Friday, December 21, 2012

Aku, pilek, tissue, dan sapu tangan

Aku tuh paling menderita kalau pilek ...

srooottt ... srooootttt ... sroooottt...

menjijikkan mungkin ... tapi yang jelas bikin sakit kepala ... dan sakit hidung ... dan sakit semua...

When I catch a cold... selalu aja merasa kaya orang tenggelam, my nose is literally running...

Selalu merasa seperti kepala ini penuh air dan kepala ini berat...

Jadilah harus buang ingus berkali-kali...

Dan itu berarti boros tissue ...

Kaya kemarin malam, TISSUE 300 ply langsung habis ...

Pagi ini terpaksa pakai TOILET PAPER wkwkwkwkwkwk ... try not to think about where the toilet paper usually goes in normal condition... pokoknya bisa untuk blow my nose.

Pernah, karena toilet paper-pun sudah tidak tersedia... terpaksa pake KITCHEN WIPE ... wis pokoknya halal dan fungsional... wong sama-sama buat cleaning ini ...

Pernah juga waktu di kampus... terpaksa pake KERTAS PUTIH (HVS) ... tapi yang ini tidak disarankan... soalnya selain ingus jadi messy gak karu2an... kertas ternyata juga melukai hidung... hehehehe...

Aku pikir2 aku itu sok modern tapi goblok ... aku menulis post ini karena baru saja aku nemu sapu tangan ... u know a handkerchief ... yang ditinggalkan bapakku waktu visit aku bulan Juli kemarin ...

Lha yo lha yo ya ik ... nek pake sapu tangan lak lebih hemat... g sekali langsung dibuang... juga karena bahannya bukan kertas, bisa dipakai dari segala sudut, atas bawah kiri kanan samping pojok..., dsb. Awesome ... !!!

Saturday, December 15, 2012

Kita kan masih muda ya ... #popular culture dan umur



Salah satu fungsi popular culture adalah untuk menebak usia seseorang… hehe … Check out obrolan antara orang-orang yang tak mau mengakui usianya di bawah ini …

A         :           Aku kan masih muda… 17 tahun…
B         :           17 tahun jalan… jalan … jalannya jauh … hehehe
A         :           Aktor favoritku itu John Travolta, film-nya bagus-bagus…
B         :           mmmm …
A         :           Aku pertama kali nonton film-nya ‘Saturday Night Fever’  di bioskop dan sejak saat itu aku suka.
Ike       :           #garuk2 kepala

(Ket.  ‘Saturday Night Fever’ itu film tahun 1977. Jaman aku masih anak-anak. Kalau tahun 70an aja si A udah bisa nonton film 17 ke atas itu di bioskop. At least umurnya waktu itu udah 17. Tahun 70an- tahun 2011 ini ada sekitar  40 tahunan…. Ngaku kok 17 tahun…)

A         :           Aku belum tua kok ya …
B         :           Ah … masak?
A         :           iya …
B         :           O iya… kamu kan angkatannya Agnes Monica… lagunya Agnes Monika yang kamu suka   apa?
A         :           Heli?
B+ike  :           #ngakak …

(Ket. “Heli” adalah lagu anak-anak yang di populerkan oleh Chica Kuswoyo di tahun 70-an).

A         :           (siap main gitar) Ayo nyanyi
B         :           Nyanyi apa?
A         :           Sembarang… lagu yang lagi popular sekarang…
B         :           Lagu apa?
A         :           Lagunya Adele… Someone like you…
B         :           Wahhh… ndak bisa… lagu Indonesia wae ya…
A         :           Ya wis … lagu apa?
B         :           Gelas-gelas kaca … Nia Daniati. Lagu jaman aku pacaran.
A         :           #bingung … kuncine apa ya???
Ike       :           hehe …

(Ket. Lagu ini popular tahun 1980-an dan kena larangan untuk tampil oleh Menteri Penerangan (P Harmoko) di televisi karena dianggap terlalu cengeng dan mempengaruhi mentalitas bangsa).


Ike       :           Lagi napa?
A         :           buka youtube. Nonton Ruth Sahanaya.
Ike       :           (mendekat dan ikut nonton. Ruth Sahanaya sedang menyanyi “Kaulah Segalanya”) Wow tahun berapa ini?
A         :           Awal 1990-an
A+ike  :           (saling memandang) … wahh … kita udah tua yahhh …

(Ket. Jaman S1 tahun 1989-1994, A dan ike sama-sama suka lagu-lagunya Ruth Sahanaya).

