Kejadian ini sudah lama, tapi masih terekam
jelas di ingatanku:
Sudah menjadi tradisi di Fakultasku kalau
setiap ujian akhir pasti ada konsumsi harian, lumayanlah ada kira-kira 10 hari
tanpa harus memikirkan kemana mau makan siang. Kami sering dipesankan makanan
dari catering langganan. Makanan dari katering itu selalu 4 sehat jadi selalu
ada sayur dan lauk yang lebih dari satu. Dan ketika catering dengan berbagai
macam sayur dan lauk itu tiba, aku biasanya tidak mampu menghabiskan semua.
Makanan itu lalu aku tinggal atau aku tawarkan ke mahasiswa yang kebetulan
mampir ke ruangku.
Rupanya pola makanku ini mulai bisa ditebak
oleh mahasiswa yang sering mampir ke ruangku sampai terjadilah tragedi ini:
Hari itu menu cateringnya cocok untukku. Ada sambal, krupuk,
perkedel, sayur dan yang paling aku suka: ada ikan tongkol goreng (I am a freak
when it comes to seafood). Karena hari itu aku buru-buru harus rapat atau
memberi kuliah (aku lupa) aku hanya sempat makan ikan itu suedikit sekali dan
ikan itu terus kutinggal dengan harapan akan aku teruskan kembali setelah aku
selesai dengan tugasku.
Setelah mengalami hari yang panjang,
akhirnya aku dengan nafas lega berjalan dengan bersemangat ke ruanganku dengan
harapan bertemu “IKAN TONGKOL-ku tersayang.’ Namun tampaknya nasib berkata
lain, ketika sampai ke ruanganku dan membuka rantang katering aku mendapati
bahwa hampir semua kotak di rantang itu kosong kecuali bagian sayur… HUHUHU…
ikanku raib entah kemana.
Aku tidak bisa berkata apa-apa dan juga
tidak bisa marah. Masak ya aku marah gara-gara sepotong ikan tongkol, yang
bener aja… aku kan
masih punya harga diri… Dan juga salahku tidak memberi pemberitahuan kalau ikan
itu tidak boleh dimakan. Dengan posisi sudah sedikit dimakan, ikan dan
lauk-lauk lain itu memberi kesan bahwa aku sudah makan tapi tidak habis. Jadi
sah-sah saja untuk dimakan orang lain. Toh aku juga biasa menawarkan makananku
yang tidak sempat aku makan pada mahasiswa.
Aku cuma sempat tanya, ‘Siapa ya yang makan
ikanku?’ Dan dijawab beberapa mahasiswa yang ada di ruangan dengan menyebutkan
beberapa ‘kemungkinan tersangka’ karena hari itu banyak mahasiswa yang mampir
ke ruangku yang hari itu kubuka untuk umum. Aku hanya bisa duduk lesu dan meneruskan
pekerjaanku.
Secara sadar aku sudah merelakan raibnya
ikan tongkol itu, namun ternyata bawah sadarku berkata lain.
Sambil mengetik di
laptop-ku, secara tidak sadar aku beberapa kali membuka tutup rantang itu.
Entah apa yang aku pikirkan. Mungkin saking seringnya aku membuka tutup rantang
itu tanpa sadar, salah seorang mahasiswa mulai memperhatikan kegiatanku itu dan
berkata dengan nada menghibur, ‘Sudahlah madam, rantangnya dibuka tutup juga
ikannya nggak akan kembali.’ Yang kujawab dengan memelas, ‘Siapa tahu ikannya
lagi jalan-jalan dan memutuskan untuk balik lagi…’ T.T …
Yah sudah akhirnya kurelakan kepergian ikan
itu setelah sore datang dan ikan itu tak kembali jua …