Saturday, August 28, 2010

Cinta Sudah Lewat - Kahitna

Kadang ingin aku bertemu
Dan berbagi waktu yang terlalui
Sukar tuk sadari
Ku tak boleh mengingini

Reff:
Tanpa mu cinta tak berarti
Cinta sudah lewat
Tak kukira kan begini
Mengapa harus kau terikat
Meski t'lah terucap
Hanya aku yang ada di hatimu

Pernah kucoba menyisihkan
Namun hati tak rela tuk akui
Kenyataan yang ada kasih
Kau tak mungkin ada di sini

Tanpamu cinta tak berarti
Cinta sudah lewat
Tak kukira kan begini
Mengapa harus kau terikat
Meski t'lah terucap
Hanya aku yang ada di hatimu

Bila memang cinta tak harus slalu miliki
Namun nyatanya tak mudah melupakan

Tanpamu cinta tak berarti
Cinta sudah lewat
Tak kukira kan begini
Mengapa harus kau terikat
Meski t'lah terucap
Hanya aku yang ada di hatimu

Ooooo... ooo...

Tak kukira kan begini
Mengapa harus kau terikat
Meski t'lah terucap
Hanya aku yang ada di...
Hanya aku yang s'lalu di...
Hatimu.
 
Lyric downloaded from  http://www.lyricsbox.com/

Monday, August 23, 2010

I couldn't find time for me, I couldn't find time for you

‘Kadang ingin aku bertemu dan berbagi waktu yang terlalui … sukar tuk sadari ku tak boleh mengingini…’ – (Kahitna – Cinta sudah Lewat)

You know, last night I dreamt about you…
I wanted to tell you about my life lately …
Just wanted to share with you about my days…
Nothing more …
But even in that dream I did not have a chance to do it…
I sat beside you in that long dining-table, grabbed your arm, faced you and started to stutter…
‘You know… last Friday… I was in this gathering … there were bottles of wine around… …. ….’
I couldn’t finish my story as people came and I couldn’t avoid not greeting them first and moving on to give them my attentions…
I could not find time for me to tell you what’s going on…
I could not find time for you…

Jalan kecil di pinggir sungai

Ingatkah kau akan jalan kecil di pinggir sungai itu? Jalan dimana aku pernah berpapasan denganmu? Kau menggumankan sesuatu yang tak terlalu jelas kudengar dan aku menengok ke arahmu untuk tahu apa yang kau katakan. Kau ternyata menyapaku pagi itu. Sejak saat itu aku selalu berharap bertemu denganmu di jalan itu.

Pernahkah kita bertemu lagi di jalan itu? Aku tak tahu. Aku tak mampu mengingat.

Tapi aku hidup dengan harapan akan adanya pertemuan lain sampai kutahu bahwa kau sudah pergi ke kota lain.

Kini aku tak mampu lagi lewati jalan itu tanpa meneteskan air mata. Aku masih berharap aku bisa bertemu denganmu lagi di jalan itu.


Friday, August 13, 2010

Maafkan kami Khusnul …

Pengumuman kelulusan SMA selalu menjadi momen yang mendebarkan. Waktu itu aku diminta orang tuaku untuk datang ke pengumuman kelulusan SMA sepupuku ‘Nindya Iswarasari’. Igor turut serta datang di acara itu karena dia melihat acara ini kesempatan baik untuk keluar rumah dan cuci mata melihat gadis-gadis SMA.

Setelah acara-acara protokoler seperti defile, pidato, musik, dll., sampailah kami di puncak acara yaitu pengumuman kelulusan yang dilakukan di kelas masing-masing oleh wali kelas. Orang tua/wali duduk di dalam kelas sedang siswa menunggu di luar. Bapak wali kelas memanggil nama siswa yang lulus dan orang tua/wali maju ke depan untuk mengambil Ijazah. Siswa yang tidak lulus akan dipanggil setelah semua siswa lulus selesai dipanggil. Sangat gampang ditebak kemudian bahwa ternyata Bapak wali kelas memanggil siswa berdasarkan urutan alphabet.

