Ini salah satu cerita yang menggambarkan betapa High and Dry-nya Radiohead adalah soundtrack keseharian Igor.
Hari itu adalah hari biasa dengan pekerjaan biasa dan kejadian-kejadian biasa sampai waktu makan siang. Aku yang lapar memutuskan untuk makan di kantin Thomas Aquinas (TA). Karena hari itu aku malas, aku memutuskan untuk naik motor instead of jalan kaki ke TA. Aku turun ke lantai dasar sambil mengirim dan menerima SMS ke dan dari Ruschka. Waktu aku sampai di halaman parkir, aku dengar ada suara ‘BAAAAMMMM!!!’ dari arah belakangku, suara benda jatuh. Lalu aku dengar suara ‘Aduh… aduh… aduh.’ Waktu aku menengok ke belakang Igor terlihat terbungkuk-bungkuk sambil dua tangannya memegang pinggang, berjalan terpincang-pincang ke arahku.
‘Ternyata jauh juga jarak dari atas ke parkiran. Sampai bawah aku mental. Untung nggak kena mobil,’ kata Igor sambil tetap terbungkuk-bungkuk dan meringis menahan sakit.
‘WHAT???’ batinku.
Aku memandang balkon jurusan Arsitektur dan Design, satu lantai diatas parkiran, lalu aku memandang Igor.
‘ASTAGA IGOR??!! Itu sih bukan loncat parkour… tapi percobaan bunuh diri,’ kataku setelah aku sadar apa yang terjadi….
Ps. Saat itu igor sedang hobby parkour…
Sunday, May 29, 2011
Saturday, May 28, 2011
Mungkin ...
Mungkin karena aku sakit perut
Mungkin karena aku kedinginan
Mungkin karena aku sudah lama tak lihat bulan
Mungkin karena aku mencret
Mungkin karena aku lama tak berpikir tentangmu
Mungkin karena aku sedang ingusan
Mungkin karena aku akhir-akhir ini terlibas rutin
Mungkin karena aku jarang pipis di musim dingin ini
Mungkin karena aku banyak pekerjaan
Mungkin karena kacamataku patah
Mungkin karena kulit tanganku luka kena super glue
Mungkin karena aku harus mengejar deadline
Mungkin karena lemari es-ku konslet
Mungkin karena aku habis beli sepatu baru
Mungkin karena aku ingin makan ikan asin
Mungkin karena aku lama tidak mendengar kabar tentangmu
Mungkin karena aku membaca buku “Goodnight Mister Tom”
Mungkin karena aku membunuhi kecoa
Mungkin karena aku pusing keracunan obat semprot serangga
Mungkin karena aku lagi ndengerin lagu Alan Parson’s project
Mungkin karena aku ingin nonton konser perpisahan Scorpion
Mungkin karena aku harus banyak nulis jurnal
Mungkin karena aku habis buat desain pake photoshop
Mungkin karena aku sedang tak punya pulsa
Mungkin karena mouse-ku sedang bego
Mungkin karena semua hal di atas …
Atau mungkin karena hal-hal yang bukan di atas…
Mungkin …
ya mungkin …
Mungkin …
mungkin …
mungkin …
mungkin …
Haruskah ada alasan yang jelas untuk sekedar ingat kamu?
Mungkin karena aku kedinginan
Mungkin karena aku sudah lama tak lihat bulan
Mungkin karena aku mencret
Mungkin karena aku lama tak berpikir tentangmu
Mungkin karena aku sedang ingusan
Mungkin karena aku akhir-akhir ini terlibas rutin
Mungkin karena aku jarang pipis di musim dingin ini
Mungkin karena aku banyak pekerjaan
Mungkin karena kacamataku patah
Mungkin karena kulit tanganku luka kena super glue
Mungkin karena aku harus mengejar deadline
Mungkin karena lemari es-ku konslet
Mungkin karena aku habis beli sepatu baru
Mungkin karena aku ingin makan ikan asin
Mungkin karena aku lama tidak mendengar kabar tentangmu
Mungkin karena aku membaca buku “Goodnight Mister Tom”
Mungkin karena aku membunuhi kecoa
Mungkin karena aku pusing keracunan obat semprot serangga
Mungkin karena aku lagi ndengerin lagu Alan Parson’s project
Mungkin karena aku ingin nonton konser perpisahan Scorpion
Mungkin karena aku harus banyak nulis jurnal
Mungkin karena aku habis buat desain pake photoshop
Mungkin karena aku sedang tak punya pulsa
Mungkin karena mouse-ku sedang bego
Mungkin karena semua hal di atas …
Atau mungkin karena hal-hal yang bukan di atas…
Mungkin …
ya mungkin …
Mungkin …
mungkin …
mungkin …
mungkin …
Haruskah ada alasan yang jelas untuk sekedar ingat kamu?
