya.’ Aku tahu kau akan pergi.

Lalu kubilang, ‘Aku ingin minum kopi.’

‘Setelah membeli tiket kereta, kita minum kopi,’ katamu.

Setelah membeli tiket kereta, kita pergi minum kopi. Berdua kita memesan kopi dan mengobrol. Karena lapar, aku memesan ‘Battered Fish.’ Aku sedang menikmati makanku waktu tiba-tiba kau bilang, ‘Boleh aku minta sedikit?’ Aku mengangguk dan memberikan pisau dan garpuku padamu. Hal yang tidak biasa, karena biasanya kau tidak pernah mau ‘share’ makanan.

Kita masih terus mengobrol. Kau pun tampaknya merasa lapar dan memesan ‘Cordon-bleu Chicken’. Kau memotong ayam dengan pisaumu, mencocoknya dengan garpu … dan tiba-tiba menyodorkannya di depanku dengan kedua tanganmu, ‘Ini untukmu.’ Lalu menambahkan dengan tersipu, ‘Aku seperti memberi bunga ya?’ Aku memandangmu dengan pandangan tidak mengerti, tapi kuterima garpu dengan potongan ayam itu.

Kita masih melanjutkan obrolan kita sampai kau berkata, ‘Sudah sore, aku harus pulang karena aku belum ‘packing’. Dan kau meneruskan, ‘Kalau besok aku kembali, kita ke sini lagi ya?’

‘Sudahlah,’ kataku. ‘Nikmati saja kotamu yang baru, jangan tergesa-gesa pulang.’

‘Aku tidak akan lama-lama di sana. Kalau aku pulang, kita ke sini,’ katamu lagi.

‘Ya … ,’ kataku.

Kita berpisah hari itu, hari yang paling membahagiakan, namun juga hari yang paling menyedihkan bagiku. Karena kau tak pernah kembali untukkku lagi…

Tuesday, July 27, 2010

Aku

… mencintaimu…
seorang perempuan yang mencintai seorang laki-laki


…dan
… akan selalu mencintaimu …


@48cool

Sunday, July 25, 2010

Cake pandan hijau

Hidup memang seperti roda berputar, kadang kita di atas… kadang kita dibawah. Ini cerita saat roda bergerak ke bawah. Di bawah teriknya matahari musim kemarau, aku dan Igor yang waktu itu sedang menunggu pengumuman kelulusan SMA Nindya (sepupuku dan mantan pacar-nya) harus ‘share’ satu kotak makanan … yang berisi: satu aqua gelas, sepotong cake pandan hijau, sepotong resoles… Igor merelakan aqua gelas dan resolesnya untukku… dan dia mengambil cake pandan hijau. Ternyata oh ternyata… acara itu lebih panjang dari yang kami bayangkan… jadi setelah setengah jalan kami mulai kehausan dan kelaparan …
Aku tahu bahwa orang lebih cepat mati kehausan dibandingkan kelaparan jadi setelah acara selesai, aku menanyakan ke Igor apa dia mau beli minuman di luar dulu, dan dia menjawab seperti ini, ‘Aku nggak mau minum… aku mau cakenya lagi aja.’
‘Lha… tadi kan sudah kamu makan?’ jawabku
‘Itu ada satu…,’ kata Igor sambil menunjuk ke dalam kotak makanan yang sudah ditinggalkan yang punya dan sudah tergeletak di tanah.
‘Hah?’ kataku
‘Ayolah madam… cake-nya diambil…,’ katanya membujukku
‘Emoh ah… ambil aja sendiri…,’ jawabku
‘Madam aja…,’ igor mulai merajuk

ehhhmmmm…
Igor membawa cake pandan hijau itu waktu kami pulang.

Thursday, July 22, 2010

The Unsaid ... The Unspoken...

Can't say what I wanna say
Forget the words I should have said
Run out of words I am supposed to say
Afraid to trouble the same heart

Don't know what to do
Can't decide what is right
Can't follow the lead of my hearts
Scared to hurt the same heart

Feel hollow in silence
Feel empty at heart
Threading on thin ice
Worry to break the same heart

Keep the unsaid... unsaid...
Keep the unspoken... unspoken...
That's the best I can do...

*I'm sorry to trouble you...Don't resent me... never resent me for leaving you... it is just the way it should be... the best for both of us...*

Friday, July 16, 2010

Luka di tanganmu

Kau menunjukkan luka di telapak tanganmu...
dua kali dalam mimpiku...

di tangan yang sama ...
dan di tempat yang sama ...

tangan yang kuingin selalu menggenggamku...
tangan yang kuingin selalu memelukku...

Aku tak tahu arti mimpi itu untukku...
tapi aku bangun dengan rasa sedih yang sangat...

Tuesday, July 6, 2010

kamu yang selalu kucintai

Aku memandang tubuh di bawah shower itu
Tubuh yang kukenal baik selama bertahun-tahun
Tiba-tiba sedih merayap di hatiku
Benar kata orang
“semakin dalam kamu terlibat, semakin takut kamu akan kehilangan”
Aku takut kehilangan dia
Meski cuma sebentar
Aku ingin dia selalu ada untukku
Setiap saat
Aku tak mau dia meninggalkanku
Tidak lagi

Aku memandang tubuh yang sama yang berbaring di sebelahku
Aku selalu mencintai tidurnya
Mata indahnya terpejam dalam lelap
Aku suka memeluknya
Merasakan hangat tubuhnya
Membiarkan cinta mengalir ke tubuhku
Ketika cintaku sendiri membuatku mati
Aku tak bisa membayangkan hidupku tanpanya
Hidup yang kosong tak bermakna
Tanpa arah dan tujuan
Aku tak mungkin hidup tanpanya