Wednesday, December 12, 2012

Kamu

Aku tak peduli siapa dirimu
Aku tak peduli apa statusmu
Yang aku tahu hanya satu
Aku mencintaimu …

Sunday, December 2, 2012

3 Batang Cerutu, 3 Buah Cerita



Aku menyeka telapak tanganku dengan sebuah tissue wangi warna putih sebelum aku memegang cerutu single itu. Cerutu impor. Nicaragua, bukan cerutu Kuba seperti yang sering dihisap si icon cerutu, Fidel Castro. Aku menimang cerutu ini hati-hati sambil mengamati segel bergambar daun tembakau ditata seperti bentuk bunga, berwarna hijau dan emas. Aku tersenyum dalam hati, senyum yang menular ke bibirku. Aku tak pernah tahu cara menikmati cerutu dengan benar. Kata temanku, seperti juga minum teh tradisional Jepang, untuk menikmati cerutu orang juga harus mengikuti aturan-aturan tertentu. Tapi hari ini aku sendiri. Aku tak bisa bertanya ke temanku tentang langkah-langkah menikmati cerutu. Aku hanya merasa percaya diri saja. Sama seperti ketika aku secara alami mampu menikmati rokok pertamaku aku yakin aku akan mampu menikmati cerutu ini. Lagipula cerutu ini bukan cerutu pertamaku. 

Cerutu pertamaku adalah cerutu setengah habis yang kamu berikan padaku di suatu siang di tempat kerjaku. Cerutu yang tak aku tahu bermerek apa dan dari mana. Yang aku tahu aku sangat antusias ketika itu karena aku akhirnya akan bisa menikmati cerutu. Sesuatu yang tidak akan kubeli sendiri karena aku yakin aku tidak akan bisa menghabiskan sekotak cerutu dan tak mungkin menyembunyikan sisanya di rumahku yang ‘smoke free zone’. Aku begitu semangat untuk mulai merasakan cerutu itu sehingga aku duduk begitu saja di depanmu dan mulai mematik ‘lighter’ untuk menyalakan cerutu itu. Aku lupa kalau aku ada di selasar depan pintu masuk tempat kerjaku yang memasang tanda ‘No Smoking Area’. Tempat yang sibuk dengan orang lalu lalang. Aku ingat kau tiba-tiba berseru tertahan,‘Jangan disini! Di sana aja!’ Dengan cerutu masih dimulutku dan gelas plastic bekas air mineral untuk asbak ditangan kananku, aku mengikutimu pindah ke pojok gedung yang lebih sepi dan mulai menyalakan cerutu. Tapi seruanmu tadi terlanjur membuatku berpikir dan merasa bahwa aku melakukan sesuatu yang tidak layak untuk dilakukan di depan orang banyak. Karena itu setelah dua atau tiga hisapan, aku mengembalikan cerutu itu padamu. Aku tidak bisa menikmati cerutu hari itu. My mood was spoiled. 

Cerutu keduaku adalah cerutu yang kubeli di sebuah supermarket yang menjadi langganan orang-orang ekspatriat. Ketika itu kamu bersamaku. Kita melihat cerutu di ‘check out counter’. Aku bilang ‘kita’ karena tampaknya waktu kita menunggu orang didepan kita membayar, mata kita sama-sama memperhatikan cerutu-cerutu itu. Kita sepakat untuk membeli cerutu. Sepakat dengan alasan masing-masing. Kamu sepakat karena kamu akan bisa menikmati cerutu dengan gratis karena aku yang membayar, aku sepakat karena aku pikir kalau aku tidak suka atau tidak bisa menghabiskan cerutu itu aku akan selalu bisa memaksamu untuk menghabiskan cerutu-cerutu itu. Sebungkus cerutu lokal, bukan cerutu single seperti cerutuku hari ini tapi cerutu berbungkus kertas berwarna oranye bergambar macan hitam. Kamu dan aku masing-masing mengambil sebatang cerutu dan mulai menyalakannya. Lebih berat dari menghisap rokok kretek berbungkus warna kuning dengan tiga angka sebagai mereknya , jauh lebih berat dari rokok putih berharga 3000 favoritmu ketika itu. Puff. Puff. Aku lalu menatapmu yang sedang mengisap cerutu dan berkomentar, ‘Rasane kaya uwuh.’ Rasa yang membuatku berhenti menghisap cerutu itu sebelum habis. Kamu membawa pulang cerutu yang tersisa dan menghabiskannya sebelum aku bisa mengembalikan ‘mood’-ku untuk mencoba cerutu lagi. 

