Sunday, August 5, 2012

Ketika kau tak juga menjemputku


Kau bilang kau akan menjemputku.
Aku menunggumu di pertigaan yang kau janjikan.
Berbekal jaket tebal, sepatu hangat dan rasa percaya.
Tak kuhiraukan dinginnya udara yang menusuk tulang-tulang tubuhku.
Aku menunggumu menjemputku,
Berdiri seorang diri ditemani bulan pucat musim dingin.

Serombongan orang lewat di depanku.
Kau tak ada di sana.
Salah seorang yang mengenalku berkata, ‘Ayo, ikut kami. Ada pesta.’
Aku menggelengkan kepalaku.
‘Tidak mau,’ kataku. ‘Aku menunggu seseorang menjemputku.’
Dan mereka pergi meninggalkanku.

Hidungku mulai beku, pipiku mulai mati rasa.

Sekelompok orang lewat di mukaku.
Kau tak ada diantaranya.
Seorang gadis yang mengenalku berkata, ‘Ayo, ikut kami. Ada undangan makan malam.’
‘Tidak bisa,’ kataku. ‘Aku sudah berjanji untuk menunggu seseorang, aku tak bisa pergi.’
Dan mereka pun berlalu.

Gigiku gemeretak, tubuhku menggigil.

Seseorang berjalan ke arahku.
Dan itu bukan kamu.
Dia yang juga kukenal berkata padaku, ‘Ayo, ikut aku. Ada kumpul bersama.’
Aku berkata, ‘Tidak! Aku menunggu seseorang.’
Orang itu berkata, ‘Ayolah, tinggalkan sebentar tempat ini. Hangatkan tubuhmu. Biar ganti dia yang menunggu. Sebentar saja, tak lama. Apa arti menunggumu jika yang dia temui nanti adalah tubuh matimu?

Aku diam.
Dia menggandeng tanganku dan menarik tubuhku pergi.
Dan aku tiba di ruangan itu dengan hati hampa.
Kudengar orang-orang bicara tentang tumbuhan, ikan, lumba-lumba, cuaca, rawa.
Aku tak mampu memahami mereka,
Pikiranku resah.
Aku mencari perlindungan dan kenyamanan pada bergelas-gelas alcohol yang memisahkanku dari kebisingan dan hiruk pikuk percakapan yang ada.
Kehangatan yang kudapat membuatku merasa kuat untuk menunggumu lagi.

Aku kembali ke pertigaan itu.
Sepi tanpa ada dirimu di situ.
Aku dihantui rasa takut dan bersalah.
‘Salahkan aku karena meninggalkan tempat ini sejenak?’
‘Mungkinkah engkau datang ketika aku tidak disana?’
Hangat alcohol itu pelan-pelan mulai menghilang.
Meninggalkan rasa lelah sangat,
Menyisakan rasa sesal sangat.

Buku-buku jariku putih biru menggenggam sisa hangat yang ada.

Aku lelah,
Aku takut,
Aku sedih.

Kupejamkan mataku sejenak,
Membayangkan datangmu.

Kubuka mataku,
Kau belum datang.

Kupejamkan lagi mataku lebih lama,
Membayangkan hadirmu.

Kubuka mataku,
Kau tetap belum hadir.

Mata ini tak bisa meneteskan airmata,
Terlalu dingin dan terlalu beku.

Aku bertahan menunggumu,
Namun aku tak kuasa menghentikan dingin yang pelan-pelan merayapi tubuhku.
Inci demi inci tubuhku beku.
Suara malam mulai tak kudengar.
Langit, bulan, bintang mulai tak kulihat.

---

Jika kau tiba dan menemui tubuh matiku,
Aku hanya ingin kau tahu ini:

‘Meski ragaku tak mampu bertahan untuk menunggumu…
Namun hatiku akan tetap disini, menunggumu menjemputku…’

Ketika kau tak juga menjemputku

*Terinspirasi rasa mellow dan pms-ku, musim dingin Perth, guyon soal ‘jemput menjemput’ via FB, presentasi pada ‘Three Minute Thesis Speech’ Competition di UWA, alcohol yang melewati tenggorokanku-mengalir di darahku, dan Guns N Roses’ Estranged.*

Moral of the story: Ini adalah WUI --> writing under influence a.ka tipsy ... jadi pesan moralnya adalah jangan mabuk ketika mengerjakan thesis... karena bisa berakhir depressi ... ;p

2 comments:

bybyq said...

oh i love writing under influence... hahaha... good luck with your thesis, Ike :*

Angelika Riyandari (Ike) said...

THANK YOU Byg... hehehe... not my first WUI but this the first I posted... the others are just craps... :D