*Untukmu yang selalu kucintai “Jangan pernah biarkan aku hidup tanpamu”*
on our 12th anniversary 1998-2010 - ikeidjo

Friday, July 2, 2010

Kau, Krishnaku

Kau bagiku
Seperti Krishna bagi Drupadi
Tak selalu hadir tapi ada
Dalam tawa dan dalam tangisku

Namun seperti panah Dewabrata di dada Amba
Semakin aku mencoba mendekat
Semakin dalam panah itu tertancap
Semakin dalam luka itu tercipta

Aku tak tahu lagi
sampai kapan aku mampu berjalan
Dengan luka di dadaku
Sakit tak tertahan

Thursday, July 1, 2010

Dia yang tak boleh disebut ‘goblok’

Another story tentang Igor…
Anak ini aneh …
Suatu sore di ruangku, Anita sedang chat dengan Monte di FB. Igor duduk di sebelah Anita, aku duduk diseberang lain di singgasanaku…
Tiba-tiba saja ketenangan bunyi ketikan di keyboard komputer dan laptop terinterupsi suara Igor yang MARAH dan TERSINGGUNG,

‘AKU NGGAK SENANG DIKATAKAN GOBLOK!!!!!!’

Entah apa yang diobrolkan Anita dan Monte, mereka sampai pada kesimpulan bahwa ‘Igor tuh goblok’ dan ternyata Igor mengintip ‘chat’ mereka … and ‘out of the blue’ dia meledak.
Anita dan aku saling memandang dan nggak ngomong apa-apa… kami tidak mau memperpanjang masalah meskipun aneh juga buat kami kenapa dia marah begitu. Kadang guyonan kami lebih kasar dari itu dan dia terima semua itu dengan rela-rela saja. Mungkin saat itu dia sedang PMS ya?

Beberapa hari berlalu sejak kejadian itu…
Aku dan Anita saat itu pada posisi yang sama, Anita di depan komputer dan aku di mejaku di sisi lain ketika tiba-tiba Igor datang dengan riang gembira dan menyapa kami sambil bilang, ‘Tahu nggak? Aku tuh ternyata GOBLOK …’ Aku lupa habis itu dia cerita apa tapi yang jelas aku dan Anita hanya bisa melakukan hal yang sama: 1. saling memandang dan 2. tak berkata apa-apa. Lha kalau sudah begini, siapa ya yang GOBLOK?


Nb. Sebenarnya kalau udah kenal dia lebih lama, kata ‘anak ini aneh’ tuh kadang bisa diganti dengan kata ‘dia mengharukan’ … Sebagai anak yang terkenal ‘celelekan’ dan banyak membuat orang lain ketawa dengan hal-hal bodoh yang dia lakukan, personally aku merasa kadang… atau sering ya… dia menyimpan semua kekecewaan dan penderitaannya dengan sangat tabah. Intinya dia bisa tertawa dan ngawur walaupun hatinya hancur… :p … Dia nggak banyak terbuka soal apa yang dipikirkan dan dirasakan (kecuali kalau dia lagi jatuh cinta… wkwkwk…) karena dia cenderung me-repress or menyembunyikan semuanya dengan cara ‘ignore’ those things. Dia cenderung lari dan mencari pemecahannya dengan menyibukkan diri dengan hal baru. Bukan hal yang bagus untuk dilakukan tapi mungkin itu ‘self-defense mechanism-nya’ …

Monday, June 28, 2010

"Broken Vow"

Tell me her name
I want to know
The way she looks
And where you go
I need to see her face
I need to understand
Why you and I came to an end

Tell me again
I want to hear
Who broke my faith in all these years
Who lays with you at night
When I'm here all alone
Remembering when I was your own

[Chorus:]
I'll let you go
I'll let you fly
Why do I keep asking why
I'll let you go
Now that I found
A way to keep somehow
More than a broken vow

Tell me the words I never said
Show me the tears you never shed
Give me the touch
That one you promised to be mine
Or has it vanished for all time

[Chorus]

I close my eyes
And dream of you and I
And then I realize
There's more to life than only bitterness and lies
I close my eyes
I'd give away my soul
To hold you once again
And never let this promise end

[Chorus]

http://www.azlyrics.com/lyrics/larafabian/brokenvow.html

Friday, June 25, 2010

Pergilah …

Ingin kukatakan padamu
…pergilah! …
ambil cinta ini dariku … please …
dan aku akan tenang…

tapi waktu kau pergi
aku tahu satu hal
aku tak akan bisa bertahan
karena kau bawa hatiku bersama pergimu …


@48cool

Sunday, June 13, 2010

Am I a Language Sinner (?)

Responding to my note ‘the side-effect’ of reading, Melao and Dwi Putranto raised another but very intriguing topic of Bahasa Indonesia. Dwi Putranto told the fact that there are now many Indonesian prefer English to Bahasa Indonesia while Melao said that some of her colleagues questioned her abundant using of Bahasa Indonesia in her FB statuses (I love her ‘sweetly … and deeply … statutes in Bahasa Indonesia…as a matter of fact.).

Those responses make me think about me and the language I use…

You’re correct if you also wonder about my motive writing this issue in English while perhaps I can also write this note in Bahasa Indonesia. But does it make me a language sinner if I wrote this note in English? Or if I chose to write this note (or all my notes) in Bahasa Indonesia… will it make me a traitor to my so-called ‘English Department’ group?

I grew up speaking two languages: bahasa Jawa and bahasa Indonesia … then I am exposed to English language. I am only able to write well in Bahasa Indonesia and English... still do not master both languages properly but at least people won’t find it difficult to understand my points. It is a pity that I am incapable of writing in Bahasa Jawa because I never keen to learn how to write it well (but I promise I will).

What those languages for me are like blood in my body … they give me life… to express my ideas and feelings. They are very much part of me that I don’t know why and when I opt for one when I have a choice (when I don’t have choice … of course… I’ll use the appropriate language … like I can’t use English when I was in ‘Arisan PKK’ at home…:D).