Nah… ini dia… Nindya punya teman dekat… sangat dekat… sobat beratnya sejak kelas satu dulu yang kutahu bernama ‘Khusnul Chotimah’. Kalau Nindya termasuk ‘top rank’ di sekolahnya, Khusnul ini tipe yang harus sangat super duper ‘kerja keras’ untuk lulus. So… aku bisa maklum kalau bapak Khusnul juga kelihatan super tegang and nervous berat… .Waktu masuk kelas, aku sempat mengomentari tampilan bapak Khusnul yang super tegang ini ke Igor dan kekhawatiranku tentang Khusnul. Jadi selain kami berdua menunggu nama ‘Nindya’ dipanggil, kami juga menunggu nama ‘Khusnul’ dipanggil.

Siswa dengan nama berawalan ‘A’ sudah selesai dipanggil diteruskan ke ‘B’, ‘C’, ‘D’, ‘E’, ‘F’, ‘G’, ‘H’, ‘I’, ‘J’, ‘K’, ‘L’….

‘Aduh Gor… nama Khusnul kok dilewati ya?’ bisikku panik ke Igor.

‘Iya… sudah ‘L’…,’ kata Igor.

‘Lihat bapaknya Khusnul di sana… tegang gitu… kalau benar Khusnul nggak lulus… kasihan ya… . Tapi emang dia nggak pinter kaya’ Nindya sih…,’ kataku.

‘Mungkin namanya bukan Khusnul, tapi lain,’ kata Igor.

‘Nggak tahu ya… setahuku sih namanya ‘Khusnul Chotimah,’ jawabku.

Igor tidak menjawab tapi wajahnya kelihatan khawatir.

dan kemudian ‘N’…

‘Aduh… nama Khusnul belum dipanggil juga….,’ kataku sambil kemudian maju ke depan diikuti Igor karena nama Nindya dipanggil.

Diluar kelas aku tidak berani melihat Khusnul yang berdiri dekat Ibunya dan Nindya. Aku langsung memberikan ijazah ke Nindya dan mengucapkan selamat sampai tiba-tiba aku melihat Khusnul memeluk bapak dan ibunya dengan wajah lega…

‘Lho… lho… sik… sebentar… KHUSNUL LULUS?’ batinku

‘Khusnul lulus Gor…!’ kataku ke Igor.

Aku kemudian berjalan mendekati Nindya dan bertanya, ‘Nama lengkap Khusnul siapa Nin?’

‘Nur… Khusnul Chotimah…,’ kata Nindya enteng

Maafkan kami Khusnul, kami nyaris tidak meluluskanmu….

Friday, August 6, 2010

Kau yang tak kembali …

Hari itu kau bertanya padaku, ‘Maukah kau menemaniku membeli tiket kereta?’

Dan aku katakan, ‘Ya.’ Aku tahu kau akan pergi.

Lalu kubilang, ‘Aku ingin minum kopi.’

‘Setelah membeli tiket kereta, kita minum kopi,’ katamu.

Setelah membeli tiket kereta, kita pergi minum kopi. Berdua kita memesan kopi dan mengobrol. Karena lapar, aku memesan ‘Battered Fish.’ Aku sedang menikmati makanku waktu tiba-tiba kau bilang, ‘Boleh aku minta sedikit?’ Aku mengangguk dan memberikan pisau dan garpuku padamu. Hal yang tidak biasa, karena biasanya kau tidak pernah mau ‘share’ makanan.

Kita masih terus mengobrol. Kau pun tampaknya merasa lapar dan memesan ‘Cordon-bleu Chicken’. Kau memotong ayam dengan pisaumu, mencocoknya dengan garpu … dan tiba-tiba menyodorkannya di depanku dengan kedua tanganmu, ‘Ini untukmu.’ Lalu menambahkan dengan tersipu, ‘Aku seperti memberi bunga ya?’ Aku memandangmu dengan pandangan tidak mengerti, tapi kuterima garpu dengan potongan ayam itu.

Kita masih melanjutkan obrolan kita sampai kau berkata, ‘Sudah sore, aku harus pulang karena aku belum ‘packing’. Dan kau meneruskan, ‘Kalau besok aku kembali, kita ke sini lagi ya?’

‘Sudahlah,’ kataku. ‘Nikmati saja kotamu yang baru, jangan tergesa-gesa pulang.’

‘Aku tidak akan lama-lama di sana. Kalau aku pulang, kita ke sini,’ katamu lagi.

‘Ya … ,’ kataku.

Kita berpisah hari itu, hari yang paling membahagiakan, namun juga hari yang paling menyedihkan bagiku. Karena kau tak pernah kembali untukkku lagi…