Cerutu kali ini adalah cerutu ketigaku. Tanpa ada kamu yang berseru untuk mengingatkanku bahwa aku ‘tidak pantas’ menghisap cerutu di tempat ini, tanpa ada kamu yang akan membawa pulang dan menghabiskan cerutu-cerutu yang tersisa. Aku meletakkan cerutu di mulutku, menyalakan ‘lighter’, membakar ujung cerutu. Aku menghisap dalam-dalam cerutu ini dengan perlahan. Sangat perlahan. Aku merasakan dinding-dinding dalam mulutku mulai terasa panas. Aku tidak memasukkan asap cerutu ini ke paru-paruku. Aku ingat kata temanku  yang lain bahwa cerutu itu seperti anggur. Harus dinikmati di ‘palate’ bukan di paru-paru. Aku mengambil cerutu dari mulutku. Memberi kesempatan pada mulutku untuk menghembuskan asap yang ada disana. Aku memandangi asap yang keluar dari mulutku, sangat sedikit, jauh lebih sedikit dibandingkan asap yang tercipta kalau aku menghisap rokok. Aku melihat asap tipis itu memudar. Sama seperti pudarnya ingatanku tentangmu. Aku pernah menulis padamu bahwa kadang ada hal-hal yang hanya bisa dirasakan dan tidak bisa dituliskan. Saat ini aku merasakan hal itu. Aku berusaha menikmati cerutu ini untuk mengembalikan ingatanku. Ingatan tentangmu. Ingatan yang semakin lama semakin tipis dan memudar… dan terasa menyakitkan ketika aku tak mampu lagi mengingatmu seperti dulu… Aku menghisap cerutu ini demi kamu, demi kenanganku tentangmu…

HRotD 

Friday, November 23, 2012

Sudah relakan saja …



Kejadian ini sudah lama, tapi masih terekam jelas di ingatanku:
 

Sudah menjadi tradisi di Fakultasku kalau setiap ujian akhir pasti ada konsumsi harian, lumayanlah ada kira-kira 10 hari tanpa harus memikirkan kemana mau makan siang. Kami sering dipesankan makanan dari catering langganan. Makanan dari katering itu selalu 4 sehat jadi selalu ada sayur dan lauk yang lebih dari satu. Dan ketika catering dengan berbagai macam sayur dan lauk itu tiba, aku biasanya tidak mampu menghabiskan semua. Makanan itu lalu aku tinggal atau aku tawarkan ke mahasiswa yang kebetulan mampir ke ruangku. 

Rupanya pola makanku ini mulai bisa ditebak oleh mahasiswa yang sering mampir ke ruangku sampai terjadilah tragedi ini:

Hari itu menu cateringnya cocok untukku. Ada sambal, krupuk, perkedel, sayur dan yang paling aku suka: ada ikan tongkol goreng (I am a freak when it comes to seafood). Karena hari itu aku buru-buru harus rapat atau memberi kuliah (aku lupa) aku hanya sempat makan ikan itu suedikit sekali dan ikan itu terus kutinggal dengan harapan akan aku teruskan kembali setelah aku selesai dengan tugasku. 

Setelah mengalami hari yang panjang, akhirnya aku dengan nafas lega berjalan dengan bersemangat ke ruanganku dengan harapan bertemu “IKAN TONGKOL-ku tersayang.’ Namun tampaknya nasib berkata lain, ketika sampai ke ruanganku dan membuka rantang katering aku mendapati bahwa hampir semua kotak di rantang itu kosong kecuali bagian sayur… HUHUHU… ikanku raib entah kemana. 

Aku tidak bisa berkata apa-apa dan juga tidak bisa marah. Masak ya aku marah gara-gara sepotong ikan tongkol, yang bener aja… aku kan masih punya harga diri… Dan juga salahku tidak memberi pemberitahuan kalau ikan itu tidak boleh dimakan. Dengan posisi sudah sedikit dimakan, ikan dan lauk-lauk lain itu memberi kesan bahwa aku sudah makan tapi tidak habis. Jadi sah-sah saja untuk dimakan orang lain. Toh aku juga biasa menawarkan makananku yang tidak sempat aku makan pada mahasiswa.