One of my Japanese colleagues, Kimi, told me that Indonesian who can speak more than one languages never find difficulties in switching and mixing the languages even in front of foreigners. She noted that Japanese could not do the same easily. I never realized that fact until she told me.

And I think Kimi is right. In a seminar I met some friends who can speak bahasa Jawa, English, and of course bahasa Indonesia, and we talked about lots of things switching, mixing, turning, chattering, and blabbering with these three languages interchangeably. I am not saying that we’re so good in those three languages that we mix the languages but more to we’re so limited in our way of expressing our worlds and perceptions if we use only one language (what is the translation of ‘meksa’ (Jawa) … ‘Huh… nek basane awake dhewe… analisane mau meksa.’ And what is the translation of ‘analisa’ in bahasa Jawa anyway… For me… “ouccchhh… it hurts” … is much better than “aduuuhhhh… sakit” … . And “wah… ngenyekmu jeroooo”… can’t be substituted with anything else).

I will say that whatever the language I use to speak (or write), that will be my own choice. When I mix them, it is not because I proudly want to show that I can speak English but it shows that I am not perfect, that I am limited in my mastering of those languages. But one thing for sure … whatever happens … I love to be an Indonesian (a Jawa…) who can speak and write in Bahasa Indonesia (and basa Jawa) … (and English). And I will use them properly (never perfectly though) … .

So if you choose to use a language instead of other(s) you know, it’s your free choice. Your heart will lead you in this matter…

Thursday, June 3, 2010

Sepotong pun nggak ada?

Makanan favoritku adalah mie. Sekalipun aku sudah berusaha keras untuk mendiversifikasikan makanan yang aku konsumsi, mie tetap prioritas utama dalam angan-anganku.
Di salah satu sore yang melelahkan aku super kepengin makan mie, karenanya aku mengajak Danty untuk makan mie di warung makan dekat kampus. Nama tempat makan itu “Mie *****”. Sampai di warung itu, kami duduk dan mulai memesan makanan. (Pj = penjual, Ik(e), Da(nty))

Pj : (mendatangi kami dengan note di tangan)
Ik : Mie ayam, mas… sama es teh manis…
Da: Aku sama … mie ayam … sama es teh manis …
Pj : Maaf mbak, mie-nya habis …
Ik : Huh??? (langsung ‘blank’ … bayangin aja… ini warung judulnya warung mie… tapi kok mie-nya nggak ada… lha aku terus harus pesan apa coba?)
Pj : Mie-nya habis mbak…
Ik : Habis? …. (terdiam sejenak) … sepotong pun nggak ada??? (dengan nada ngarep kelas berat).
Pj : (menggeleng dengan bingung)

Iya lah ya … kalau pun masih ada sepotong … bisa apa dia dengan sepotong bakmi itu …

*ketika kerinduanku pada mie sudah tak tertahankan… Hunny Bunny … aku pengin makan mie … huks huks huks*

Tuesday, June 1, 2010

Aku tak tahu...

‘Maaf,’ kataku padamu.
Kau diam tak menjawab.
‘Maaf, aku tidak datang kemarin,’ kataku.
Kau tetap diam.
‘Maaf. Aku membuatmu kecewa,’ kataku.
Kau tetap tak berkata apa-apa.
‘Aku tak melihat pesanmu,’ kataku.
Kau seakan tak mendengarku.
‘Aku sungguh-sungguh tak tahu kalau kamu meninggalkan pesan untukku,’ kataku.
Kau beranjak pergi meninggalkanku sendiri…

*Aku tak tahu hal mana yang lebih menyedihkan untukku: ketika kamu membuatku sedih atau ketika aku membuatmu sedih...

I'm sorry ... for letting you down...*

Wednesday, May 26, 2010

Igor yang ekspressif

Ini kejadian waktu nonton cuplikan film terbunuhnya John Lennon (Igor penggemar berat John Lennon) Chapter … via youtube di komputer ruangku . Waktu itu yang nonton bertiga: aku, Anita, dan Igor. Karena itu cuplikan pendek, aku membutuhkan konsentrasi penuh untuk memahami adegan yang ada. Detik demi detik berlalu… menit demi menit berlalu… sampai pada adegan ada moncong mobil muncul di kegelapan (settingnya malam). Tiba-tiba tanpa terduga di depan mataku ada jari telunjuk di depan monitorku yang menunjuk ke mobil itu… dan suara panic Igor: “ITU … JOHN LENNON PULANG!!!” … aku yang sempat kaget menjawab: “CEPAT… BUKAKAN PAGAR…!!! SIAPKAN AIR PANAS!!!”

Friday, May 21, 2010

Side-effect of reading

Since I was a kid, I heard so many times people said that someone should read a lot so they can be smart. I did (and am still doing it foolishly… :p)… but never people warn me about the side effect of reading. I just realized it later that none of the smarter I am, I feel robbed from the so-called entertainment.

In times I need my piece of mind to just stop working and have fun…
But ….‘NOOOOO’…

I’ve just realized that I can’t watch ‘Hollywood’ movies without thinking about ‘Americanization’, that America will always win anyway; …without thinking about ‘Postcolonialism’, that white men will always be the winner and the saviour … (take examples of ‘Avatar’, ‘Knowing’, ‘2012’, ‘Rambo’, ‘Star Wars’, ‘Superman’) … .

I can’t watch news without seeing the unfair treatment to the ‘colored people’, without thinking about the prejudices of the west toward the east….

And I can’t even watch ‘MALE STRIPERS’ performances without thinking about ‘the objectification of the body’, let alone see women in ads and ‘real women’ being objectified in and by the media.

