Monday, August 15, 2011

Aku dan Leonardo DiCaprio

Aku tidak suka Leonardo DiCaprio. Bukan karena cintaku pernah ditolak oleh dia… (nggak lah, cintaku kan untuk Brad Pitt seorang … wkwkwkwk …) tapi karena di awal kemunculannya, dia “lousy” banget … bahasa semarangnya dia tuh “malesi pollll”.
Aku tahu nama Leonardo DiCaprio pertama kali dari film “Romeo and Juliet”-nya Buzz Lurhmann. Film yang aku acungi jempol karena ide postmodernisme-nya. Of course, DiCaprio jadi “Romeo”, bangsawan lemah lembut gemulai dengan wajah ganteng cenderung cantik. Kelemahlembutannya itulah yang membuat Romeo di akhir cerita jadi mati tragis.
Film kedua yang mengangkat nama DiCaprio adalah “Titanic” . Kali ini dia berperan sebagai Jack seorang laki-laki kelas pekerja dari Inggris yang jatuh cinta pada perempuan bangsawan di kapal “Titanic”. Dengan adegan yang terkenal bersoundtrack lagunya Celine Dion “My heart will go on”. Tenggelamnya Titanic membawa Jack ke kematian.
Nhhhaaa … ini dia. Basically aku nggak begitu tertarik sama tampilan Leonardo DiCaprio yang lemah lembut, dengan matanya yang misty dan blurry. Buat aku, dia kurang “maskulin” hehe (ya gimana yah… aku merasa tampilanku lebih maskulin dari dia sih…).
Sudah kurang maskulin, eeeehhhhhh… dua kali maen PILEM kok ya mati teruuusssss…. Nih orang kok nggak pernah belajar dari pengalaman ya??? Stupid!!!
Dari dua film diatas, aku hanya menonton “Romeo and Juliet” (karena ingin menikmati ke postmo-an film ini bukan krn tertarik sama pemainnya. Nontonnya pun tidak selesai) dan tidak menonton “Titanic” sama sekali.
Film-film DiCaprio yang selanjutnya seperti “The Beach”, “Gangs of New York”, “Catch Me if You Can” … semuanya leeewwwaatttt dengan selllaaammmaattt … No way deh …
Beberapa bulan lalu aku tidak sengaja pinjam “Shutter Island” di persewaan video dekat rumah. Tak terlalu memperhatikan pemainnya siapa, aku menonton film yang ternyata dibintangi Leonardo DiCaprio ini. Film yang super intriguing. Tapi di film ini pun aku tidak terlalu memperhatikan DiCaprio.
Tapi aku berubah pikiran setelah setelah dua minggu lalu nonton “Blood Diamond” di TV. “O … ternyata Leonardo DiCaprio… actor yang bagus ya.” Aku suka pada perannya sebagai Danny Archer, kulit putih yang lahir di Afrika, penyelundup berlian di daerah konflik di Africa. Di Blood Diamond ini dia berperan sebagai petualang oportunis yang memanfaatkan situasi dan kondisi perang sipil di Siera Leonne untuk mendapatkan uang sekaligus berperan sebagai pahlawan. Peran yang sangat membuatku benci sekaligus sadar bahwa tidak ada orang di dunia ini yang perfect. Peran yang membuatku berpikir “What it means to be different”; tentang identitas. Sekalipun Danny itu kulit putih, dia lahir di Afrika. Kulit putih bukan, Afrika bukan. (Terus apa y?) jadi loyalitasnya sebagai bangsa tidak jelas. Yang jelas, dia setia pada uang tanpa peduli uang itu diperoleh dengan mencelakakan orang lain atau tidak.
Dan sekalipun di akhir film ini Leonardo DiCaprio MATI lagi … :D :D, kata-katanya yang mengungkapkan tentang situasi perang di Afrika tetap aku ingat, “Sometimes I wonder... will God ever forgive us for what we've done to each other? Then I look around and I realize... God left this place a long time ago.” Dan tentu saja kata “TIA” – This is Africa.

2 comments:

Gloria Putri said...

hahahahha....cerita ttg si john ni madam....wedewww...aq blm nntn tuh yg shutter island sama blood diamond nya.....kayaknya bagus, bsk nyewa ahhh

Angelika Riyandari (Ike) said...

iya Glo ... shutter island bener2 bagus sebagai suatu film yg membutuhkan pemikiran... n blood diamond bagus sebagai hiburan n bahan perenungan ...