Friday, November 23, 2012

Sudah relakan saja …



Kejadian ini sudah lama, tapi masih terekam jelas di ingatanku:
 

Sudah menjadi tradisi di Fakultasku kalau setiap ujian akhir pasti ada konsumsi harian, lumayanlah ada kira-kira 10 hari tanpa harus memikirkan kemana mau makan siang. Kami sering dipesankan makanan dari catering langganan. Makanan dari katering itu selalu 4 sehat jadi selalu ada sayur dan lauk yang lebih dari satu. Dan ketika catering dengan berbagai macam sayur dan lauk itu tiba, aku biasanya tidak mampu menghabiskan semua. Makanan itu lalu aku tinggal atau aku tawarkan ke mahasiswa yang kebetulan mampir ke ruangku. 

Rupanya pola makanku ini mulai bisa ditebak oleh mahasiswa yang sering mampir ke ruangku sampai terjadilah tragedi ini:

Hari itu menu cateringnya cocok untukku. Ada sambal, krupuk, perkedel, sayur dan yang paling aku suka: ada ikan tongkol goreng (I am a freak when it comes to seafood). Karena hari itu aku buru-buru harus rapat atau memberi kuliah (aku lupa) aku hanya sempat makan ikan itu suedikit sekali dan ikan itu terus kutinggal dengan harapan akan aku teruskan kembali setelah aku selesai dengan tugasku. 

Setelah mengalami hari yang panjang, akhirnya aku dengan nafas lega berjalan dengan bersemangat ke ruanganku dengan harapan bertemu “IKAN TONGKOL-ku tersayang.’ Namun tampaknya nasib berkata lain, ketika sampai ke ruanganku dan membuka rantang katering aku mendapati bahwa hampir semua kotak di rantang itu kosong kecuali bagian sayur… HUHUHU… ikanku raib entah kemana. 

Aku tidak bisa berkata apa-apa dan juga tidak bisa marah. Masak ya aku marah gara-gara sepotong ikan tongkol, yang bener aja… aku kan masih punya harga diri… Dan juga salahku tidak memberi pemberitahuan kalau ikan itu tidak boleh dimakan. Dengan posisi sudah sedikit dimakan, ikan dan lauk-lauk lain itu memberi kesan bahwa aku sudah makan tapi tidak habis. Jadi sah-sah saja untuk dimakan orang lain. Toh aku juga biasa menawarkan makananku yang tidak sempat aku makan pada mahasiswa.

Aku cuma sempat tanya, ‘Siapa ya yang makan ikanku?’ Dan dijawab beberapa mahasiswa yang ada di ruangan dengan menyebutkan beberapa ‘kemungkinan tersangka’ karena hari itu banyak mahasiswa yang mampir ke ruangku yang hari itu kubuka untuk umum. Aku hanya bisa duduk lesu dan meneruskan pekerjaanku. 

Secara sadar aku sudah merelakan raibnya ikan tongkol itu, namun ternyata bawah sadarku berkata lain. 

Sambil mengetik di laptop-ku, secara tidak sadar aku beberapa kali membuka tutup rantang itu. Entah apa yang aku pikirkan. Mungkin saking seringnya aku membuka tutup rantang itu tanpa sadar, salah seorang mahasiswa mulai memperhatikan kegiatanku itu dan berkata dengan nada menghibur, ‘Sudahlah madam, rantangnya dibuka tutup juga ikannya nggak akan kembali.’ Yang kujawab dengan memelas, ‘Siapa tahu ikannya lagi jalan-jalan dan memutuskan untuk balik lagi…’ T.T … 

Yah sudah akhirnya kurelakan kepergian ikan itu setelah sore datang dan ikan itu tak kembali jua …

3 comments:

Hans Febrian said...

relakan saja tongkolnya madam, siapa tau bulan depan dapat paus. :D
tidak sengaja terdampar di pulaunya madam,
salam kenal!
;D

Gloria Putri said...

pasti pelakunya "Anton" deh
hahaha...sapa lagi cb...hahaha...pingsan aja dia masih bs mikir nasi padang koq......wkwkwkwkkwkwkwkw

kangen madam nihhhh :'(
sayang ya reuni bsk ketemu nya cm sama dosen ganteng aja

eh ada hans juga,hans ini dosenku yg ngajar aq gender studies looooo *kedip2*

Angelika Riyandari (Ike) said...

@Hans Brownsound: waaa... kalau ikan Paus ... butuh piring dan garpu yang bessssaaarrr ... motongnya jg ribet ... hahahaha

@Glo: hatiku mengatakan begitu Glo ... tapi anaknya g ngaku ... hehe