So what is left for me …???
Listening to the music … (and opt for love songs)… which is in a way are more universal … although still I feel robbed as mostly I am listening to lyrics written in English …

Ps. Last week I watched ‘Enemy at the Gates’ a true story of a Soviet sniper in WW 2, it is actually a very good movie… but how good it will be if all the characters (they are Russians and Germans, none of them are British or American) talk in English??? It felt so fake …

Wednesday, May 19, 2010

Kalau kamu copot … aku kasih 10.000…

Waktu itu sudah sore dan aku sudah siap untuk pulang ke rumah. Kebetulan waktu itu aku pulang bersamaan dengan salah satu mahasiswa. Sampai di tempat parkir aku sudah siap memacu motorku untuk pulang ketika aku dapati mahasiswa itu masih bingung mencari-cari sesuatu di tas-nya.

‘Cari apa,’ tanyaku sambil mendekatkan motorku ke tempat dia berdiri.
‘Kunci motorku, madam,’ jawabnya sambil terus mengaduk-aduk tasnya. ‘Kok nggak ada ya?’

Dia meletakkan tasnya di jok sepeda motor dan mulai mencari kunci di saku jaketnya. Aku tidak bisa banyak menolong, aku hanya bisa memandangi dia mencari kunci dengan prihatin. Karena kunci itu tidak juga ketemu, dia mulai melepas jaketnya, mencari di kantong bajunya dan meraba-raba badannya dengan agak panik (harap maklum yang namanya kampus tempatku bekerja tuh jauh dari mana-mana, apalagi kalau sudah sore… mencari angkutan bukan barang yang mudah. Kehilangan kunci motor = bencana). Melihat dia agak panik, aku semakin prihatin so… mataku semakin tajam menatapnya berharap dia bisa segera menemukan kuncinya.

Karena nampaknya kunci itu tidak ada di kantong bajunya, dia mulai meraba dan merogoh saku-saku celananya. Otomatis mataku juga mengikuti kemana tangannya bergerak (ya kan aku nggak mungkin membuang muka dan bersiul-siul ngeliat dia kesulitan gitu…).

Terus tahu-tahu dia membuka celana panjangnya dan mulai mencari kunci itu di celana pendek yang dipakainya sambil bilang., ‘Apa ada di kantong celana pendekku ya? Tadi aku sempat copot celana panjang dan pakai celana pendek.’ Alasan yang masuk akal karena mahasiswa kalau lagi basket atau futsal memang sering terus pake celana pendek gitu aja di kampus terutama kalau sore hari. Jadi aku diam saja dan tetap menatap dia yang sedang mencari-cari kunci di celana pendeknya sambil berharap (-harap cemas) semoga dia menemukan kuncinya itu.

Tiba-tiba saja dia berhenti mencari, menatapku, dan bilang, ‘Madam kok ngeliatin aku?’

Hah!!! Aku tiba-tiba tersadar… walaupun pikiranku waktu itu (sungguh) nggak kemana-mana selain berharap kunci itu ketemu… tapi mataku nanar menatap ooopppsss sorry … celana pendeknya…

‘He he,’ kataku menutupi malu. ‘Kalau kamu copot juga celana pendek itu, aku kasih kamu 10.000….’

Saturday, May 15, 2010

Sorry? Say it again please …

Igor sepertinya sangat tahu kalau aku adalah tipe orang yang ignorant terutama kalau aku sibuk. Jadi kalau aku diajak ngomong basa-basi atau nggak penting sama orang, biasanya aku cuma akan bilang ‘hu uh…’ or ‘ya…’ untuk memberi tanda pada orang bahwa ‘I’m listening’ tapi sebenarnya aku nggak terlalu ngerti apa yang mereka omongkan. Karena kebiasaanku itu, maka terjadilah percakapan ini:

Ig: Madam, aku mau makan sabun…
Ik: ya… (aku hanya menangkap kata ‘makan’, aku pikir dia berpamitan mau makan)
Ig: Nah to … madam nggak ndengerin … Aku Mau Makan Sabun…
Ik: ya …
Ig: AKU MAU MAKAN SABUN!!!
Ik: Heh? Sabun? (baru sadar….)
Ig: hehehehe

Percakapan lain waktu aku sedang mengkoreksi skripsi di depan beberapa mahasiswa, Igor muncul di depan pintu dan mulai meracau:

Ig: Madam, nanti ke perpus bareng ya?
Ik: ya …
Ig: Bener lho ya … nanti tak boncengkan wis…
Ik: Iya … Iya…
Ig: Tapi aku nggak bawa motor ik?
Ik: Iya …
(mahasiswa yang lain sudah tertawa ngakak-ngakak dan aku recall percakapan ini dari mereka.)

Saturday, May 8, 2010

Aku ingin ke India

Kalau aku bisa pergi bersamamu…

Aku ingin pergi ke India,

Aku ingin memasang bindi di dahiku, melukis tanganku dengan henna, memakai gelang-gelang besar beraneka warna di kaki dan tanganku, membuatnya gemerincing menemani hariku;
Aku ingin larut dalam indahnya warna-warni sari, hiruk pikuk jalan raya, riuhnya orang-orang berbicara, hangatnya nasi kari beraroma tajam;
Aku ingin menikmati kegembiraan bertukar hadiah, lezatnya manisan, indahnya cahaya lentera-lentera penghalau gelap di perayaan Diwali;
Aku ingin membasuh diri di sungai Gangga, mencuri kesuciannya, berharap adanya sedikit pengampunan dosa kelak saat ajal menjelang;
Aku ingin ikut perang bubuk berwarna dan air warna warni di perayaan Holi, bernyanyi, menari di bawah bulan purnama;
Aku ingin pergi ke kuil Ischon, Guruvayoor, Dwarkadhish, Dwarka, Manthura, Vrindava… ke tempat pangeran biruku dipuja…mempersembahkan bunga untuknya;
Aku ingin ke Kashmir menengok atap dunia menatap putihnya salju menyelimuti Himalaya menikmati teh berempah kayu manis;
Aku ingin duduk memandang senja menjelang di tepian Yamuna di tempat dia bertemu kekasihnya, Krishna…

