Today is a bad day for me.
I was afraid to face this day because I thought I was going to see the doctor to know whether I am all right or not. The result will affect the recommendation for my children's visa.
I went to the clinic, uncertain and afraid to hear the result, only to hear that... my appointment should have been on the 23rd of June, they rescheduled my appointment. They said that they left a message in my voicemail which dear me, I am afraid to say that I never check.
So and so they rebooked my appointment to the 18th of July... almost a month away from today. Which means that I may miss the chance to renew my children's visa which will be expired in August 23rd.
Today I am so angry with myself for letting my children's down. I am so angry with myself but I can't do anything. I just can't do anything. I don't know what to do know except to pray to God to have the courage to face the worst thing which could happen.
To be able to say that today is just one BAD DAY ...
Tuesday, June 28, 2011
Aku dan pesan SMS-ku
Orang selalu mengeluh dengan caraku membalas sms dengan kata-kata pendek seperti “ok” … “ya” … “Thanks” … tapi kalau emang tidak butuh jawaban panjang, kenapa harus memperpanjang jawaban. Usulan yang aku dapat dari Ruschka adalah memberi icon eh emoticon seperti :) , :(, dsb.
Beberapa saat setelah diberi usulan itu, salah satu mahasiswa yang harusnya ikut pertandingan futsal mengirim pesan ini ke aku:
Message Received:
“Maaf mam … hari ini saya tidak bisa ikut pertandingan karena saya sakit”
Aku mencoba mempraktekkan pemakaian emoticon… tapi aku bingung:
Pilihan 1:
“Ok…. :)” … Nanti disalahartikan aku ‘happy’ dia sakit …
Pilihan 2:
“Ok … :(” … Nanti dikira aku ‘tidak happy’ karena dia tidak bisa datang … padahal aku tahu dia benar2 sakit dan ‘it’s really ok for me kalau dia tidak bisa datang’
Pilihan 3
“Ok … :p” … nggak mungkin …
Pilihan 4
“Ok … :D” … mmmm out of option deh …
Beberapa saat setelah diberi usulan itu, salah satu mahasiswa yang harusnya ikut pertandingan futsal mengirim pesan ini ke aku:
Message Received:
“Maaf mam … hari ini saya tidak bisa ikut pertandingan karena saya sakit”
Aku mencoba mempraktekkan pemakaian emoticon… tapi aku bingung:
Pilihan 1:
“Ok…. :)” … Nanti disalahartikan aku ‘happy’ dia sakit …
Pilihan 2:
“Ok … :(” … Nanti dikira aku ‘tidak happy’ karena dia tidak bisa datang … padahal aku tahu dia benar2 sakit dan ‘it’s really ok for me kalau dia tidak bisa datang’
Pilihan 3
“Ok … :p” … nggak mungkin …
Pilihan 4
“Ok … :D” … mmmm out of option deh …
Monday, June 27, 2011
Thursday, June 23, 2011
Untukmu, hari ini
"Little child, dry your crying eyes, how can I explain the fear you feel inside,
cause you were born into the world to see that we all can live in love and peace,
what have we become just look what we have done, one united world under God"*
Bukan, lagu ini bukan untukmu, bukan tentangmu, juga tidak mengingatkanku padamu. Lagu ini membuatku ingat pada seseorang, seseorang di tahun 1994? 1995? Aaaahhh. Kau tahu, aku tak pandai mengingat... :( ...
Hari ini aku mau mengkhianatimu sedikit untuk mengingat dia ...
*lagunya Whitelion "When the children cry" (kalau nggak salah ingat, lagi males googling soalnya... )
cause you were born into the world to see that we all can live in love and peace,
what have we become just look what we have done, one united world under God"*
Bukan, lagu ini bukan untukmu, bukan tentangmu, juga tidak mengingatkanku padamu. Lagu ini membuatku ingat pada seseorang, seseorang di tahun 1994? 1995? Aaaahhh. Kau tahu, aku tak pandai mengingat... :( ...
Hari ini aku mau mengkhianatimu sedikit untuk mengingat dia ...