Thursday, May 19, 2011
Kau buat aku marah
‘FINE!!! Akhirnya kau memaksaku untuk mengatakan ini?’ teriakku
‘Kau bodoh! Itu yang aku selalu ingin katakan padamu…. Tahukah kau kalau kau itu bebal???’
‘Kenapa kau harus pertahankan sesuatu yang tak mungkin…’
‘Yang kau sebut apa? Cinta?’
‘Sudah tak saatnya lagi kau bicara soal hal-hal itu… Sudah lewat buatmu…’
‘Kenapa tak kau pakai waktumu untuk sesuatu yang lebih berharga…???’
‘Pakai otakmu!!! Biar tak berkarat itu otak …!!!!’
‘Jangan pakai hatimu terusssss!!!!! Bosan aku mendengarmu menangisi sesuatu yang tak jelas…’
‘Buka matamu lebar-lebar… HUH!!! Kenapa kau tetap bebal…,’ seruku dengan geram…
‘KAU TAK PERNAH MAU MENDENGARKU…’
Dan kulihat perempuan di cermin itu menangis …
‘Kau bodoh! Itu yang aku selalu ingin katakan padamu…. Tahukah kau kalau kau itu bebal???’
‘Kenapa kau harus pertahankan sesuatu yang tak mungkin…’
‘Yang kau sebut apa? Cinta?’
‘Sudah tak saatnya lagi kau bicara soal hal-hal itu… Sudah lewat buatmu…’
‘Kenapa tak kau pakai waktumu untuk sesuatu yang lebih berharga…???’
‘Pakai otakmu!!! Biar tak berkarat itu otak …!!!!’
‘Jangan pakai hatimu terusssss!!!!! Bosan aku mendengarmu menangisi sesuatu yang tak jelas…’
‘Buka matamu lebar-lebar… HUH!!! Kenapa kau tetap bebal…,’ seruku dengan geram…
‘KAU TAK PERNAH MAU MENDENGARKU…’
Dan kulihat perempuan di cermin itu menangis …
Tuesday, May 17, 2011
Untukmu, hari ini
Hujan di pagi musim gugur ini,
Mengingatkanku padamu,
pada kita dulu.
I miss you today ...
Mengingatkanku padamu,
pada kita dulu.
I miss you today ...
Saturday, May 14, 2011
Ibuku
Aku biasa memanggilnya ‘mama’… untukku dia wanita hebat… sangat hebat… lebih banyak bicara dengan kepala, bukan hati. Karenanya dia juga wanita yang sulit untuk dicintai. Kata-katanya yang selalu kuingat adalah bahwa aku tidak boleh mengeluh: ‘Jangan pernah berkata kamu tidak bisa. Semua pasti ada caranya.’ Waktu aku kecil aku pernah pulang ke rumah dari bermain bersama teman-teman sambil menangis karena aku dijahilin oleh mereka. Tahu apa yang dia katakan padaku? ‘Kalau kamu main dan pulang sambil menangis, kamu tidak usah main saja.’ Sejak itu apa pun yang terjadi, aku tidak pernah pulang menangis. Sampai suatu hari, menurut cerita ibuku, dia didatangi oleh ibu-ibu lain yang bercerita betapa nakalnya aku.
Dia tidak pernah bereaksi berlebihan terhadap segala kegembiraan atau prestasi… buatnya semua hal itu kewajaran belaka. Naik kelas, lulus sekolah, kerja … bukan hal yang istimewa buat dia… ‘kalau orang sekolah ya harus lulus’ … ‘kalau orang sudah lulus ya harus kerja’… Pernah aku menelponnya untuk laporan tentang nilai semester. Dari 12 mata kuliah yang aku ambil waktu itu, hanya ada satu nilai ‘B’… yang lain ‘A’… dan reaksinya persis seperti yang aku bayangkan: “Kenapa ada nilai ‘B’? Kenapa tidak semua ‘A’?