Monday, May 3, 2010

Goen dan aku

Gedung tempatku kerja persis ada di seberang gedung tempat Goen kerja. Untuk memasuki gedung, kami harus memakai kartu mahasiswa yang berfungsi sebagai kunci. Hal itu tidak jadi masalah karena kami sama2 punya kartu mahasiswa, tapi karena kami punya kegiatan yang beda dan jadwal yang beda kami tidak pernah merasa harus berangkat dan pulang bersama atau melakukan kegiatan di kampus bersama-sama. Aku pernah ke ruang Goen karena awal-awal dulu aku belum punya ruang, sebaliknya goen belum pernah ke ruangku.
Tiba2 saja Goen tanya ke aku tadi malam, ‘Ke, kalau masuk ke ruangmu harus pake kunci?’
‘Nggak,’ kataku ‘pakai kartu mahasiswa…’
‘Napa? Mau apel?’ tanyaku sambil nyengir…
‘Nggak … mung takon thok kok… Ngapa ngapeli kowe?’ jawab Goen cepat dan terkesan defensif…
hekekekeke… percakapan yang nggak mutu dan lucu … considering that we’ve been together for more than 20 years…

Monday, April 26, 2010

"Miss You In A Heartbeat" - Def Leppard

I believe, that there's something deep inside
That shouldn't be from time to time.
I sure found out, thought love was such a crime
The more you care, the more you fall
No need to worry, no need to turn away
'Cause it don't matter, anyway

(oohh oohh oohh)
I miss you in a heartbeat
(oohh oohh oohh)
I miss you right away
(oohh oohh oohh)
I miss you in a heartbeat
'cause it ain't love, if it don't feel that way
oh no

When we touch, I just lose my self control
A sad sensation I can't hide
To love is easy, it ain't easy to walk away
I keep the faith and there's a reason why, yeah
No need to worry, no need to turn away
'Cause it don't matter, anyway
baby

(oohh oohh oohh)
I miss you in a heartbeat
(oohh oohh oohh)
Yeah I miss you right away
(oohh oohh oohh)
I miss you in a heartbeat
'cause it ain't love, if it don't feel that way

Now, I ain't big on promises, I'll be true to you
'Cause I'd do 'bout anything, yeah
for some one like, baby for you

(oohh oohh oohh)
I miss you in a heartbeat
(oohh oohh oohh)
yeah I miss you right away
(oohh oohh oohh)
oh, I'm gonna miss you in a heartbeat
'cause it ain't love, if it don't feel that way

Thursday, April 22, 2010

Sepenggal kenanganku…

‘Ajari aku pipis berdiri,’ pintaku padamu.

“Kenapa?’ tanyamu kaget.

‘Biar aku bisa ikut lomba jauh-jauhan pipis seperti anak-anak itu,’ kataku sambil menunjuk ke sekelompok anak laki-laki tak jauh dari tempatmu dan aku duduk.

‘Pipisku tidak pernah bisa jauh karena aku pipis jongkok,’ lanjutku.

‘Kau kan tak punya ‘burung’ seperti mereka,’ jawabmu.

‘Jadi itu artinya aku juga tak bisa disunat?’ tanyaku. ‘Padahal aku ingin disunat saja. Sakitnya cuma sekali, tidak setiap bulan seperti ibuku dan perempuan-perempuan dewasa lain.’

‘Yah… nantinya kau harus melewati masa-masa itu tiap bulan,’ katamu sambil menggeleng kepala.

‘Kalau belajar berkelahi?’ pintaku lagi.

‘Untuk apa kau ingin berkelahi?’ tanyamu.

‘Supaya aku bisa membalas kalau aku diejek,’ kataku.

‘Kau tak perlu berkelahi. Berkelahi bukan untukmu. Katakan padaku siapa yang mengejekmu dan aku akan membalasnya untukmu,’ jawabmu.

‘Kalau begitu… menikahlah denganku. Jadi kau akan terus ada untukku,’ kataku padamu.

Matamu memandangku lembut.

‘Kau tak mau menikah denganku?’ desakku.

Kamu tertawa kecil lalu mengacau rambutku, ‘Ayo, kuantar kau pulang. Ibumu pasti sudah mencarimu. Sudah sore.’


*Kamu tidak pernah menjawab tanyaku, mungkin memang tak ada jawaban yang sederhana untuk semua itu. Tapi aku menyimpan sepenggal percakapan ini dalam kenanganku tentang dirimu.*

Friday, April 16, 2010

Igor yang cerewet

Well, Igor emang diam kalau di depan komputer… tapi dia ternyata juga ‘demanding’ dan super cerewet.
Kejadian ini waktu aku dititipin untuk membelikan ‘de Crepes’ sama Igor yang waktu itu harus terjebak di ruangku karena motor-nya aku pinjam. Aku tidak sempat tanya dia mau ‘de Crepes’ rasa apa karena aku juga tergesa-gesa waktu berangkat. Jadi sampai di depan yang jual ‘de Crepes’ aku telpon dia untuk tanya dia mau rasa apa…