*lagunya Whitelion "When the children cry" (kalau nggak salah ingat, lagi males googling soalnya... )
Tuesday, June 21, 2011
Kaos Sastrosastri, Sastrosastri and beyond …
Ada tiga hal yang “caught my eyes” ketika membuka gambar rancangan kaos Sastrosastri yang dibuat Igor. Pertama, mas model-nya yang cakep (setuju Visca Mahu). Kedua, tatto perempuan Jepang berpakaian tradisional di tangan mas-nya model. Ketiga, logo Sastrosastri. Logo ini juga yang kemudian membuatku struck pada ‘realita’ lain… ini yang keempat: warna kaos Sastrosastri.
Mengikuti komentar (dan sempat ikut mengomentari) yang ada ‘memancingku’ untuk menulis note ini dengan WARNING: note ini akan sedikit (atau mungkin banyak) ‘berat’ dan note ini tidak dimaksudkan untuk mengkritisi pembuat rancangan kaos itu (yang pada posisi ini jika dia baca pasti sudah terpancing untuk ‘ngeyel’) karena aku berangkat dari posisi ‘the death of the author’-nya Roland Barthes.
Kita hidup dikelilingi ‘signs’/tanda-tanda yang punya arti, mulai dari bahasa, gesture, cara berpakaian, film, musik, TV (see Saussure*). Waktu liat logo Sastrosastri yang pertama melintas di kepala adalah ‘SWASTIKA!’ Lambang Swastika sangat lekat dengan NAZI Jerman. Partai ini punya satu pemimpin yang namanya sangat terkenal: HITLER. Manusia ini jugalah yang membuat Eropa porak poranda waktu Perang Dunia Kedua sekaligus orang yang bertanggung jawab terhadap ‘holocaust’ orang-orang Yahudi yang jumlahnya jutaan jiwa lewat pembunuhan massal dan kamp-kamp konsentrasi. Bukan hal yang indah dan manis untuk dibayangkan sekalipun kalau mau melihat ke belakang via kacamata sejarah, Swastika ini tidak diciptakan oleh partai Nazi. Swastika ini (dalam bentuk macam-macam) sudah dipakai oleh orang Hindu. Kata Swastika sendiri berarti ‘obyek keberuntungan’ atau ‘lucky charm’ (see http://en.wikipedia.org/wiki/Swastika#cite_note-0). Swastika ini juga merupakan salah satu symbol yang dipakai Wisnu dan melambangkan matahari (for Igor: Krishna adalah salah satu titisan Wisnu). Di sumber lain, Swastika juga dianggap sebagai ‘the oldest form of cross’ dan kombinasi dari 4 huruf L (Dalam hal kaos Sastrosastri ini pembuatnya mengatakan bahwa ini dua huruf S yang disilangkan).
Right. Sampai bagian ini aku menghindari menulis Sastrosastri dengan abbreviationnya ‘SS.’ Alasannya adalah waktu aku membaca ulang komenku (yang sudah terlanjur ‘posted’), kata SS membawaku kembali ke lambang SWASTIKA yang terkontaminasi dengan bayangan buruk Nazi. SS ‘The Schutzstaffel’ singkatan ini dipakai oleh organisasi paramiliter partai Nazi. Dipimpin oleh Heinrich Himmler, SS ini merupakan organisasi utama yang bertanggung jawab terhadap ‘the holocaust’ (itu tadi, ‘genocide’ 6 juta warga Yahudi selama perang dunia II). WTH (what the h***) … Swastika+SS…
Setelah dua hal tersebut, sekali lagi mataku tertumbuk pada ‘coincidence’ ketiga. Warna. Check it out. Gambar lambang Nazi itu berkombinasi warna MERAH, HITAM, putih. Dan kenapa juga kaos yang ada berwarna merah dan hitam? Alasan lambang Nazi berwarna merah, hitam adalah karena itu warna yang ada dibendera Jerman.
Swastika+SS+merah, hitam = ??? … dan pikiranku melayang ke Auschwitz…
Stuart Hall bilang, ketika orang berkomunikasi. Pesan dari pengirim pesan ke penerima pesan itu bentuknya bukan garis lurus. Dia bilang kalau tidak ada jaminan bahwa pesan yang dikirim akan diterima sama persis oleh penerima pesan karena pesan yang disampaikan itu terpengaruh banyak hal seperti media yang dipakai, konteksnya, latar belakang penerima pesan, dll.