Aku cuma sempat tanya, ‘Siapa ya yang makan ikanku?’ Dan dijawab beberapa mahasiswa yang ada di ruangan dengan menyebutkan beberapa ‘kemungkinan tersangka’ karena hari itu banyak mahasiswa yang mampir ke ruangku yang hari itu kubuka untuk umum. Aku hanya bisa duduk lesu dan meneruskan pekerjaanku. 

Secara sadar aku sudah merelakan raibnya ikan tongkol itu, namun ternyata bawah sadarku berkata lain. 

Sambil mengetik di laptop-ku, secara tidak sadar aku beberapa kali membuka tutup rantang itu. Entah apa yang aku pikirkan. Mungkin saking seringnya aku membuka tutup rantang itu tanpa sadar, salah seorang mahasiswa mulai memperhatikan kegiatanku itu dan berkata dengan nada menghibur, ‘Sudahlah madam, rantangnya dibuka tutup juga ikannya nggak akan kembali.’ Yang kujawab dengan memelas, ‘Siapa tahu ikannya lagi jalan-jalan dan memutuskan untuk balik lagi…’ T.T … 

Yah sudah akhirnya kurelakan kepergian ikan itu setelah sore datang dan ikan itu tak kembali jua …

Thursday, November 15, 2012

My protected Twitter

Ini cerita sekaligus permintaan maaf buat teman-temanku.

My twitter setting is private ... ya memang ...
Awalnya aku buka twitter account karena ikut arus ... #jujur ...
Dari hasil klik..klik...klik ... (waktu sign up) ... ada pilihan untuk public apa private ...

Ehhhmmm...

Karena waktu itu aku belum ahli soal twitter... dan karena waktu aku buka account twitter itu aku awal2 ada di Australia, aku tidak punya teman untuk ditanya-tanya soal bagaimana Twitter itu bekerja. Ada teman bule juga tanyanya jadi tambah ribet...  Makanya aku pilih accountku jd private alias protected ... dengan alasan: kalau salah2 jadi g ketahuan wagunya ... hahahahaha... soalnya banyak hal yang aku bener2 g mudeng.

Contoh: pertama kali liat kata RT, aku mikirnya lama... banget ... sambil lihat semua tweets yang ada utk tahu dalam konteks apa RT digunakan. Konyolnya, aku sempat berpikir kalau RT itu artinya koordinator twitter ... seperti pak RT yang mengatur jalur keluar masuk informasi di RT (lhooo????) ... swearrr ... itu yg aku pikirkan... lagian nama yang muncul dekat kata RT itu nama2 yang itu2 juga ... duenggg...

Contoh kedua: aku g tahu TL itu apa... jadi waktu danty bilang ... ada di TL ... aku jadi bingung ... eh eh kasih pencerahan dong ... TL itu apa? Aku g mudeng... itu berhubungan dengan listrik??? tanyaku ... Danty menjawab dgn sabar: itu Timeline (bodoh!), begitu kira-kira.

Dan banyak hal2 konyol lagi soal twitter yang aku g tahu...

Okay ... awal2 jarang ke twitter ... masih lebih sering ke facebook karena banyak teman... lama2 setelah aku banyak menderita  ... aku lebih banyak ke twitter yang interaksinya lebih minim karena twitterku protected. Bukan apa2 ... ada masa2nya dimana aku sampai pada point zero ... pengin marah2... pengin nangis2 ... dan karena di sini aku minim teman dekat... aku g bisa curhat ke siapa2 ... siapa juga yg mau dengar aku yang mengeluh (terus) tentang terutama thesisku ... dan ttg bagaimana menderitanya aku di negeri asing ... dan bagaimana beratnya jadi mahasiswa sekaligus jadi ibu ... so ... aku jadi sering curhat di twitter ... (dan di Blog) soal2 itu ... aku hobi curhat malam hari ketika TL sepi ... Facebook aku hindari karena banyak teman, banyak keluarga... yg pastinya akan khawatir kalau aku "menderita" hahahaha... enggak ding ... mereka pastinya jadi 'eneg' kalau ndengerin aku yang banyak komplain ...

Awal... aku diminta utk following dan add follower... g banyak... krn aku g woro-woro (kasih pengumuman) soal aku punya twitter... sampailah aku pada angka 48 following dan 47 follower ... setelah itu turun jadi 46 following dan 45 follower karena aku delete 2 teman (sorry) ... bukan karena mereka jahat, tapi karena dua nama teman ini postingnya di anggap sebagai spam... dan ak selalu dapat peringatan dari anti-virusku untuk mendelete 2 nama ini... so dengan berat hati terjadilah pen-delete-an. Soalnya aku lebih sering akses twitter dari laptop yang aku pake untuk menulis thesis... kalau bervirus ... waaaahhhh... mati aku...

Ok... setelah angka mencapai yang tersebut diatas, tiba2 aku tidak bisa meng-add ataupun meng-konfirm siapapun lagi ... aneh ... pertama aku tahu waktu aku ingin mengkonfirm Melao, ini temanku berbagi pikiran... aku selalu kagum sama ide2nya, cerdas. Setiap kali aku confirm, selalu tertulis sudah confirm ... ok... tp tiap kali aku sign out dan sign in lagi keesokan harinya, setting kembali seperti sebelum aku meng-confirm Melao ... jadilah membingungkan krn tiap kali sign in hrs confirm lagi dan confirm lagi ... itu baru satu orang... yang lain menyusul kemudian... termasuk igor jg tidak bisa ak confirm (kl yang ini sih tidak begitu ak sesali... hahahaha... no... igor teman baikku ding ... jadi dengan sangat terpaksa, aku menyesal tidak bisa add dia). ... Pada akhirnya aku give up dan membiarkan accountku seperti apa adanya dgn 46 following dan 45 follower ... dengan permintaan utk men-follow aku sebanyak 43 sampai saat ini.... maaf... ini diluar kendaliku ... semua upaya sudah aku lakukan termasuk mengubah setting jadi unprotected ... tapi dgn manis... si account berubah jadi protected lagi keesokan harinya. Apa g harus sign out ya? G bisa juga karena begitu laptop aku matikan, twitterku otomatis sign out ... piye jal? haha

igor memberi ide untuk buka account baru yang lebih sehat ... iyalah ... tapi aku sungguh, tidak sampai hati men-dump account twitterku yang sekarang ini... dia sudah mendengarkan keluh kesahku sejak tahun 2010... suka dukaku selama di negeri orang yang bahkan g bisa aku share-kan dgn goen... masak ya aku dump begitu saja... kok rasanya seperti memutuskan persahabatan dengan teman lama ... habis manis sepah dibuang ... banget.... mau jalan dengan dua account twitter ... kok ya kurang kerjaan banget ... dgn 1 facebook, 2 e-mails, 1 twitter, 1 blog, 1 website aja udah megap2 ngurusnya, apalagi kalau harus mau tambah satu lagi ... it's a bit too much for me now ...

Jadi, aku menulis posting ini buat teman2 yg sudah add dan tidak bisa aku confirm... maaf ... dan buat teman2 yang mungkin yang mau meng-add (#gr)... mungkin kalau aku pulang ke Indonesia nanti... ada yang bisa bantu mem-fix-kan trouble ini ... tapi at this point ... aku bahagia dengan twitter-ku yang protected ... hahahaha... otakku lagi dibutuhkan untuk mikir yang lain... g mau ditambahin dengan keharusan mengutak-atik account twitter ...

Begitu ... terima kasih... dan maaf sekali lagi

Thursday, November 8, 2012

Tak boleh membencimu




Tak boleh membencimu?
Harus terus mencoba mencintaimu?
Kenapa?

Hampir selalu…

Aku menyukai kebersamaan kita …
Aku mencintai keterbukaanmu …
Aku menghargai kerelaanmu berbagi …
Aku menikmati saat-saat aku menyentuhmu …
Aku hanyut dalam mimpi-mimpi yang kau berikan …
Aku tenggelam dalam duniamu…

Namun ada kalanya …

Aku lelah …
Aku membencimu …
Aku tidak memahamimu …
Aku tak ingin menyentuhmu …
Aku tak ingin tahu tentangmu …
Aku tak ingin kau bebani dengan ide-ide barumu …

Jadi kenapa juga aku tak boleh membencimu?
Jawabku untuk diriku sendiri adalah:
Karena aku tak bisa …
Karena aku tak boleh …


*Untuk buku-buku yang saat ini sedang kubaca*

Monday, November 5, 2012

Untukku, hari ini

There is time like this when I have to think back to what I did...