Ik: Halo … de Crepes-mu mau rasa apa?
Ig: Ha??? Apa??? (dengan suara cemprengnya)
Ik: DE CREPES-MU MAU RASA APA???
Ig: Oooo … pisang sama keju …
Ik: (ke penjual ‘de Crepes’ dengan masih on-line di telpon) satu yang rasa pisang keju …
Ig: ehhhh…ehhh … madam … sama coklat …
Ik: (ke penjual ‘de Crepes’) sama coklat …
Ig: ehhhh… kejunya nggak usah …
Ik: (ke penjual ‘de Crepes’) eh … bentar keju-nya nggak usah …
Ig: madam … madam … bukan kejunya ding … coklatnya nggak usah …
Ik: (ke penjual ‘de Crepes’) sik … sik … bentar … kejunya iya …coklatnya nggak usah ..
(ke Igor) bener ki??? Nanti mbok ganti lagi?
Ig: bener … eh … terserah madam wis …
Ik: (menutup telpon dan mbatin: “owalah le … gak ngerti ki sing dodol hawane wis arep mateni aku” (terjemahan: Ya ampun kid … ini yang jualan udah mau mbunuh aku…)

Kejadian lain waktu muka dan tanganku harus diberi lulur hijau karena aku harus berperan jadi ‘GRINCH’ di drama natal dengan anak angkatan 2006. Ria yang berjanji meluluriku sudah disibukkan oleh anak2 lain yang minta didandani dan aku tidak tahu harus minta bantuan siapa sampai tiba2 Igor dan Dany muncul. “Tolong dong aku diluluri…,” aku minta tolong. Seketika naluri ‘perempuan’ Igor muncul… dan dia mulai dengan riang mencampur lulur dengan warna hijau dan meluluri mukaku:

Ig: Jangan gerak2 …
(plok … mukaku diberi lulur dengan gaya tukang menyemen tembok…)
Ik: hu uh …
Ig: Sudah… Jangan GERAK!
(plok … plok … lulur tambah tebal di mukaku)
Ik: hu uh … (susah payah mengeluarkan suara)
Ig: Kepalanya jangan GERAK-GERAK!!!
Ik: hu uh … (dan nggak sengaja nyengir…)
Ig: JANGAN KETAWA… INI LULURNYA PECAAHH!!!
Ik: HU UH … kamu cerewet … (kataku susah payah…)
Ig: AHHHH … udah dibilang jangan ngomong …

Aku yang pantasnya jadi tante ceriwis tampaknya tak mungkin menandingi Igor untuk urusan makanan dan gaya…

Ps. Eh … kid … aku waktu itu beli ‘de Crepes’ pake uangku ya? Udah mbok ganti belum???

Monday, April 12, 2010

Dia yang 15 tahun lebih muda …

Ini cerita tentang foto Dany-boy. Ketika itu suasana hatiku sedang ‘entahlah …’ jadi aku memutuskan untuk memotret paksa anak2 yang ada di ruangku. Dan dari 3 orang yang berhasil kupaksa untuk jadi modelku, aku mendapatkan sederetan foto Dany yang betul-betul menurutku ‘Best Shots’… bagus semua … dan sangat natural… Saking gembiranya aku … foto-foto itu aku print dan aku pamerkan ke orang-orang. “Baguuuus yaaaaa foto-fotonya ….,” kataku. Pamer foto-foto itu akhirnya sampai juga ke telinga Ibu Dekan. Dan … tahukah apa yang dikatakan Ibu?

‘Hati-hati lho mbak…,’ kata beliau dengan nada serius.

‘Kenapa?’ tanyaku tak mengerti. Lalu kutangkap selintas pandangan khawatir di mata Ibu.

‘Oh oh … nggak lah … dia kan 15 tahun lebih muda dari aku,’ kataku menentramkan Ibu. Aku menyadari bahwa beliau khawatir kalau aku ‘khilaf’ mengingat posisiku yang ‘temporarily single’ karena sedang ditinggal suami studi.

‘Suzanna (alm) dan Cliff Sangra juga bisa…,’ ujar Beliau berkata dengan tenang.

Hmmmmm …. Aku cuma bisa diam dan sejak itu aku berusaha untuk tidak terlalu ‘heboh’ kalau aku bicara soal Dany. Aku tidak siap dihadapkan ke Komisi Etik Universitas gara-gara aku mengagumi foto orang hehhe …

Monday, April 5, 2010

MADAM… nama patenku… MAD AM

Tampaknya semakin banyak orang yang memanggilku ‘madam’ … Curse Igor (yg mau tahu ini mahluk siapa… add aja FB-nya 'Igor bintal Igor sintal' or check blognya http://www.ezraigor.blogspot.com/) yang mempopulerkan nama ini. Salah satu alasan aku mau2 aja dipanggil pake nama ini adalah aku males banget ‘argue’ sama Igor yang ngeyel.
Kalau dipikir-pikir (nggak penting untuk mikir sepertinya sih… tapi ‘GPP’ deh…) … panggilan ini ‘keren’ juga… agak ‘classy and posh’… serasa ‘Nyonya Besar’ di abad pertengahan di EROPA dengan gaun sutra ‘lebar’ bak kurungan ayam dan pupur tebal putih di muka plus bibir bergincu merah menyala plus plus sepatu hak tinggi berenda-renda … dengan ekspressi ‘congkak’ dan rambut ditata tinggi dan dihias kaya’ kue tart…
Yang jelas… image seperti itu bukan aku banget… :D
Tapi kadang ada perasaan juga (nggak penting juga sih dirasakan… tapi ya lanjut aja deh….) … bahwa aku seperti ‘germo’ … tahu nggak? Boss dari gadis2 dan pria2 muda yang dijual … a.ka di-lacurkan… hehehe
Tapi lama2 aku kebal sama bayangan2an itu. Jadi kalau ada orang manggil aku ‘madam’ … aku sekarang cuma ‘shrug’ dan let them go on doing that …
Kecuali ada kandungan arti ‘nyonya besar’ dan serasa ‘germo’ itu, kadang namaku sama Igor dituliskan MAD spasi AM; Mad = gila, AM? Bukan ANTE MEREDIEN tapi ANGGUR MERAH… He finds it ‘funny’ aja manggil aku begitu… mungkin karena dia tahu aku punya kebiasaan ‘jelek’ … minum… dan salah satu minuman yang jadi favoritku adalah Anggur Merah cap Orang Tua… wkwkwkwkwk… nggak banget kan? Tapi coba deh… enak kok… manis dan halus juga…. Harganya nggak mahal, sekitar 13 ribu rupiah. Asli Indonesia… asli Semarang. Berhubung yang memproduksi merek ini juga pabrik yang memproduksi ‘Tango’ wafers, aku agak percaya kalo aku nggak akan mati minum anggur merek ini (coba aja check via Google…)
Cuma kalau minum anggur merah ini aku harus menghindari minum bir (apapun mereknya dan apapun jenisnya) pada saat yang sama karena entah kenapa kombinasi anggur merah merek ini dan bir… gampang membuatku merasa ‘enteng’, walaupun cuma minum suuuueeeedddiiiikitttt.