Teori Hall diatas terbukti ketika logo yang ada di teks (kaos) itu menghasilkan ‘different reading’ buat aku. Pesan yang kutangkap berbeda dengan yang dimaksudkan oleh pembuat logo itu (sekalipun dalam bagian komennya perancang ini sempat bilang ‘jangan dipakai di Jerman’, so dia sadar akan adanya ‘intertextuality’ antara teks/logo Sastrosastri dengan Nazi Jerman).
Singkat kata, buat aku semua teks itu pasti punya meaning/ideology di belakangnya mulai dari teks yang serius sampai teks yang popular dan pembacaan meaning/ideology itu akan sangat tergantung pada ‘reader/konsumen’ teks itu sendiri.
*Saussure… Ferdinand de Saussure, penulis Course in General Linguistics yang bicara soal langue and parole (the signified and the signifier). Buku teori Linguistik pertama yang aku baca. Buku yang bujubune tebalnya dan lebih cocok untuk bantal (dan aku developed ‘Cara Baca dengan Mata Merem’). Buku yang bisa kubeli, thanks to para pembajak buku di Shopping Centre Yogya di paruh terakhir tahun 1989.
‘Kutukan’ John McRae waktu kuliah S2 dulu ternyata emang terbukti. Dia bilang,‘Sekali kamu belajar ‘Stylistics,’ dunia tidak akan pernah sama lagi.’ Dan itulah salah satu tujuan pendidikan: ‘mengubah seseorang.’ Jadi kalau kamu sekolah dan hasilnya kamu adalah orang yang sama, pendidikanmu berarti gagal… :D…
Mengikuti komentar (dan sempat ikut mengomentari) yang ada ‘memancingku’ untuk menulis note ini dengan WARNING: note ini akan sedikit (atau mungkin banyak) ‘berat’ dan note ini tidak dimaksudkan untuk mengkritisi pembuat rancangan kaos itu (yang pada posisi ini jika dia baca pasti sudah terpancing untuk ‘ngeyel’) karena aku berangkat dari posisi ‘the death of the author’-nya Roland Barthes.
Kita hidup dikelilingi ‘signs’/tanda-tanda yang punya arti, mulai dari bahasa, gesture, cara berpakaian, film, musik, TV (see Saussure*). Waktu liat logo Sastrosastri yang pertama melintas di kepala adalah ‘SWASTIKA!’ Lambang Swastika sangat lekat dengan NAZI Jerman. Partai ini punya satu pemimpin yang namanya sangat terkenal: HITLER. Manusia ini jugalah yang membuat Eropa porak poranda waktu Perang Dunia Kedua sekaligus orang yang bertanggung jawab terhadap ‘holocaust’ orang-orang Yahudi yang jumlahnya jutaan jiwa lewat pembunuhan massal dan kamp-kamp konsentrasi. Bukan hal yang indah dan manis untuk dibayangkan sekalipun kalau mau melihat ke belakang via kacamata sejarah, Swastika ini tidak diciptakan oleh partai Nazi. Swastika ini (dalam bentuk macam-macam) sudah dipakai oleh orang Hindu. Kata Swastika sendiri berarti ‘obyek keberuntungan’ atau ‘lucky charm’ (see http://en.wikipedia.org/wiki/Swastika#cite_note-0). Swastika ini juga merupakan salah satu symbol yang dipakai Wisnu dan melambangkan matahari (for Igor: Krishna adalah salah satu titisan Wisnu). Di sumber lain, Swastika juga dianggap sebagai ‘the oldest form of cross’ dan kombinasi dari 4 huruf L (Dalam hal kaos Sastrosastri ini pembuatnya mengatakan bahwa ini dua huruf S yang disilangkan).
Right. Sampai bagian ini aku menghindari menulis Sastrosastri dengan abbreviationnya ‘SS.’ Alasannya adalah waktu aku membaca ulang komenku (yang sudah terlanjur ‘posted’), kata SS membawaku kembali ke lambang SWASTIKA yang terkontaminasi dengan bayangan buruk Nazi. SS ‘The Schutzstaffel’ singkatan ini dipakai oleh organisasi paramiliter partai Nazi. Dipimpin oleh Heinrich Himmler, SS ini merupakan organisasi utama yang bertanggung jawab terhadap ‘the holocaust’ (itu tadi, ‘genocide’ 6 juta warga Yahudi selama perang dunia II). WTH (what the h***) … Swastika+SS…
Setelah dua hal tersebut, sekali lagi mataku tertumbuk pada ‘coincidence’ ketiga. Warna. Check it out. Gambar lambang Nazi itu berkombinasi warna MERAH, HITAM, putih. Dan kenapa juga kaos yang ada berwarna merah dan hitam? Alasan lambang Nazi berwarna merah, hitam adalah karena itu warna yang ada dibendera Jerman.