Try to reason why things happened...

Try to understand people better...

Try to put myself in other people's shoes...

It is not easy ... for me ...

Most of the time I end up saying to myself, "I JUST DON"T UNDERSTAND!"

Am I too simple or Are other people too complicated?

Or am I just too serious and other people are too ignorant?

Or am I just too sensitive with things????

I don't know...

Today I feel (again) like Simple Plan's song "Welcome to my Life."


Friday, November 2, 2012

Ayam, Justin Bieber, dan Fertilitas

Don't take this post seriously...

Hari ini mood-ku naik turun... bukan senang-sedih... tapi excited ke over-excited. Hahaha... today is just one of those days when I feel super insane ...

Dan aku menonton acara di TV yang memaparkan hasil penelitian bahwa ayam akan bertelur lebih banyak jika mereka mendengarkan musik. Bukan musik yang 'serius' seperti Jazz atau Heavy Metal (jadi heavy metal tuh musik serius ya?) tapi easy listening music seperti lagunya Justin Bieber contohnya. hahahaha

Just the right time ... and my imagination went crazy ...

Karena lagi berkutat dengan paragraf tentang fertilitas perempuan, aku tiba2 jadi feel hilarious sendiri. Jangan-jangan tingkat fertilitas perempuan juga bisa dipengaruhi oleh musik yang didengarkan. Kalau ayam bisa bertelur banyak, mungkin perempuan bisa beranak banyak juga kalau lebih sering mendengarkan lagu2-nya Justin Bieber... Dan perempuan-perempuan penggemar musik serius seperti Jazz harus menelan pil pahit .... Jadi perempuan yang pengin punya anak, silahkan dengarkan Justin Bieber banyak-banyak. Dan perempuan yang sudah 'kapok' punya anak atau g mau punya anak, hindarilah lagu2 Justin Bieber ... bisa kebobolan nantinya.

 'make-love' sambil ndengarkan Justin Bieber???? Hehhehehe... nggak banget deh buat aku... bukan karena lagunya kurang romantis ... tapi aku kok mbayangkan 'make love' sambil diliat anak kecil ... ga banget ... wkwkwkwkw. That was how wild my imagination went krn pasti proses peningkatan fertilitas pasti tidak sesederhana itu.

Adios


Tuesday, October 30, 2012

Aku, Goen, dan Mercy Curut

Aku mengirim text ke Goen, "Aku pengin mercy yang bentuk-e kaya curut itu."

Di reply dengan pendek, "Ya."

Aku tanya lagi, "Ya apa?"

Dijawab, "Ya mercy curut itu."

Wkwkwkwkwkwkwk...

After 14 years of marriage, I still find him amusing ... or simply bego ya???

Friday, October 12, 2012

Aku, tempat ini, dan Dia yang diatas sana



Ak selalu suka tempat itu, tempat ak bisa menikmati kesendirianku, ditemani Tuhan , mungkin (kl Tuhan ada), itupun Dia tak pernah bicara

Tuhanku bisu ??? atau Ak yang tuli ???? ...

Entahlah ... tapi kami sama2 bahagia dalam diam kami ... aku tak mengganggunya, Dia tak mengangguku ...

Tapi mungkin juga Dia tidak tahu harus bicara apa padaku... maklum Dia laki-laki... sudah tua pula ... agak out-of-date mungkin ...

Aku juga tak berani mengajak Dia bicara, takut ketahuan bodoh ... ;p

Thursday, October 11, 2012

Night and Day

We take turn to watch the night …
We take turn to watch the day …

The night slips to dawn,
the day hid by dusk …

inescapable…
like goodbyes …


@48cool

Wednesday, October 10, 2012

It is a Mad World indeed ...



I like this song ... I love this clip...

But it is sad to say that this is my week's soundtrack...

I feel upset with people I (think) I know ... but yeah ... It's a mad world ...

So I'll keep on fighting ...

In case you care and want to sing along, this is the lyric:

 "Mad World"

All around me are familiar faces
Worn out places, worn out faces
Bright and early for their daily races
Going nowhere, going nowhere
Their tears are filling up their glasses
No expression, no expression
Hide my head I want to drown my sorrow
No tomorrow, no tomorrow

And I find it kinda funny
I find it kinda sad
The dreams in which I'm dying
Are the best I've ever had
I find it hard to tell you
I find it hard to take
When people run in circles
It's a very, very mad world mad world

Children waiting for the day they feel good
Happy Birthday, Happy Birthday
And I feel the way that every child should
Sit and listen, sit and listen
Went to school and I was very nervous
No one knew me, no one knew me
Hello teacher tell me what's my lesson
Look right through me, look right through me

And I find it kinda funny
I find it kinda sad
The dreams in which I'm dying
Are the best I've ever had
I find it hard to tell you
I find it hard to take
When people run in circles
It's a very, very mad world ... mad world
Enlarging your world
Mad world

http://www.azlyrics.com/lyrics/garyjules/madworld.html

Monday, October 8, 2012

Pak Kasno dan kereta api



Waktu dapat tag foto personel Fakultas Sastra dengan rombongan Universitas dari Malaysia yang sedang berkunjung ke Unika, ide yang muncul di kepalaku adalah 'Kapan mau gantian berkunjung ke Malaysia?' haha... beginilah reaksi seorang manusia yang sedang terkukung di ruang kerja ... bawaannya kabur terus...
 
Tiba-tiba aku tertegun karena aku teringat pak Kasno... ahem... #cough... Aku ingat beberapa tahun lalu waktu Sastra sedang rencana pergi piknik tahunan, salah satu rencananya adalah ke Jakarta dengan naik kereta api. Dan pak Kasno adalah salah satu yang sangat antusias dengan rencana itu karena: pak Kasno, waktu itu at least, belum pernah naik kereta api... #myheartcriedforhim... :(...  dan entah sekarang udah jadi naik kereta api atau belum karena rencana itu tidak jadi di 'execute'   hehe... (realisasinya kemana ya akhirnya? aku lupa), tapi yang jelas g naik kereta api dengan pertimbangan piknik berombongan dengan naik kereta api lebih mahal dibandingkan kalau naik bis. 

Dengan asumsi pak Kasno belum juga sempat naik kereta api, aku kok jadi merasa seperti punya 'hutang' ke pak Kasno. 

Dengan latar belakang anak pegawai negeri yang hobi pindah kota kerja dan punya bapak yang hobi 'jalan'... semua mode angkutan sudah pernah aku coba (dari digendong sampai naik pesawat... tee hee...). Dan naik kereta api adalah bagian pengalamanku sejak kecil. Dari jaman naik kereta masih harus bawa termos untuk mbuat susu di awal tahun 1970-an sampai naik kereta api yang makanannya diantar dari restorasi... #ohIfeellikeaqueen.

So, buat aku, kenyataan bahwa pak Kasno belum pernah naik kereta api adalah hal yang 'mengherankan' dan pathetic. Perasaan sama aku alami waktu aku dengar ada orang yang belum pernah liat Monas, karena belum pernah ke Jakarta... #sigh... 

Yah, itulah aku yang sering lupa untuk 'count my blessings' ... yah, itulah aku yang sering lupa kalau  g semua orang punya uang, punya waktu, dan punya  hasrat untuk travel. ... yah begitulah...

Tulisan ini juga harus berhenti karena aku harus melanjutkan perjalananku menyelesaikan thesisku... sebuah perjalanan tanpa alat transport...

ps. untuk yang baca dan kenal pak Kasno, sampaikan salamku untuk pak Kasno... bilang that ... Ike prays that one day... seriously, one day she will be able to pay her debt.

Monday, October 1, 2012

HAIL photocopy service in Indonesia



I live in a country where a poor consumer like me is disadvantaged... hehehe... 

A mouthful sentence to say that printer cartridge is expensive... :(... 

Put it this way, I bought a printer for $44. It came with 2 initial cartridges, the black and the color one. When they run out of ink, I had to buy original or compatible cartridges for $29 each. I couldn't practice 'injection' kind of refill because the cartridges got a chip for sensor which told the printer that 'Hey!!! You know what? I am officially out of ink! Even when this stupid woman tried to inject me with other liquid... she can't fool me because I am smarttttttttttttt!'