Ps.
Kemarin waktu pulang gereja, dan pas salaman sama Pastor tamu yang udah ‘sepuh’ (tua) di depan pintu keluar, Pastor ini bilang, ‘Have a good day, Madam. God bless you…’ Hwakakakkaka … jadi nggak enak hati … sekalipun aku tahu bahwa Pastor itu innocently pake kata ‘madam’ untuk menggantikan kata ‘nyonya’ tapi rasanya kok jadi pribadi ya???

Monday, March 29, 2010

Beda Igor dan Aku

Basically, kami berdua tipe orang yang berbeda. Aku orang yang selalu memulai segala sesuatu dengan rencana, dia dengan spontanitas. Aku orang yang serius (plus usiaku yang 14 tahun lebih tua dari dia), dia celelekan setengah mati. Check out perbedaan kami di salah dua percakapan antara kami [Ig(or) … Ik(e)…]:

Percakapan I

Ig: Madam, mau pulang jam berapa?
Ik: Nanti … pekerjaanku belum selesai. Aku selesaikan dulu …

Percakapan II

Ik: Igor, aku udah mau pulang…
Ig: Sik ya madam … ini aku lagi download fotonya Sissy Priscilla …
(setelah menunggu beberapa saat)
Sissy Priscilla cantik ya Madam …
kok aku jadi deg2an ya?
Ik: ????

Wednesday, March 24, 2010

NIECINKCVFMROTS (We’ve just hit by a storm…huhuhu)

Yesterday morning seemed to be another ordinary morning in early autumn. The sun was quite warm to walk under to school with the kids without too much heat felt. Time to pick up the kids from school still presented the same view, one fine day was about to end with a big black cloud hanging in the sky. Ready the kids to get out of the school playground by shouting ‘Let’s go home… It’s gonna rain soon’ only to get the answer of ‘It’s not raining… just cloud and thunder’ from my boy.

15 to 4 p.m. … We arrived at home. As I finished my ‘after school’ meal cooking my boy shouted ‘Look!!! I saw thunder…’ and both of them started arguing who actually saw the thunder first. Then I heard ‘pitter patter’ sound. I grabbed the towels in the drying line in the balcony and shoved them in, put the shoes in the shoe shelves to prevent them for getting wet. I went inside, turned on the laptop and readied myself to work. The noisier ‘pitter patter’ disturbed me and made me peeked outside the glass door… Gracious me… HAILS… I called the kids enthusiastically showing them the rain of hails. It could be their once in a lifetime experience… seeing the hails… We stood in front of our glass door, watching the hails pouring down.

But then … the falling hails were getting bigger. They were in the size of small pebbles earlier, they were in the size of golf balls later. They were banging our glass door and windows… making terrible noises… It was terrible. The kids started to get terrified. They were all gather around me.

I ran to our bedrooms to check whether the windows were shut properly or not. They weren’t. I was securing the windows when I heard a ‘CRACK’ in one of the window… O… No… the supposed to be life time experience now turned out to a nightmare. I just prayed that the crack would stay as a crack when suddenly ‘CRASSSHHH’ … the hails sent the glass windows down into pieces of glass and splinters. I pulled the mattresses, the books, the rugs and everything under the windows into the safe side. One window, two windows, three windows, four windows… all were down to pieces… even the windows with the fly screen could not make it this time… they were just broken. Hails and rainwater flooded the rooms.

It was horrible. The kids were crying. The hails kept on banging the windows and sending more and more hails and water to the room through the broken windows. It was messy. Then the hails suddenly stopped and the rain started pouring down. I tried my best to save the bedrooms from disaster, picked up all the glass, splinters and hails in a bucket, covered up the broken windows with cardboard, and dried the rooms with cloths.

Outside was no better, the street was covered with hails… heaps of hails… and started to flood… Falling leaves were (and still are) everywhere, it was just totally different from the usual view of a neat and well-arranged surrounding. There was a traffic jam… cars were bumper to bumper for quite a long time. Never seen such a mess in my life here.

Thank God… no blackout… so we can resume our life. Watching TV, I found out that we’ve just experienced the worst storm in Western Australia in the last 50 years. Tough luck…

And there’s a possibility of another thunder storm today… Huh…!!! CROSS MY FINGERS…!!!

Sunday, March 21, 2010

Menawa arep nyabrang dalan …

Nek iki crita wektu aku isih cilik. Jaman semana (tahun 70-an), sing jenenge dalan durung rame kaya saiki, durung akeh montor lan pit montor akeh-akehe mung pit onthel. Sekolahku wektu itu rada adoh saka omah, kira-kira 1,5 kilo. Mung merga aku urip ning kutha cilik dadi aku wis diculke mangkat sekolah dhewe (aku kelas 2 SD). Amarga aku kudu nyabrang dalan, sepisanan ibuku wanti-wanti, “Menawa arep nyabrang dalan ati-ati, noleh kiwa-tengen dhisik lagi nyabrang.” Bareng wis arep tekan sekolah lan kudu nyabrang, aku kelingan dawuhe ibu … aku noleh ngiwa-nengen terus nyabrang….