Swastika+SS+merah, hitam = ??? … dan pikiranku melayang ke Auschwitz…
Stuart Hall bilang, ketika orang berkomunikasi. Pesan dari pengirim pesan ke penerima pesan itu bentuknya bukan garis lurus. Dia bilang kalau tidak ada jaminan bahwa pesan yang dikirim akan diterima sama persis oleh penerima pesan karena pesan yang disampaikan itu terpengaruh banyak hal seperti media yang dipakai, konteksnya, latar belakang penerima pesan, dll.
Teori Hall diatas terbukti ketika logo yang ada di teks (kaos) itu menghasilkan ‘different reading’ buat aku. Pesan yang kutangkap berbeda dengan yang dimaksudkan oleh pembuat logo itu (sekalipun dalam bagian komennya perancang ini sempat bilang ‘jangan dipakai di Jerman’, so dia sadar akan adanya ‘intertextuality’ antara teks/logo Sastrosastri dengan Nazi Jerman).
Singkat kata, buat aku semua teks itu pasti punya meaning/ideology di belakangnya mulai dari teks yang serius sampai teks yang popular dan pembacaan meaning/ideology itu akan sangat tergantung pada ‘reader/konsumen’ teks itu sendiri.
*Saussure… Ferdinand de Saussure, penulis Course in General Linguistics yang bicara soal langue and parole (the signified and the signifier). Buku teori Linguistik pertama yang aku baca. Buku yang bujubune tebalnya dan lebih cocok untuk bantal (dan aku developed ‘Cara Baca dengan Mata Merem’). Buku yang bisa kubeli, thanks to para pembajak buku di Shopping Centre Yogya di paruh terakhir tahun 1989.
‘Kutukan’ John McRae waktu kuliah S2 dulu ternyata emang terbukti. Dia bilang,‘Sekali kamu belajar ‘Stylistics,’ dunia tidak akan pernah sama lagi.’ Dan itulah salah satu tujuan pendidikan: ‘mengubah seseorang.’ Jadi kalau kamu sekolah dan hasilnya kamu adalah orang yang sama, pendidikanmu berarti gagal… :D…
Monday, June 20, 2011
Wednesday, June 15, 2011
Etta dan telpon malam2 dari penggemarnya
Etta adalah seorang gadis yang mungil dan cantik so nggak heran kalau banyak cowok yang hatinya kecantel ke dia. Salah satunya ada cowok yang kurang lebih waktu itu rajin menelpon dia padahal Etta nggak suka sama cowok itu. Suatu malam waktu Etta dan beberapa anak Sastra menginap di rumahku, cowok itu menelpon. Telpon langsung di transfer ke aku dengan intro pendek dan tergesa-gesa soal cowok itu.
Caller : Halo…
Ike : Halo. Ini siapa ya? Saya ibunya Etta …
Caller : Ini temannya Etta…
Ike : Temannya Etta pasti punya nama kan??? (dengan nada judes)
Caller : iya …. <…> (aku tidak dengar nama yg diucapkan dengan tak jelas olehnya)
Ike : Kamu tahu sekarang jam berapa?
Caller : emmmmmm….
Ike : Ini sudah malam!!! Lain kali kalau telpon jangan malam-malam!
Caller : eeeeeeeee…..
Ike : Kamu anak mana??? (aku mendengar anak2 yg menginap di rumahku mulai cekikikan)
Caller : Jomblang …
Ike : Ya sudah. Lain kali kalau telpon yang bener! (aku menutup telpon).
Setelah aku menutup telpon aku baru tahu kenapa anak2 cekikikan, mereka bilang: “Madam, kenapa nggak tanya alamatnya sekalian aja? Terus kalau udah tahu dimana alamatnya bilang ke dia “YA SUDAH! SAYA SAJA YANG APEL KE RUMAHMU…!!!” gitu … Madam nanyanya kaya’ madam mau sama dia.”
