Wednesday, October 6, 2010

Taiko Sastra Unika- The very beginning…



Buat yang sekarang di Sastra, di tahun 2010 ini, Taiko Sastra udah nggak jadi nama yang asing di telinga lagi (semoga begitu deh)… n moga2 ke depannya Taiko Sastra juga bisa terus eksis n bisa lebih berkembang lagi dari bentuknya yang awalnya cuma sederhana.

Taiko tuh apa sih? Cek aja di Google.com ya… karena keterangannya bisa panjang lebar. Intinya ini sebenarnya kesenian dengan tambur besar (kendang besar) dari Jepang.

Bedanya dengan Taiko yang asli Jepang, Taiko yang Sastra Unika punya khas… TAIKO VAN JAVA (nama itu ditulis oleh Igor di external hardiskku, di bagian folder yang berisi rekaman Taiko Sastra Unika). Yup… benar … TAIKO VAN JAVA… karena ada gabungan antara gamelan sama pukulan Taiko model Jepang dalam pementasannya.

Kenapa aku bilang ‘pukulan Taiko model Jepang’ dan bukan ‘tambur or kendang’? Itu karena (hehehe… aku jawab sendiri…) … kita nggak pake tambur/kendang Jepang tapi pake kendang Jawa yang dipukul pake pemukul ‘drum’ modern.

Kok ada kesenian yang alat musik-nya kocar-kacir begini? Yah… itulah… karena Sastra Unika lebih menghargai kreatifitas ditengah keterbatasan daripada menyerah pada keterbatasan… (pinter kan ngeles-nya?).

Kreatifitas ini sangat-sangat nggak boleh dilepas dari peran Bapak EDY PURSUBARYANTO (dosen Fakultas Ilmu Budaya UGM) dan mbak MAYA WALTON (siswa pertukaran budaya dari Amerika) yang sudah dengan sangat ‘genius’ mengkolaborasikan pukulan Taiko Jepang dan gamelan. Kolaborasi pukulan Taiko, gamelan, dan tarian Jawa oleh mbak Maya, Pak Edy dan putra pak Edy yang penari (?) ini sempat pentas di Festival Budaya di Malaysia.

Pak Edy inilah yang dengan halus dan santun  berhasil memaksa group gamelan NIKIMUZIEKU mengiringi mbak Maya dan pak Edy bermain ‘Taiko’ pada pembukaan pementasan WAYANG 5 BAHASA DI SASTRA TANGGAL 12 JUNI 2009 (ini catatan sejarah… hahaha… penting!!!).
Memaksanya begini. Sebagai seksi acara aku harus memastikan kesiapan tim2 yang akan pentas wayang. UGM, Semata Wayang, akan tampil sebagai ‘guest star’ … so sehari sebelum hari H aku menghubungi pak Edy. Di tengah-tengah percakapan yang memakai bahasa Jawa halus, pak Edy berkata,’
“Mbak, mangke kangge acara pembukaan, mbak Maya Walton, saking Amerika, saged ngisi Taiko.”
“Oh… ngaten nggih pak… Taiko punika menapa?” tanyaku sambil mencatatnya di buku acara.
“Ah… punika gampil kok mbak. Mangke rencang-rencang saking Unika ingkang ngiringi ngangge gamelan.”
“Wahh pak, punapa saged? Dereng nate ngertos lan latihan?” kataku mencoba menghindar.
“Latihan sekedhap mawon saged kok. Punapa malih rak rencang-rencang Unika sampun biasa nabuh,” kata pak Edy halus.
GLODAK… GLUBRAK… TUEEENGGGG… rasanya kaya’ dipukul pake botol isi ulang Aqua yang berisi penuh air… rasanya mau muntah dan pusing… nyut…nyut…
PUJIAN dan TANTANGAN yang disampaikan dengan ‘sempurna’.
Aku menerima tantangan itu bukan sebagai ‘ike’ yang selalu tidak pernah berkata tidak terhadap tantangan, tapi karena bahasa Jawa halusku terbatas untuk bisa ‘mengeyel’… :D

Walhasil, malam sebelum pentas wayang… setelah gladi resik semua pertunjukan Wayang yang akan tampil… kami para penabuh gamelan ber- ‘HARAKIRI’ berlatih ‘BINDRI’ … lagu yang akan dipakai kolaborasi dengan pukulan Taiko mbak Maya setelah sebelumnya mbak Maya dan Pak  Edy memberi pengantar pendek tentang Taiko…

Betul-betul tantangan tersendiri… apalagi ritme-nya makin lama makin cepat sesuai dengan pukulan mbak Maya… koordinasi tangan, mata, telinga jadi kacau beliau… chaotic banget pokoknya… nggak jelas main gamelan apa ‘ngamuk’ gamelan…
Tanyakan pada saksi mata dan saksi hidup para pemain gamelan saat itu (ocha, inez, anita, ayu, bunga, shinta irawan, etta, rina, yona), komentarnya pasti macam-macam… ada yang mukul ngawur, ada yang terus bengong, ada yang gamelan-sync (plesetan dari Lip-sync), Thanks God ada pak DALMIRI yang memainkan gamelan dengan sungguh sempurna, cepat, canggih dan menutupi kekurangan yang lain. Yang jelas begitu satu sesi selesai, semua pemain ambruk di atas alat masing2… FIUUUHHH…

Dari acara pembukaan Wayang 5 Bahasa itulah Taiko Sastra berkembang…

Ps.
Special-very special thanks buat Pak Edy dan mbak Maya Walton yang sudah memberi ide buat Taiko Sastra Unika…
Dan satu lagi thanks berat buat BU HENY yang sudah memperkenalkan Sastra dengan Pak Edy… kapan kita bertandang ke Yogya dan ‘jam session’ wayang dengan anak-anak Semata Wayang UGM bu?
Ke pak TR juga yang sudah saya bingungkan untuk mencari notasi ‘Bindri’

No comments: