Wednesday, May 26, 2010
Igor yang ekspressif
Ini kejadian waktu nonton cuplikan film terbunuhnya John Lennon (Igor penggemar berat John Lennon) Chapter … via youtube di komputer ruangku . Waktu itu yang nonton bertiga: aku, Anita, dan Igor. Karena itu cuplikan pendek, aku membutuhkan konsentrasi penuh untuk memahami adegan yang ada. Detik demi detik berlalu… menit demi menit berlalu… sampai pada adegan ada moncong mobil muncul di kegelapan (settingnya malam). Tiba-tiba tanpa terduga di depan mataku ada jari telunjuk di depan monitorku yang menunjuk ke mobil itu… dan suara panic Igor: “ITU … JOHN LENNON PULANG!!!” … aku yang sempat kaget menjawab: “CEPAT… BUKAKAN PAGAR…!!! SIAPKAN AIR PANAS!!!”
Friday, May 21, 2010
Side-effect of reading
Since I was a kid, I heard so many times people said that someone should read a lot so they can be smart. I did (and am still doing it foolishly… :p)… but never people warn me about the side effect of reading. I just realized it later that none of the smarter I am, I feel robbed from the so-called entertainment.
In times I need my piece of mind to just stop working and have fun…
But ….‘NOOOOO’…
I’ve just realized that I can’t watch ‘Hollywood’ movies without thinking about ‘Americanization’, that America will always win anyway; …without thinking about ‘Postcolonialism’, that white men will always be the winner and the saviour … (take examples of ‘Avatar’, ‘Knowing’, ‘2012’, ‘Rambo’, ‘Star Wars’, ‘Superman’) … .
I can’t watch news without seeing the unfair treatment to the ‘colored people’, without thinking about the prejudices of the west toward the east….
And I can’t even watch ‘MALE STRIPERS’ performances without thinking about ‘the objectification of the body’, let alone see women in ads and ‘real women’ being objectified in and by the media.
So what is left for me …???
Listening to the music … (and opt for love songs)… which is in a way are more universal … although still I feel robbed as mostly I am listening to lyrics written in English …
Ps. Last week I watched ‘Enemy at the Gates’ a true story of a Soviet sniper in WW 2, it is actually a very good movie… but how good it will be if all the characters (they are Russians and Germans, none of them are British or American) talk in English??? It felt so fake …
In times I need my piece of mind to just stop working and have fun…
But ….‘NOOOOO’…
I’ve just realized that I can’t watch ‘Hollywood’ movies without thinking about ‘Americanization’, that America will always win anyway; …without thinking about ‘Postcolonialism’, that white men will always be the winner and the saviour … (take examples of ‘Avatar’, ‘Knowing’, ‘2012’, ‘Rambo’, ‘Star Wars’, ‘Superman’) … .
I can’t watch news without seeing the unfair treatment to the ‘colored people’, without thinking about the prejudices of the west toward the east….
And I can’t even watch ‘MALE STRIPERS’ performances without thinking about ‘the objectification of the body’, let alone see women in ads and ‘real women’ being objectified in and by the media.
So what is left for me …???
Listening to the music … (and opt for love songs)… which is in a way are more universal … although still I feel robbed as mostly I am listening to lyrics written in English …
Ps. Last week I watched ‘Enemy at the Gates’ a true story of a Soviet sniper in WW 2, it is actually a very good movie… but how good it will be if all the characters (they are Russians and Germans, none of them are British or American) talk in English??? It felt so fake …
Wednesday, May 19, 2010
Kalau kamu copot … aku kasih 10.000…
Waktu itu sudah sore dan aku sudah siap untuk pulang ke rumah. Kebetulan waktu itu aku pulang bersamaan dengan salah satu mahasiswa. Sampai di tempat parkir aku sudah siap memacu motorku untuk pulang ketika aku dapati mahasiswa itu masih bingung mencari-cari sesuatu di tas-nya.