GUBRAK…!!!! Aku ketabrak pit. Aku nangis, ditulungi wong pirang-pirang…
….
Aku pancen noleh ngiwa-nengen nanging …aku ora nggatekake ning dalan iku ana pit, pit montor, apa montor … aku ya mung noleh ngiwa-nengen wong pesene Ibuku mung ngono kok…

Friday, March 19, 2010

House Inspection

Mengalami House Inspection … lucu… baru sekali ini seumur hidup aku mengalami namanya rumahku di inspeksi (sama yg nyewakan rumah tentunya), sesuatu yang biasa terjadi di sini tapi menjadi lucu bagiku. Mereka akan lihat apa rumahku bersih atau tidak, apa kasa nyamukku berlubang atau tidak, apa kamar mandiku bersih atau tidak, apa ruanganku berantakan apa enggak, dapurku beres apa tidak, karpetku bolong apa enggak… hehehe serasa mau ujian… padahal asli rumahku standar, kebersihannya standar juga … aku menganut prinsip barang2 di rumah seminimalis mungkin jadi nggak ribet kalau mau mberesin.

Jadilah hari ini hari ‘stand still’ or at least minim kegiatan. Masak? Seminimal mungkin, soalnya kompor dan dapurnya udah dibersihkan dengan pembersih khusus kompor+grill+oven yg membuatnya terlihat mengkilat. Ke toilet? Aku sempat tanya ke Goen (dia yang bersihin kamar mandi+toilet) aku boleh ke toilet nggak karena aku sakit perut. Dia ngelihatin aku seakan-akan aku orang paling goblok sedunia. Ya… aku kan harus tanya… aku tidak mau dituduh menghancurkan prestasinya dalam membersihkan kamar mandi+toilet. Anak2? Pergerakannya dibatasi di 1 kamar aja. Biar nggak berantakin banyak kamar. Alhasil aku dan Yogis hari ini berakhir di Playground di pinggir Swan River didera dingin dan angin kencang supaya dia nggak ngotorin rumah sebelum jemput Dito di sekolahnya.

Akhirnya inspeksi itu berakhir setelah manager property yang bernama Liz Bromley (tinggi, cantik, berambut pirang panjang) memeriksa rumahku selama 5 menit…. Fiuuuuhhhh …

Wednesday, March 17, 2010

Dany-boy …

Dany Sukma Adi Saputra … biasa aku sapa ‘Dany’ kalau ketemu langsung atau ‘Dany-boy’ kalau di tulisan. Selama ini dianggap sebagai my golden-boy (anak emasku…) tapi tidak pernah memanfaatkan aku untuk diperlakukan istimewa. Tingginya average, berkulit terang, senyumnya menyenangkan… Selalu (berusaha) bertanggung jawab terhadap semua tugas yang diberikan ke dia. Anaknya menyenangkan kalau tidak sedang depressi. Dia selalu percaya pada aliens dan akhir dunia tahun 2012. Dia berencana membuat bahtera besar untuk 2012 dan menyeleksi perempuan-perempuan yang boleh ikut bahtera itu. Dia juga pernah berencana untuk membuat pasukan pembela bumi dengan markas besar di ruangku. Keinginan terkuatnya adalah menjadi pohon karena katanya pohon selau mau berkorban tanpa pamrih (gitu ya?).

Dia selau ada kalau aku membutuhkan pertolongan … entah kenapa … co-incidence aja… dia selalu around … contohnya waktu ban motorku bocor malam2 di parkiran bawah fakultas Sastra … aku sendirian waktu itu… dan rasanya haaaahhhhh … putus asa banget karena berarti aku harus mendorong motorku naik ke parkir atas… ke pintu masuk yang lumayan jauh dan nanjak plus plus habis itu harus berjuang cari tambal ban yang entah masih ada yang buka atau nggak soalnya sudah jam 9 malam. Di tengah2 kebingunganku, tiba2 ada anak datang … bukan Dany emang tapi Davis … Nah … berhubung Davis ini kalo sama aku agak takut … begitu tahu kalau ban motorku bocor, bukannya menawarkan untuk langsung nolong tapi dia bilang “ Sebentar mam, tak carikan Dany … dia ada di kampus kok, lagi download …” Dan entah ada di mana, setelah kutunggu beberapa saat, Davis berhasil membawa Dany yang kemudian dengan sigap jongkok di depan motorku dan mencari paku atau apapun benda yang jadi biang bocornya ban motorku… Dia lalu bilang ke aku, “Udah madam sekarang dorong dulu motornya ke pintu keluar, aku keluar cari tambal ban yang masih buka.” Setelah beberapa lama Dany kembali sambil bilang, “Tambal ban yang masih buka ada di dekat terowongan.” Dan dengan sopan bilang ke aku, “ Madam … udah aku aja yang bawa motornya madam… aku kan lebih ringan. Madam naik motorku” (Dia nggak berani ngomong kalau aku lebih gemuk … makasih ya Dan … :D :D)

Kali yang lain…
Waktu itu hujan deras minta ampun dan aku minta tolong Dany buat mbeliin aku kaset untuk merekam dialog mandarin untuk pentas wayang. Dany datang dengan basah kuyup sambil mbawa kaset yang terbungkus plastic rapat. Sudah itu karena script dialog mandarin harus di fotocopy dan tidak mungkin pergi keluar karena hujan deras, Dany yang basah kuyup dengan sukarela memanjat ruang Dekan untuk menfotocopy script itu di mesin scan kantor Dekan (maaf ya Bu Dekan… kantor Ibu pernah dibobol…).