Aku dan dia sama-sama keras kepala, karenanya kami sering bertengkar. Pertengkaran yang pernah menempatkan kami pada pilihan ‘Kau’ atau ‘Aku’ yang menang… you have to die for me to live dan sebaliknya. Waktu aku masih sangat muda (SD-SMP) aku selalu membantah kalau dimarahi. Dan yang tadinya cuma bara akhirnya menjadi api. ‘Kalau dimarahi, selalu membantah!’ katanya marah. Ketika aku semakin besar (SMA-Kuliah), aku menyadari bahwa pertengkaran hanya akan menyakiti hati kami berdua karenanya aku memutuskan untuk tidak mengatakan apa-apa ketika aku dimarahi. Apa hasilnya? ‘Diajak ngomong kok diam saja???? Nggak mau mendengarkan!!!!’ katanya.
Ketika aku bertambah dewasa, aku dan dia lebih bisa berkompromi untuk lebih saling memahami. Meskipun bukan berarti menghilangkan perbedaan yang ada, tapi setidaknya bisa mengurangi letupan-letupan yang muncul.
Dulu aku sempat punya ‘resentment’ yang amat sangat terhadap dirinya, sekarang sebagai seorang ibu aku lebih bisa memahami dirinya dan ‘her determinations’ untukku …
Aku mencintainya dengan caraku… seperti dia yang aku yakin juga mencintaiku dengan caranya…
*Beda usia, beda generasi akan menciptakan perbedaan… harus belajar banyak untuk memahami orang lain terutama orang tua…*
Dia tidak pernah bereaksi berlebihan terhadap segala kegembiraan atau prestasi… buatnya semua hal itu kewajaran belaka. Naik kelas, lulus sekolah, kerja … bukan hal yang istimewa buat dia… ‘kalau orang sekolah ya harus lulus’ … ‘kalau orang sudah lulus ya harus kerja’… Pernah aku menelponnya untuk laporan tentang nilai semester. Dari 12 mata kuliah yang aku ambil waktu itu, hanya ada satu nilai ‘B’… yang lain ‘A’… dan reaksinya persis seperti yang aku bayangkan: “Kenapa ada nilai ‘B’? Kenapa tidak semua ‘A’?
Aku dan dia sama-sama keras kepala, karenanya kami sering bertengkar. Pertengkaran yang pernah menempatkan kami pada pilihan ‘Kau’ atau ‘Aku’ yang menang… you have to die for me to live dan sebaliknya. Waktu aku masih sangat muda (SD-SMP) aku selalu membantah kalau dimarahi. Dan yang tadinya cuma bara akhirnya menjadi api. ‘Kalau dimarahi, selalu membantah!’ katanya marah. Ketika aku semakin besar (SMA-Kuliah), aku menyadari bahwa pertengkaran hanya akan menyakiti hati kami berdua karenanya aku memutuskan untuk tidak mengatakan apa-apa ketika aku dimarahi. Apa hasilnya? ‘Diajak ngomong kok diam saja???? Nggak mau mendengarkan!!!!’ katanya.
Ketika aku bertambah dewasa, aku dan dia lebih bisa berkompromi untuk lebih saling memahami. Meskipun bukan berarti menghilangkan perbedaan yang ada, tapi setidaknya bisa mengurangi letupan-letupan yang muncul.
Dulu aku sempat punya ‘resentment’ yang amat sangat terhadap dirinya, sekarang sebagai seorang ibu aku lebih bisa memahami dirinya dan ‘her determinations’ untukku …
Aku mencintainya dengan caraku… seperti dia yang aku yakin juga mencintaiku dengan caranya…
*Beda usia, beda generasi akan menciptakan perbedaan… harus belajar banyak untuk memahami orang lain terutama orang tua…*
Thursday, May 12, 2011
Wednesday, May 11, 2011
A message for you
facebook.com
goen2ike@yahoo.com
automatically remembered password
login
icon message
send a new message
to ############
subject: Miss u
Message:
“Kamu ingat bunga-bunga yang ada di kebun depan kita? Cantik ya? Memberi banyak warna di rumput yang hijau. Membayangkan kupu-kupu kuning… seperti mentega yang terbang… hhhhhmmm… butterfly…”
“Ingat langit biru bersaput awan putih tipis. Birunya indah…. Awannya? Mirip anjing pudel, gajah besar, nenek sihir …”
“Kamu ingat waktu kita mencuri pinjam mobil papa untuk jalan-jalan, padahal aku belum punya SIM? Sudah lama ya waktu itu? Kamu masih SD ya? Aku kan masih di SMP waktu itu. Sampai rumah aku di marahi sama papa dan kamu akhirnya merelakan separo dari uang sakumu tiap hari untuk aku karena papa menghukumku dengan tidak memberi uang saku mingguan?”
“Ingat waktu kita liburan ke pantai. Kamu marah padaku karena aku memaksamu masuk ke air padahal kamu benci kena air laut? Yang karena kamu marah kamu mendorong aku sampai aku basah kuyup. Dan kita tidak saling menyapa seharian setelah itu? Tapi akhirnya kita tertawa bersama waktu kita melihat mama jatuh ke air waktu mau naik perahu? Kita jahat ya? Tapi adegan jatuhnya mama lucu bangettt.”
“Masih ingat waktu kita pulang dari discoteque kemalaman? Eh kepagian? Waktu pesta malam tahun baru? Papa nunggu kita di depan pagar dan kita berdua di suruh berdiri di depan pagar rumah sampai subuh sambil mendengarkan kuliah gratis papa tentang hidup dan tanggung jawab?”
“Ingat waktu kita belajar minum? Alkohol pertama kita adalah Whiskey. Aku beli karena nama itu yang muncul di otakku. Mungkin hasil dari kebanyakan menonton film-film koboi kesukaanku dulu. Brrrrr… rasanya ternyata tak jauh dari minyak sayur buat masak. Sejak saat itu aku selalu meletakkan whiskey pada pilihan terakhir setiap kali membeli alcohol. Kamu? Bahkan bir-pun kamu tak suka pada akhirnya. Botol whiskey itu bertahan di sudut laci meja belajarku yang selalu kukunci selama lebih 2 tahun sampai akhirnya aku buang.”
“Merokok? Kamu mestinya tahu aku merokok. Aku tahu kamu selalu tahu tentangku dan ‘kejahatanku’, tapi kamu tak pernah menegurku untuk yang satu ini. Bahkan kau tidak marah waktu aku menghabiskan lipbalm-mu dengan alasan konyol: untuk melindungi bibirku dari kemungkinan terbakar karena rokok. Aaahhhh… aku waktu itu lebih peduli pada bibirku daripada paru-paruku… .”
“Ingat waktu aku pacaran backstreet sama… aduh kok bisa ya aku pacaran sama dia? Kalau diingat2 geli sendiri. Dia lebay banget. Waktu itu kamu berkorban ikut aku kemanapun aku pergi pacaran biar mama dan papa nggak curiga. Ea… tapi aku sudah membayarnya. Waktu kamu pacaran sama si egois itu, dan dia menyakitimu. Aku mendengarkan keluhanmu dan tangismu berhari-hari. Sampai bosan aku. Dan aku merelakan uang tabunganku untuk membelikanmu DVD seri korea kesayanganmuu jadi kita bisa nangis Bombay berdua waktu nonton seri itu.”
“Ingat pluto? Anjing kesayangan kita yang mati tertabrak mobil? Lucu ya dia, coklat muda dan gendut lagi. Yang suka mengigit kain pel waktu kita mengepel lantai karena dia pikir kita ngajak dia main. Ah… lucu ya ingat dia akhirnya kaya’ kain pel ekstra. Swing to the right and to the left… Waktu dia mati, aku menangis sampai lama dan aku berjanji tidak akan pernah lagi punya anjing. Janji yang tentu saja dengan sukses kulanggar… Dan kisah tentang anjing mati dan tangis kemudian berlanjut….”