‘Cari apa,’ tanyaku sambil mendekatkan motorku ke tempat dia berdiri.
‘Kunci motorku, madam,’ jawabnya sambil terus mengaduk-aduk tasnya. ‘Kok nggak ada ya?’
Dia meletakkan tasnya di jok sepeda motor dan mulai mencari kunci di saku jaketnya. Aku tidak bisa banyak menolong, aku hanya bisa memandangi dia mencari kunci dengan prihatin. Karena kunci itu tidak juga ketemu, dia mulai melepas jaketnya, mencari di kantong bajunya dan meraba-raba badannya dengan agak panik (harap maklum yang namanya kampus tempatku bekerja tuh jauh dari mana-mana, apalagi kalau sudah sore… mencari angkutan bukan barang yang mudah. Kehilangan kunci motor = bencana). Melihat dia agak panik, aku semakin prihatin so… mataku semakin tajam menatapnya berharap dia bisa segera menemukan kuncinya.
Karena nampaknya kunci itu tidak ada di kantong bajunya, dia mulai meraba dan merogoh saku-saku celananya. Otomatis mataku juga mengikuti kemana tangannya bergerak (ya kan aku nggak mungkin membuang muka dan bersiul-siul ngeliat dia kesulitan gitu…).
Terus tahu-tahu dia membuka celana panjangnya dan mulai mencari kunci itu di celana pendek yang dipakainya sambil bilang., ‘Apa ada di kantong celana pendekku ya? Tadi aku sempat copot celana panjang dan pakai celana pendek.’ Alasan yang masuk akal karena mahasiswa kalau lagi basket atau futsal memang sering terus pake celana pendek gitu aja di kampus terutama kalau sore hari. Jadi aku diam saja dan tetap menatap dia yang sedang mencari-cari kunci di celana pendeknya sambil berharap (-harap cemas) semoga dia menemukan kuncinya itu.
Tiba-tiba saja dia berhenti mencari, menatapku, dan bilang, ‘Madam kok ngeliatin aku?’
Hah!!! Aku tiba-tiba tersadar… walaupun pikiranku waktu itu (sungguh) nggak kemana-mana selain berharap kunci itu ketemu… tapi mataku nanar menatap ooopppsss sorry … celana pendeknya…
‘He he,’ kataku menutupi malu. ‘Kalau kamu copot juga celana pendek itu, aku kasih kamu 10.000….’
‘Cari apa,’ tanyaku sambil mendekatkan motorku ke tempat dia berdiri.
‘Kunci motorku, madam,’ jawabnya sambil terus mengaduk-aduk tasnya. ‘Kok nggak ada ya?’
Dia meletakkan tasnya di jok sepeda motor dan mulai mencari kunci di saku jaketnya. Aku tidak bisa banyak menolong, aku hanya bisa memandangi dia mencari kunci dengan prihatin. Karena kunci itu tidak juga ketemu, dia mulai melepas jaketnya, mencari di kantong bajunya dan meraba-raba badannya dengan agak panik (harap maklum yang namanya kampus tempatku bekerja tuh jauh dari mana-mana, apalagi kalau sudah sore… mencari angkutan bukan barang yang mudah. Kehilangan kunci motor = bencana). Melihat dia agak panik, aku semakin prihatin so… mataku semakin tajam menatapnya berharap dia bisa segera menemukan kuncinya.
Karena nampaknya kunci itu tidak ada di kantong bajunya, dia mulai meraba dan merogoh saku-saku celananya. Otomatis mataku juga mengikuti kemana tangannya bergerak (ya kan aku nggak mungkin membuang muka dan bersiul-siul ngeliat dia kesulitan gitu…).