Caller : Halo…
Ike : Halo. Ini siapa ya? Saya ibunya Etta …
Caller : Ini temannya Etta…
Ike : Temannya Etta pasti punya nama kan??? (dengan nada judes)
Caller : iya …. <…> (aku tidak dengar nama yg diucapkan dengan tak jelas olehnya)
Ike : Kamu tahu sekarang jam berapa?
Caller : emmmmmm….
Ike : Ini sudah malam!!! Lain kali kalau telpon jangan malam-malam!
Caller : eeeeeeeee…..
Ike : Kamu anak mana??? (aku mendengar anak2 yg menginap di rumahku mulai cekikikan)
Caller : Jomblang …
Ike : Ya sudah. Lain kali kalau telpon yang bener! (aku menutup telpon).
Setelah aku menutup telpon aku baru tahu kenapa anak2 cekikikan, mereka bilang: “Madam, kenapa nggak tanya alamatnya sekalian aja? Terus kalau udah tahu dimana alamatnya bilang ke dia “YA SUDAH! SAYA SAJA YANG APEL KE RUMAHMU…!!!” gitu … Madam nanyanya kaya’ madam mau sama dia.”
Monday, June 13, 2011
Surprise yang surprise
Hari itu adalah hari ulang tahun salah satu teman dekatku yang sudah aku anggap anak. Berpikir memberikan surprise buat dia, aku yang sekarang tinggal di benua seberang ini “merelakan” pulsaku untuk menelpon internasional.
Drrrrtttt … drrrrrtttttt … drrrtttt
“Halo…,” suara di seberang sana menyapa dengan berat, masih mengantuk tampaknya.
“Halo… Selamat Ulang Tahun ya…”
“Hmmm? … HAH! YA AWOOOHHH… AKU TELAT KULIAH!!! … ADOWWW… aku telat ki … ADDDOOWWWW…”
…
(aku bengong karena kaget)
“Yo wis kana … cepet… mandi!” kataku ikut panik.
“Lho … ya… kuliahe jam setengah wolu … iki wis jam sanga … aaarrrggghhhh ya wis bubar.”
“Waaaa… ngerti ngono aku telpone luwih esuk ya … dadi karo nggugah kowe sisan. Kowe rak ngomong,” kataku.
“Arrrggghh piye ki???” katanya masih bingung.
Dan hari itu,
Aku yang berniat memberi surprise, malah mendapat surprise.
*Yakkk… aku nggak bisa share hal ini ke siapa pun karena khawatir dituduh pilih kasih. Tapi nggak nulis kok ya gatel karena ini peristiwa sungguh lucu buatku. So curhat di blog inilah yg paling mungkin.
Drrrrtttt … drrrrrtttttt … drrrtttt
“Halo…,” suara di seberang sana menyapa dengan berat, masih mengantuk tampaknya.
“Halo… Selamat Ulang Tahun ya…”
“Hmmm? … HAH! YA AWOOOHHH… AKU TELAT KULIAH!!! … ADOWWW… aku telat ki … ADDDOOWWWW…”
…
(aku bengong karena kaget)
“Yo wis kana … cepet… mandi!” kataku ikut panik.
“Lho … ya… kuliahe jam setengah wolu … iki wis jam sanga … aaarrrggghhhh ya wis bubar.”
“Waaaa… ngerti ngono aku telpone luwih esuk ya … dadi karo nggugah kowe sisan. Kowe rak ngomong,” kataku.
“Arrrggghh piye ki???” katanya masih bingung.
Dan hari itu,
Aku yang berniat memberi surprise, malah mendapat surprise.
*Yakkk… aku nggak bisa share hal ini ke siapa pun karena khawatir dituduh pilih kasih. Tapi nggak nulis kok ya gatel karena ini peristiwa sungguh lucu buatku. So curhat di blog inilah yg paling mungkin.
Thursday, June 9, 2011
Thank You Amjad Alshaer!!!! THANK YOU!
Pagi ini aku dikacaukan dengan hilangnya dompetku. PANIK!!!
Ternyata dompetku ditemukan oleh seseorang bernama AMJAD ALSHAER dan dititipkan di information desk Science Library. TUHAN memberkatimu AMJAD! Tak tahu bagaimana aku bisa berterima kasih padamu.
TERIMA KASIH! THANK YOU! MATUR NUWUN!
Ternyata dompetku ditemukan oleh seseorang bernama AMJAD ALSHAER dan dititipkan di information desk Science Library. TUHAN memberkatimu AMJAD! Tak tahu bagaimana aku bisa berterima kasih padamu.
TERIMA KASIH! THANK YOU! MATUR NUWUN!
Monday, June 6, 2011
Anton, Kancaku, Anakku
Aku, kancamu
mung ngguyu menawa kowe nindakake salah
mung ngece menawa kowe “kena musibah”
tansah bisa ngerti menawa kowe kesed lan “nakal”
tansah bisa ngerti menawa kowe “ngomong idealis”
meneng wae menawa kowe lagi “ngeyel”
mung misuh menawa mbok kerjani
Aku, ibumu
kepingin kowe bisa ngrampungake studimu
kepengin kowe bisa dewasa
kepengin kowe bisa madheg dhewe
kepengin kowe bisa sukses
kepengin kowe bisa nggayuh kabeh kepenginanmu
kepengin kowe bisa dhuwe pacangan kang tenan tresna lan mbok tresnani
Dina iki,
Aku, kancamu, ibumu
Mung bisa ndonga kanggo kowe …
Muga-muga Gusti tansah paring berkah ing sadawane dalan sing isih kudu mbok lakoni…
Selamat Ulang Tahun ya le …
*Aku pengin nyawang kowe ngganggo toga*
6 Juni 2011
mung ngguyu menawa kowe nindakake salah
mung ngece menawa kowe “kena musibah”
tansah bisa ngerti menawa kowe kesed lan “nakal”
tansah bisa ngerti menawa kowe “ngomong idealis”
meneng wae menawa kowe lagi “ngeyel”
mung misuh menawa mbok kerjani
Aku, ibumu
kepingin kowe bisa ngrampungake studimu
kepengin kowe bisa dewasa
kepengin kowe bisa madheg dhewe
kepengin kowe bisa sukses
kepengin kowe bisa nggayuh kabeh kepenginanmu
kepengin kowe bisa dhuwe pacangan kang tenan tresna lan mbok tresnani
Dina iki,
Aku, kancamu, ibumu
Mung bisa ndonga kanggo kowe …
Muga-muga Gusti tansah paring berkah ing sadawane dalan sing isih kudu mbok lakoni…
Selamat Ulang Tahun ya le …
*Aku pengin nyawang kowe ngganggo toga*
6 Juni 2011
Sunday, June 5, 2011
No woman, no cry – Wong wedok, aja nangis …
Aku bisa mesthekake menawa akeh wong sing tau krungu tembung sing ana ing judul. Kaya aku iki salah sijine. Ora mung ngerti tembung iku, aku uga bisa nyanyekake ♪♫ no woman no cry ♫♪ … ♪♫ no woman no cry ♫♪ … Iku bagian refraine lagu “No woman, no cry”-ne Bob Marley, penyanyi reggae sing rambute dawa, gimbal, lan seneng ngeses mariyuana. Mung ya iku, aku ora tau ngerti terusane apa. Ngertine mung bagian iku thok.
Aku uga tau weruh ana gambar templek (stiker) ing angkot sing tulisanne: “No woman, no cry. No money, no love.” Dadi iku nek diterjemahake nganggo konteks bebas mesthine karepe: Ora duwe wong wedok (pacar/bojo/dhemenan) yo ora pa pa. (Merga nek) Ora duwe dhuwit ya ora bakal entuk tresna/cinta (iki merga wong wedok iku dianggep mata duwitan. Gak gablek duwit, gak ana cinta).