“Ingat kita menabung mati-matian untuk membeli baju impian kita? .. eeehhhh …. ternyata ada tiruannya yang jauh lebih murah. Woaaa…”
Waktu ternyata sangat cepat berlalu ya? Padahal semua hal itu masih segar di ingatanku. Jarak dan waktu memisahkan kita sekarang ini. Aku tidak bisa memutar kembali waktu tapi aku bersyukur karena pada saat itu kamu selalu ada untukku. Miss you a lot …
Send
Message has been sent
Okay
goen2ike@yahoo.com
automatically remembered password
login
icon message
send a new message
to ############
subject: Miss u
Message:
“Kamu ingat bunga-bunga yang ada di kebun depan kita? Cantik ya? Memberi banyak warna di rumput yang hijau. Membayangkan kupu-kupu kuning… seperti mentega yang terbang… hhhhhmmm… butterfly…”
“Ingat langit biru bersaput awan putih tipis. Birunya indah…. Awannya? Mirip anjing pudel, gajah besar, nenek sihir …”
“Kamu ingat waktu kita mencuri pinjam mobil papa untuk jalan-jalan, padahal aku belum punya SIM? Sudah lama ya waktu itu? Kamu masih SD ya? Aku kan masih di SMP waktu itu. Sampai rumah aku di marahi sama papa dan kamu akhirnya merelakan separo dari uang sakumu tiap hari untuk aku karena papa menghukumku dengan tidak memberi uang saku mingguan?”
“Ingat waktu kita liburan ke pantai. Kamu marah padaku karena aku memaksamu masuk ke air padahal kamu benci kena air laut? Yang karena kamu marah kamu mendorong aku sampai aku basah kuyup. Dan kita tidak saling menyapa seharian setelah itu? Tapi akhirnya kita tertawa bersama waktu kita melihat mama jatuh ke air waktu mau naik perahu? Kita jahat ya? Tapi adegan jatuhnya mama lucu bangettt.”
“Masih ingat waktu kita pulang dari discoteque kemalaman? Eh kepagian? Waktu pesta malam tahun baru? Papa nunggu kita di depan pagar dan kita berdua di suruh berdiri di depan pagar rumah sampai subuh sambil mendengarkan kuliah gratis papa tentang hidup dan tanggung jawab?”
“Ingat waktu kita belajar minum? Alkohol pertama kita adalah Whiskey. Aku beli karena nama itu yang muncul di otakku. Mungkin hasil dari kebanyakan menonton film-film koboi kesukaanku dulu. Brrrrr… rasanya ternyata tak jauh dari minyak sayur buat masak. Sejak saat itu aku selalu meletakkan whiskey pada pilihan terakhir setiap kali membeli alcohol. Kamu? Bahkan bir-pun kamu tak suka pada akhirnya. Botol whiskey itu bertahan di sudut laci meja belajarku yang selalu kukunci selama lebih 2 tahun sampai akhirnya aku buang.”
“Merokok? Kamu mestinya tahu aku merokok. Aku tahu kamu selalu tahu tentangku dan ‘kejahatanku’, tapi kamu tak pernah menegurku untuk yang satu ini. Bahkan kau tidak marah waktu aku menghabiskan lipbalm-mu dengan alasan konyol: untuk melindungi bibirku dari kemungkinan terbakar karena rokok. Aaahhhh… aku waktu itu lebih peduli pada bibirku daripada paru-paruku… .”
“Ingat waktu aku pacaran backstreet sama… aduh kok bisa ya aku pacaran sama dia? Kalau diingat2 geli sendiri. Dia lebay banget. Waktu itu kamu berkorban ikut aku kemanapun aku pergi pacaran biar mama dan papa nggak curiga. Ea… tapi aku sudah membayarnya. Waktu kamu pacaran sama si egois itu, dan dia menyakitimu. Aku mendengarkan keluhanmu dan tangismu berhari-hari. Sampai bosan aku. Dan aku merelakan uang tabunganku untuk membelikanmu DVD seri korea kesayanganmuu jadi kita bisa nangis Bombay berdua waktu nonton seri itu.”
“Ingat pluto? Anjing kesayangan kita yang mati tertabrak mobil? Lucu ya dia, coklat muda dan gendut lagi. Yang suka mengigit kain pel waktu kita mengepel lantai karena dia pikir kita ngajak dia main. Ah… lucu ya ingat dia akhirnya kaya’ kain pel ekstra. Swing to the right and to the left… Waktu dia mati, aku menangis sampai lama dan aku berjanji tidak akan pernah lagi punya anjing. Janji yang tentu saja dengan sukses kulanggar… Dan kisah tentang anjing mati dan tangis kemudian berlanjut….”