Terus tahu-tahu dia membuka celana panjangnya dan mulai mencari kunci itu di celana pendek yang dipakainya sambil bilang., ‘Apa ada di kantong celana pendekku ya? Tadi aku sempat copot celana panjang dan pakai celana pendek.’ Alasan yang masuk akal karena mahasiswa kalau lagi basket atau futsal memang sering terus pake celana pendek gitu aja di kampus terutama kalau sore hari. Jadi aku diam saja dan tetap menatap dia yang sedang mencari-cari kunci di celana pendeknya sambil berharap (-harap cemas) semoga dia menemukan kuncinya itu.
Tiba-tiba saja dia berhenti mencari, menatapku, dan bilang, ‘Madam kok ngeliatin aku?’
Hah!!! Aku tiba-tiba tersadar… walaupun pikiranku waktu itu (sungguh) nggak kemana-mana selain berharap kunci itu ketemu… tapi mataku nanar menatap ooopppsss sorry … celana pendeknya…
‘He he,’ kataku menutupi malu. ‘Kalau kamu copot juga celana pendek itu, aku kasih kamu 10.000….’
Saturday, May 15, 2010
Sorry? Say it again please …
Igor sepertinya sangat tahu kalau aku adalah tipe orang yang ignorant terutama kalau aku sibuk. Jadi kalau aku diajak ngomong basa-basi atau nggak penting sama orang, biasanya aku cuma akan bilang ‘hu uh…’ or ‘ya…’ untuk memberi tanda pada orang bahwa ‘I’m listening’ tapi sebenarnya aku nggak terlalu ngerti apa yang mereka omongkan. Karena kebiasaanku itu, maka terjadilah percakapan ini:
Ig: Madam, aku mau makan sabun…
Ik: ya… (aku hanya menangkap kata ‘makan’, aku pikir dia berpamitan mau makan)
Ig: Nah to … madam nggak ndengerin … Aku Mau Makan Sabun…
Ik: ya …
Ig: AKU MAU MAKAN SABUN!!!
Ik: Heh? Sabun? (baru sadar….)
Ig: hehehehe
Percakapan lain waktu aku sedang mengkoreksi skripsi di depan beberapa mahasiswa, Igor muncul di depan pintu dan mulai meracau:
Ig: Madam, nanti ke perpus bareng ya?
Ik: ya …
Ig: Bener lho ya … nanti tak boncengkan wis…
Ik: Iya … Iya…
Ig: Tapi aku nggak bawa motor ik?
Ik: Iya …
(mahasiswa yang lain sudah tertawa ngakak-ngakak dan aku recall percakapan ini dari mereka.)
Ig: Madam, aku mau makan sabun…
Ik: ya… (aku hanya menangkap kata ‘makan’, aku pikir dia berpamitan mau makan)
Ig: Nah to … madam nggak ndengerin … Aku Mau Makan Sabun…
Ik: ya …
Ig: AKU MAU MAKAN SABUN!!!
Ik: Heh? Sabun? (baru sadar….)
Ig: hehehehe
Percakapan lain waktu aku sedang mengkoreksi skripsi di depan beberapa mahasiswa, Igor muncul di depan pintu dan mulai meracau:
Ig: Madam, nanti ke perpus bareng ya?
Ik: ya …
Ig: Bener lho ya … nanti tak boncengkan wis…
Ik: Iya … Iya…
Ig: Tapi aku nggak bawa motor ik?
Ik: Iya …
(mahasiswa yang lain sudah tertawa ngakak-ngakak dan aku recall percakapan ini dari mereka.)
Saturday, May 8, 2010
Aku ingin ke India
Kalau aku bisa pergi bersamamu…
Aku ingin pergi ke India,
Aku ingin memasang bindi di dahiku, melukis tanganku dengan henna, memakai gelang-gelang besar beraneka warna di kaki dan tanganku, membuatnya gemerincing menemani hariku;
Aku ingin larut dalam indahnya warna-warni sari, hiruk pikuk jalan raya, riuhnya orang-orang berbicara, hangatnya nasi kari beraroma tajam;
Aku ingin menikmati kegembiraan bertukar hadiah, lezatnya manisan, indahnya cahaya lentera-lentera penghalau gelap di perayaan Diwali;
Aku ingin membasuh diri di sungai Gangga, mencuri kesuciannya, berharap adanya sedikit pengampunan dosa kelak saat ajal menjelang;
Aku ingin ikut perang bubuk berwarna dan air warna warni di perayaan Holi, bernyanyi, menari di bawah bulan purnama;
Aku ingin pergi ke kuil Ischon, Guruvayoor, Dwarkadhish, Dwarka, Manthura, Vrindava… ke tempat pangeran biruku dipuja…mempersembahkan bunga untuknya;
Aku ingin ke Kashmir menengok atap dunia menatap putihnya salju menyelimuti Himalaya menikmati teh berempah kayu manis;
Aku ingin duduk memandang senja menjelang di tepian Yamuna di tempat dia bertemu kekasihnya, Krishna…
Aku ingin pergi ke India,
Aku ingin memasang bindi di dahiku, melukis tanganku dengan henna, memakai gelang-gelang besar beraneka warna di kaki dan tanganku, membuatnya gemerincing menemani hariku;
Aku ingin larut dalam indahnya warna-warni sari, hiruk pikuk jalan raya, riuhnya orang-orang berbicara, hangatnya nasi kari beraroma tajam;
Aku ingin menikmati kegembiraan bertukar hadiah, lezatnya manisan, indahnya cahaya lentera-lentera penghalau gelap di perayaan Diwali;
Aku ingin membasuh diri di sungai Gangga, mencuri kesuciannya, berharap adanya sedikit pengampunan dosa kelak saat ajal menjelang;
Aku ingin ikut perang bubuk berwarna dan air warna warni di perayaan Holi, bernyanyi, menari di bawah bulan purnama;
Aku ingin pergi ke kuil Ischon, Guruvayoor, Dwarkadhish, Dwarka, Manthura, Vrindava… ke tempat pangeran biruku dipuja…mempersembahkan bunga untuknya;
Aku ingin ke Kashmir menengok atap dunia menatap putihnya salju menyelimuti Himalaya menikmati teh berempah kayu manis;
Aku ingin duduk memandang senja menjelang di tepian Yamuna di tempat dia bertemu kekasihnya, Krishna…
Monday, May 3, 2010
Goen dan aku
Gedung tempatku kerja persis ada di seberang gedung tempat Goen kerja. Untuk memasuki gedung, kami harus memakai kartu mahasiswa yang berfungsi sebagai kunci. Hal itu tidak jadi masalah karena kami sama2 punya kartu mahasiswa, tapi karena kami punya kegiatan yang beda dan jadwal yang beda kami tidak pernah merasa harus berangkat dan pulang bersama atau melakukan kegiatan di kampus bersama-sama. Aku pernah ke ruang Goen karena awal-awal dulu aku belum punya ruang, sebaliknya goen belum pernah ke ruangku.
Tiba2 saja Goen tanya ke aku tadi malam, ‘Ke, kalau masuk ke ruangmu harus pake kunci?’
‘Nggak,’ kataku ‘pakai kartu mahasiswa…’
‘Napa? Mau apel?’ tanyaku sambil nyengir…
‘Nggak … mung takon thok kok… Ngapa ngapeli kowe?’ jawab Goen cepat dan terkesan defensif…
hekekekeke… percakapan yang nggak mutu dan lucu … considering that we’ve been together for more than 20 years…
Tiba2 saja Goen tanya ke aku tadi malam, ‘Ke, kalau masuk ke ruangmu harus pake kunci?’
‘Nggak,’ kataku ‘pakai kartu mahasiswa…’
‘Napa? Mau apel?’ tanyaku sambil nyengir…
‘Nggak … mung takon thok kok… Ngapa ngapeli kowe?’ jawab Goen cepat dan terkesan defensif…
hekekekeke… percakapan yang nggak mutu dan lucu … considering that we’ve been together for more than 20 years…
Subscribe to:
Posts (Atom)