Monday, March 28, 2011

The downfall of Rahwana in Dutch, its mp3

Today, out of the blue like usual. I've got the idea to convert the video of Nikimuzieku's wayang (shadow puppet) performance into mp3. First reason is I don't have enough time and internet quota to upload the video of the whole performance (it comes in gega bytes even in its flv format). The second reason is it will be nice to listen instead of watch the performance since in the old days many wayang (shadow puppet)performances were broadcasted through radio anyway so it will sound nostalgic. The third one, my video maker software is in trouble (and I am waiting for a new software) so I can't trim the video into smaller parts which will fit youtube requirement.
But I must publish it as soon as I can, in the most convenient format for me. At last... yeahhh... after several confusing steps taken, I managed to upload the mp3 of "The Downfall of Rahwana in Dutch."

The link is http://www.4shared.com/audio/jIX6CTppThe_Downfall_of_Rahwana_in_Dut.html

Sunday, March 27, 2011

Free at heart

Kaki kaki kecil itu menerjang ilalang membawa sepotong lidi dengan getah pohon diujungnya
Berlarian berburu capung-capung yang panik berterbangan
Tawa lepas bercampur jeritan-jeritan liar memenuhi udara

Tangan-tangan kecil itu berebut memanjat cepat
Meraih buah terdekat
Bersandar nyaman dalam rangkulan dahan menikmati belimbing kuning segar

Tubuh-tubuh kecil itu berbaring di rerumputan diam menatap langit sore
Menikmati pertunjukan awan
Naga, laki-laki tua berjenggot, domba, kelinci, perempuan berbaju putih, raksasa, anjing kecil, ayam berlari

Mahluk-mahluk kecil itu memanjat atap, duduk rapat dengan lutut dilipat melihat bintang
Tenggelam dalam sunyi malam
Terbang dalam khayal ke dunia asing di galaksi lain

Mata-mata kecil itu terpejam, lelap dalam tidur
Terbuai nyanyian serangga dan burung malam
Mimpi bermain bersama peri dan kurcaci

*my childhood memory*

Monday, March 21, 2011

Untukmu, hari ini

aku di sini mengingat dirimu...
... ku menangis tanpa air mata

(cinta terakhir - GIGI)

Wednesday, March 16, 2011

Silverchair’s song

My eyes caught a poster in the laudromat about Silverchair concert and I remember this part of my life….

I think everybody sensible enough will have one or more songs which reminds one of either good memory or bad memory. And I am telling you… Silverchair’s Miss You Love carries heartbreaking memory for me … it’s not my heartbroken though but a friend’s …

He developed a habit of sitting in Sastra’s illegal terrace every early morning with a glass of instant coffee and a cigarette, looked up to the sky … expressionless… felt heartbroken…
And he grew fond of Silverchair’s Miss You Love…

He sang this particular song, attempted to play guitar along with the song, downloaded mp3 and mp4 of this song, copied the song to my laptop and in my personal computer, copied the text and its guitar cord in them too …
So for weeks (or months?) my whole world was full of this song…
I can even sing this song nicely …

“…But I´m not too sure how I´m supposed to feel or what I´m supposed to say
But I´m not, not sure, not too sure how it feels, to handle everyday
And I miss you love
Make room for the prey cause I´m coming in with what I wanna say
But, its gonna hurt and I love the pain a breeding ground for hate
….
I love the way you love but I hate the way I’m supposed to love you back…”

I could not help him much at that time as love is a matter of heart and relationship is a matter of 2 hearts … it takes two to tango … so it says… But I am glad that I was able to be with him in one of his lowest moments… a thing that I can’t do anymore …

Wish you all the best boy … good luck …

Friday, March 11, 2011

RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional)

Membaca tentang RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional dan bukan Rumah Sakit Bersalin untuk Ibu) yang menghadapi banyak kendala terutama tentang pemakaian bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya sebenarnya sudah merupakan hal yang sudah bisa ditebak.

Kisah orang Indonesia dengan bahasa Inggris itu seperti kisah love-hate relationship. Di satu sisi orang merasa perlunya bahasa Inggris untuk berkompetisi di pasar global, di sisi lain ada ketakutan kita akan kehilangan identitas kita sebagai suatu bangsa ketika kita belajar bahasa lain. Rasanya persis seperti orang Jawa bilang, ‘ditarik sirahe, digoceki buntute’ (ditarik kepalanya, tapi dipegangi ekornya). Diminta bisa berbahasa Inggris tapi harus berbahasa Indonesia (plus plus berbahasa daerah). Yang ada adalah bingung… biNGUNG…BINGUNG…. .