#and ike cursed the catridge, the printer, the company which made the printer n the cartridge, the people who developed the technology, and a longer list of people and things which made, is making, makes, n will make her miserable... :D. 

And when you read this and give comment, I warn you: never never never tell me and try to lecture me about how to solve the above problems! I'll punch you right away! l'm telling you what:  I had spent half of my day googling for solution, I tried them all, none worked. Once I injected the cartridge, the printer stopped working. It couldn't even scan. One suggestion was to buy a(nother) tool to reset the cartridge from China... lol ... 'thank you but no thank you, I am trying to refill  a (one) cartridge, not opening an ink refill business'

#ike restrained the urge to curse.

Whoops! enough for cursing... where am I now? Ok, one more thing, printing in the university is expensive (23cents per page). Even when I  am entitled to a sum of printing credit from my school, it still doesn't cover my printing expense because we're taking about BOOKS here ... with hundreds of pages... (not that I can legally copy the whole book here but even some parts, when it comes to copying a book, lots of pages will turn up. Not to mention also that I have to copy the book myself and waste my time copying #males banget).

In short I’d like to say:

Hail photocopy service in Indonesia!

e-book is not a book


Woa technology is crazy...
 
For me, keeping up with technology is no fun but a necessity ( kepeksa, jv.).

I equip myself with a tablet to help me read e-books or e-publications which come in pdf, djvu, e-pub, and God knows what else (Speaking about the name 'tablet', it's just dawned to me that the same term ('tablet') also refers to the slab of stone used by ancient Egyptian to write the hieroglyph thingy magicy before they worked it out on papyrus? No?). 

All right then, I'll continue. Reasons? Complicated. To mention some: 

1. Lots of books now come as e-publications or in downloadable pdf versions which need a gadget to read them. Not to mention journals which are definitely on-line except for those archive ones. 

2. Printing is expensive (see more in “Hail Photocopy service in Indonesia” in my blog later) … 23c/page… and we are talking about books here … with hundreds of pages… Some you printed would be just put aside because they are not related...

3.  It is tiring to get involve in the ‘art of recall’ (recalling and getting a recall) with regard to library books. Meaning: you can only hold some books for a short while before someone else recalls the books. So the most effective and the cheapest way is to skim read the books quickly and scan the important pages in pdf to reread later. That way you save time to send and get the books to and from the library.

4. To tell the truth, I'm under deadly deep pressure to finish my thesis, so I sacrifice my usually fun 'bed-time' readings to catch up with thesis materials. Meaning: journals and academic books before I sleep... huhuhuhuhu T.T no more Twilight, Harry Potter, the  Girl With  the Dragon Tattoo, etc., etc. ... (anybody wants to give me an award for this? :( ...).

5. I can use my laptop to read some e-books and e-pubs but mine is 14" laptop which conforms the safety standard as a work station but not a comfortable gadget to hold when I want to do bedtime reading (imagine my struggle to read journals n books from my laptop while laying on the bed... :)...).

Well, those are my main reasons to have a tablet. 

Anyway, I think I won't be able to claim my membership as a human being if I  don't have any complaint about this new technology, will I? 

It is that the old woman in me keep saying that,'Yeahhhh... e-book is not a book. It definitely is NOT.' I may look fancy and posh... reading via a touch-screen tablet but still it is not my style of reading.

Having a printed book is really convenient... whenever I am slipping to my dream world, I can always drop the book on my lap, drop it on the bed, put it under my pillow or simply drop it on the floor. But I can't do the same thing with my tablet. I have to put more effort to stay awake while reading since I'm afraid of breaking the tab when I  drop it on the floor or if I accidently sleep on it. But it is good in a sense that I won't switch off 5 minutes after I start reading the journals or the academic books like I usually do ... tee hee... 

Well, while I  must admit that tablet helps me finish my readings, my heart longs for the good old printed books. Here I am talking about 'loss', not 'gain'...

P.s. new habit develops slowly but its effect is starting to take over bit by bit. It was like when I was in the middle of opening a file in my laptop and someone stopped by to talk to me. When she left, I touched the name of the file in the screen but nothing happened. I touched the screen harder, still it didn't react. Again I tried, it didn't work. Mentally I started to see a big banner with the capital letters: 'PANIC'  in front of me when I slowly realised that 'Hey! My laptop screen is not a touch screen.' hehehe ... :D...