Menawa biyen (sadurunge aku nulis catetan iki) ana sing takon marang aku apa sing dikarepake Bob Marley. 100% aku methi njawab nek karepe Bob Marley ya mesthine padha karo apa sing ana ing gambar templek ing angkot iku: Gak duwe wong wedok, gak pa pa … :D …
Aku lagi terinspirasi kanggo nggoleki artine “no woman, no cry” bareng krungu celetukane pak D2 alias pak donny danardono ing ngarepe ruwang 1.3 pas latian gamelan. Wis lali kontekse apa, mung wektu iku pak donny omong, “No woman, no cry iku karepe dudu “nek ora duwe wong wedok ora apa apa” nanging “wong wedok, aja nangis.”*)
“Ndak iya?” batinku kala semana. Nanging merga wektu iku pikiranku luwih ing latian gamelan kanggo seminar internasional, aku ora bisa langsung googling lan youtubing kanggo ngecek arti sejatine. Lagi kira-kira sesasi kepungkur, aku golek lirike lan ngrungokake lagu iki kanthi serius. Iki lirike:
No woman, no cry (Repeat 4 times)
Said said
Said I remember when we used to sit
In the government yard in Trenchtown
Oba, ob-serving the hypocrites
As they would mingle with the good people we meet
Good friends we have had, oh good friends we've lost along the way
In this bright future you can't forget your past
So dry your tears I say
#No woman, no cry
No woman, no cry
Oh my Little sister, don't she'd no tears
No woman, no cry
Said, said, said I remember when we used to sit
In the government yard in Trenchtown
And then Georgie would make the fire light
Log wood burnin' through the night
Then we would cook corn meal porridge
Of which I'll share with you
*My feet is my only carriage
So I've got to push on through
But while I'm gone...
Everything's gonna be alright 8x
Repeat all except *
My fear is my only courage
So I've got to push on thru
Oh, while I'm gone
Repeat all up to #
Kanggo aku lagu iki nrenyuhake.
Lagu iki bisa tak artikake lagu sing nyoba kanggo nglipur lan nyemangati wong wedok, “no woman, no cry. … Oh my Little sister, don't she'd no tears… Everything's gonna be alright.” Wong wedok iku mesthine wis dikenal … “I remember when we used to sit in the government yard in Trenchtown…. Then we would cook corn meal porridge… Of which I'll share with you.”
Lirik iku uga ngelingake aku marang kanca-kanca sing biyen tau dikenal sing isih ana lan sing wis ora ana maneh , “Good friends we have had, oh good friends we've lost along the way…”
Uga awake dhewe ora oleh lali marang sapa lan kaya apa biyene awake dhewe. Dadi menawa wis sukses utawa wis makmur aja dumeh, aja sok, kudu bisa rumangsa lan tansah eling … (ngono apa ya?) “In this bright future you can't forget your past.”
Ning sing paling tak senengi bagian “My feet is my only carriage…My fear is my only courage” … angel anggonku ngartikake nanging pancen tembung iku sing paling ‘nyess’ kanggoku … Modalku kanggo urip iku ya mung sederhana, ya mung modal bisa waton mlaku lan aku ya dudu wong sing hebat… aku mung wong biasa sing “wedi” marang kahanan ing kiwa tengenku. Mung ya kuwi, aku ora oleh pupus pengarepan, aku kudu bisa tetep maju… Hope is the last to die, istilah mancane ngono.
Nuwun.
Catetan:
1. Nek ora salah Pak donny komentar nganggo basa Indonesia, ora basa Jawa. .
2. Sumber lirik: http://www.lyricsfreak.com/b/bob+marley/
3. Aku sejatine pengin banget bisa share tulisan iki karo C-f**, kancaku sing wis ora tak ngerteni maneh dununge ana endi… “I respect your will, friend … though it’s hard for me to understand.”
Aku uga tau weruh ana gambar templek (stiker) ing angkot sing tulisanne: “No woman, no cry. No money, no love.” Dadi iku nek diterjemahake nganggo konteks bebas mesthine karepe: Ora duwe wong wedok (pacar/bojo/dhemenan) yo ora pa pa. (Merga nek) Ora duwe dhuwit ya ora bakal entuk tresna/cinta (iki merga wong wedok iku dianggep mata duwitan. Gak gablek duwit, gak ana cinta).