Jujur saja, bahasa Inggris bukan bahasa yang kita pakai sehari-hari. Jadi pastinya, guru-guru dan murid-murid yang ada di sekolah-sekolah itu pasti tidak menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Ketika ada keharusan untuk mengajarkan mata pelajaran dalam bahasa Inggris di sekolah-sekolah RSBI, aku membayangkan bahwa guru-guru plus murid-muridnya itu akan berjuang dengan sedikitnya dua hal (yang berhubungan dengan bahasa Inggris) pertama berhubungan dengan mata pelajaran yang harus diajarkan dalam bahasa Inggris, yang kedua dengan komunikasi bahasa Inggrisnya.

Mata pelajaran yang disampaikan dalam bahasa Indonesia pun tidak menjamin bahwa murid akan memahami bahan ajar tersebut, apalagi ketika pelajaran itu disampaikan dengan bahasa asing. Belum lagi tuntutan pemakaian bahasa Inggris untuk berkomunikasi antara guru dan murid di kelas. ‘Menanyakan sesuatu yang tidak dimengerti dengan menggunakan bahasa yang tidak dimengerti untuk menghasilkan jawaban yang lebih bisa dimengerti dengan bahasa yang tidak dimengerti’ Woa … ternyata absurd juga.

Sebagai guru bahasa Inggris, aku punya kesadaran tentang pentingnya bahasa Inggris untuk bisa bersaing secara internasional. Namun aku juga tahu sekali bahwa untuk punya kemampuan berbahasa Inggris yang baik untuk mengajar, apalagi mengajar mata pelajaran bermuatan ilmiah seperti ekonomi, fisika, matematika, biologi, dsb., benar-benar membutuhkan waktu, tidak bisa instant dua tiga tahun saja. Hal lain yang perlu dipertimbangkan lagi adalah apakah pemakaian bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah itu tidak menciderai kebanggaan kita atas bahasa nasional kita? Karena menjadikan bahasa Inggris sebagai pengantar pendidikan itu konsekuensinya luas. Bahkan sampai pada perubahan terhadap pola pikir segala karena kan bahasa punya karakter berbeda-beda.

Bahkan Danny Whitehead, Head of English Development British Council, maupun Hywel Coleman, konsultan pendidikan di British Council Indonesia mengatakan kalau RSBI harus dievaluasi terutama efektifitas dalam pengajaran menggunakan bahasa Inggris.* Mereka bilang kalau sebenarnya Indonesia nggak perlu menkopi mentah-mentah kurikulum negara lain, bisa pakai kurikulum negara sediri. Nah, mungkin yang sekarang perlu disepakati adalah apa sebenarnya arti bertaraf internasional itu. Sekedar memakai bahasa Inggris dan pakai internet? Atau punya kualitas yang sejajar dengan negara-negara maju? Kok pendidikan kita jadi tambah carut marut begini ya....

*Sumber: Kompas.com ‘Bahasa Asing di RSBI tidak Efektif’, Jumat, 12 November 2010 [Diunduh pada tanggal 12 November 2010 jam 2.04].

Ps. Ada catatan kecil nih: semoga saja Pak Whitehead dan Pak Coleman tidak bermaksud bilang bahwa, ‘You say that you teach your students using English language but speaking frankly, it doesn’t sound like English language for me.’ Swt deh…

Wednesday, March 9, 2011

300 rupiah?

Hari itu aku dan Igor sama-sama ke gedung Mikael (Rektorat). Aku ke Lemlit di lantai IV untuk laporan tentang penelitianku, Igor ke BAAK di lantai II untuk mendaftar wisuda. Waktu aku sudah selesai dengan laporanku, aku turun untuk pulang. Aku melihat Igor masih di depan counter antara BAAK dan BAK, sibuk mencari-cari sesuatu di kantongnya.

Aku dekati dia dan bertanya, ‘Sudah selesai daftar? Kamu cari apa?’

Dia menjawab, ‘Ini mau ngambil formulir wisuda. Kata Mas-nya harus bayar 300. Aku cuma punya 200.’ Dia memperlihatkan koinnya padaku.

‘Bayar 300 untuk formulir wisuda? Apa iya Universitas semiskin itu dan se-matre itu sampai formulir wisuda saja harus bayar?’ pikirku.