“Ingat kita menabung mati-matian untuk membeli baju impian kita? .. eeehhhh …. ternyata ada tiruannya yang jauh lebih murah. Woaaa…”
Waktu ternyata sangat cepat berlalu ya? Padahal semua hal itu masih segar di ingatanku. Jarak dan waktu memisahkan kita sekarang ini. Aku tidak bisa memutar kembali waktu tapi aku bersyukur karena pada saat itu kamu selalu ada untukku. Miss you a lot …
Send
Message has been sent
Okay
Tuesday, May 10, 2011
Blog-ku klasik a.ka kuno ... haha
Melihat dan membaca tampilan blog-blog teman-temanku yang masih muda (20-30-an tahun), aku jadi tersadar (selalu telat deh ...) bahwa ternyata blog-ku bentuknya sangat klasik a.ka kuno. Lempeng, tanpa warna warni pernik-pernik, tanpa musik, tanpa follower ... hahahahahaha...
Entahlah, mungkin karena aku orangnya polos dan lempeng-lempeng aja. Atau karena aku sudah tua ya jadi ngelihat tampilan blog yang rame jadi gampang bingung (mo bilang gaptek dan nggak punya sense of art sama diri sendiri kok nggak rela ya...).
Okelah ... sampe saat ini aku masih CINTA sama blog-ku yang polos ini kok ... so be it ...
Entahlah, mungkin karena aku orangnya polos dan lempeng-lempeng aja. Atau karena aku sudah tua ya jadi ngelihat tampilan blog yang rame jadi gampang bingung (mo bilang gaptek dan nggak punya sense of art sama diri sendiri kok nggak rela ya...).
Okelah ... sampe saat ini aku masih CINTA sama blog-ku yang polos ini kok ... so be it ...
Thursday, May 5, 2011
Tuesday, May 3, 2011
Dia yang tak mau dewasa
“Kau berdarah,” teriak teman-temannya.
“Aku tidak berdarah, aku tidak jatuh!” katanya.
“Tapi lihat, di rokmu ada darah,” kata mereka
Gadis kecil itu melihat ke belakang, menarik roknya untuk bisa melihat lebih jelas.
Ya… itu terlihat seperti darah.
Dia berlari pulang, masuk kamar dan melepas roknya.
Menatap darah di roknya lekat-lekat…
Dia duduk dan menunduk melihat ke celananya…
… ada darah juga di sana…
Dia jadi ingat cerita ibunya tentang gadis-gadis yang menjadi dewasa.
‘Tapi itu tak mungkin aku,’ batinnya.
‘Aku belum mau berdarah. Aku belum siap menjadi besar, tidak enak jadi orang dewasa. Kenapa ini harus terjadi pada diriku sekarang,’ tangisnya.
Lalu gadis kecil itu memutuskan untuk bersembunyi di tempat yang tak bisa terjangkau orang. Dia terus bersembunyi disana, menolak untuk jadi dewasa. Dia selalu ada bersamaku, dalam diriku…
“Aku tidak berdarah, aku tidak jatuh!” katanya.
“Tapi lihat, di rokmu ada darah,” kata mereka
Gadis kecil itu melihat ke belakang, menarik roknya untuk bisa melihat lebih jelas.
Ya… itu terlihat seperti darah.
Dia berlari pulang, masuk kamar dan melepas roknya.
Menatap darah di roknya lekat-lekat…
Dia duduk dan menunduk melihat ke celananya…
… ada darah juga di sana…
Dia jadi ingat cerita ibunya tentang gadis-gadis yang menjadi dewasa.
‘Tapi itu tak mungkin aku,’ batinnya.
‘Aku belum mau berdarah. Aku belum siap menjadi besar, tidak enak jadi orang dewasa. Kenapa ini harus terjadi pada diriku sekarang,’ tangisnya.
Lalu gadis kecil itu memutuskan untuk bersembunyi di tempat yang tak bisa terjangkau orang. Dia terus bersembunyi disana, menolak untuk jadi dewasa. Dia selalu ada bersamaku, dalam diriku…
Subscribe to:
Posts (Atom)