Menawa biyen (sadurunge aku nulis catetan iki) ana sing takon marang aku apa sing dikarepake Bob Marley. 100% aku methi njawab nek karepe Bob Marley ya mesthine padha karo apa sing ana ing gambar templek ing angkot iku: Gak duwe wong wedok, gak pa pa … :D …
Aku lagi terinspirasi kanggo nggoleki artine “no woman, no cry” bareng krungu celetukane pak D2 alias pak donny danardono ing ngarepe ruwang 1.3 pas latian gamelan. Wis lali kontekse apa, mung wektu iku pak donny omong, “No woman, no cry iku karepe dudu “nek ora duwe wong wedok ora apa apa” nanging “wong wedok, aja nangis.”*)
“Ndak iya?” batinku kala semana. Nanging merga wektu iku pikiranku luwih ing latian gamelan kanggo seminar internasional, aku ora bisa langsung googling lan youtubing kanggo ngecek arti sejatine. Lagi kira-kira sesasi kepungkur, aku golek lirike lan ngrungokake lagu iki kanthi serius. Iki lirike:
No woman, no cry (Repeat 4 times)
Said said
Said I remember when we used to sit
In the government yard in Trenchtown
Oba, ob-serving the hypocrites
As they would mingle with the good people we meet
Good friends we have had, oh good friends we've lost along the way
In this bright future you can't forget your past
So dry your tears I say
#No woman, no cry
No woman, no cry
Oh my Little sister, don't she'd no tears
No woman, no cry
Said, said, said I remember when we used to sit
In the government yard in Trenchtown
And then Georgie would make the fire light
Log wood burnin' through the night
Then we would cook corn meal porridge
Of which I'll share with you
*My feet is my only carriage
So I've got to push on through
But while I'm gone...
Everything's gonna be alright 8x
Repeat all except *
My fear is my only courage
So I've got to push on thru
Oh, while I'm gone
Repeat all up to #
Kanggo aku lagu iki nrenyuhake.
Lagu iki bisa tak artikake lagu sing nyoba kanggo nglipur lan nyemangati wong wedok, “no woman, no cry. … Oh my Little sister, don't she'd no tears… Everything's gonna be alright.” Wong wedok iku mesthine wis dikenal … “I remember when we used to sit in the government yard in Trenchtown…. Then we would cook corn meal porridge… Of which I'll share with you.”
Lirik iku uga ngelingake aku marang kanca-kanca sing biyen tau dikenal sing isih ana lan sing wis ora ana maneh , “Good friends we have had, oh good friends we've lost along the way…”
Uga awake dhewe ora oleh lali marang sapa lan kaya apa biyene awake dhewe. Dadi menawa wis sukses utawa wis makmur aja dumeh, aja sok, kudu bisa rumangsa lan tansah eling … (ngono apa ya?) “In this bright future you can't forget your past.”
Ning sing paling tak senengi bagian “My feet is my only carriage…My fear is my only courage” … angel anggonku ngartikake nanging pancen tembung iku sing paling ‘nyess’ kanggoku … Modalku kanggo urip iku ya mung sederhana, ya mung modal bisa waton mlaku lan aku ya dudu wong sing hebat… aku mung wong biasa sing “wedi” marang kahanan ing kiwa tengenku. Mung ya kuwi, aku ora oleh pupus pengarepan, aku kudu bisa tetep maju… Hope is the last to die, istilah mancane ngono.
Nuwun.
Catetan:
1. Nek ora salah Pak donny komentar nganggo basa Indonesia, ora basa Jawa. .
2. Sumber lirik: http://www.lyricsfreak.com/b/bob+marley/
3. Aku sejatine pengin banget bisa share tulisan iki karo C-f**, kancaku sing wis ora tak ngerteni maneh dununge ana endi… “I respect your will, friend … though it’s hard for me to understand.”
Wednesday, June 1, 2011
Untukmu, hari ini
Hari ini hujan seharian...
Aku jadi ingat rumah...
rumah yang sudah tak lagi jadi rumah buatku.
Aku tahu cepat atau lambat ini akan terjadi...
Saat aku merasa asing pada tempat yang pernah kusebut rumah.
Aku ingin menghubungimu...
Aku ingin bilang kalau aku takut...
Aku takut kehilangan rasa kehilangan.
Aku jadi ingat rumah...
rumah yang sudah tak lagi jadi rumah buatku.
Aku tahu cepat atau lambat ini akan terjadi...
Saat aku merasa asing pada tempat yang pernah kusebut rumah.
Aku ingin menghubungimu...
Aku ingin bilang kalau aku takut...
Aku takut kehilangan rasa kehilangan.
Subscribe to:
Posts (Atom)