Aku diam sebentar. Tiba-tiba aku mendapat pencerahan.

‘Igor, 300 itu bukan untuk beli formulir wisuda. Mas-nya bilang 300 itu maksudnya 300 ribu untuk bayar wisuda,’ kataku.

Aku menduga kemungkinan besar percakapan yang terjadi adalah seperti ini:

Igor: Mas, mau daftar wisuda.
BAAK: Formulirnya ada disana (sambil mungkin menunjukkan kotak di pojok counter.)
Igor: Bayarnya berapa mas? (merujuk pada formulir)
BAAK: 300. (merujuk pada biaya wisuda)

Sunday, March 6, 2011

Aku, Wayang, dan NIKIMUZIEKU

Terlibat pementasan wayang selama 3 kali berturut-turut dalam kurun waktu 2 tahun (2008-2009) meskipun dengan kru amatir Fakultas Sastra Unika Soegijapranata, NIKIMUZIEKU, sudah menjadi suatu prestasi tersendiri untuk aku yang sesungguhnya ignorant dan tanpa ‘sense of arts’ sama sekali. Dua kali terlibat sebagai ‘penyanyi’ bersama (nggak berani bilang ‘sinden’), dan sekali sebagai ‘pemukul gamelan’ (belum berani bilang ‘niyaga’ juga) membuatku ‘cinta’ sama wayang. Tapi cintaku pada wayang ini bukan ‘love at the first sight’ maupun ‘tresna marga saka kulina’ tapi lebih ke ‘Tresna Marga Saka ‘Kepeksa’’.

Cerita dibalik partisipasiku adalah sebagai berikut:

Di suatu sore, masih di gedung Albertus ketika itu, aku bekerja sampai sore. Sendiri. Lepas jam kantor. Ketika waktu semakin sore, aku memutuskan untuk ke lapangan futsal untuk melihat pertandingan antar angkatan dan kemudian pulang. Aku mengunci ruanganku dan pintu masuk ke Fakultas Sastra. Ketika aku akan menutup dan mengunci pintu masuk utama, aku melihat pak Jati (Psikologi) berjalan ke arahku.
‘Halo pak…,’ sapaku.
‘Hai… halo… hari ini katanya mau latihan nembang ya? Saya diminta mengajar tembangnya ke anak-anak Sastra. Bu Ike ikut latihan?’ kata Pak Jati menjawab sapaanku.
Untung pak Jati bukan orang yang bisa membaca hati dan jalan pikiran orang, andai si Bapak tahu apa yang ada di hati dan pikiranku saat itu, aduuuhhhh….
Isi hati dan pikiranku adalah, ‘ZZZZZ@@@@@???????#%^&*^#*!(*)!#*)@&^$!%*&#%^&**(@^!$!##!^!U’
Sebenarnya aku bingung berat, meski secara tegas dan jelas jawabanku atas ‘tuduhan’ pak Jati waktu itu adalah,
‘Iya pak. Saya ikut. Tapi ini anak-anak belum datang.’
Aku mengatakan hal itu sambil pelan-pelan melangkah mundur, membuka kembali pintu-pintu yang tadi aku kunci dibelakangku seakan-akan aku tadi baru datang dan membuka ruangan, bukannya mau pulang dan mengunci ruangan.
Aku mulai membuka pintu-pintu itu lagi sambil berpikir, ‘Ini yang mau latihan siapa ya? Kok nggak ada manusia lain sepotong pun…’
Aku mengajak pak Jati mengobrol ngalor ngidul sambil berharap adanya pencerahan tentang siapa saja manusia yang harusnya hadir sore itu dan berharap mereka segera muncul.
Kebingunganku terhenti setelah beberapa lama kemudian Ruschka muncul mengaku sebagai coordinator teman-teman yang akan terlibat pertunjukkan dan memberi alasan bahwa karena teman-teman yang harusnya latihan hari itu terlambat karena ada pertandingan futsal antar angkatan.

Maka terjadilah, sudah terlanjur ‘mengaku’, aku akhirnya terlibat dalam pentas wayang di Sastra, aku jatuh cinta pada wayang, dan hari ini aku kangen pengin bisa terlibat pementasan wayang Nikimuzieku lagi…

Wednesday, March 2, 2011

Sesal

Walau sakit yang kurasa...
Tak sekalipun aku menyesali semua yang terjadi...
Yang kusesali cuma satu...
Aku tak bisa mencintaimu...

@48cool