Kau pernah berpesan padaku
Kalau kau mati lebih dulu dari aku
Kau ingin aku bilang ke ayah ibumu kalau kau mencintai mereka
Aku bilang padamu waktu itu
Aku tak mau bicara soal mati
Dan kalau pun kita mati biarlah yang hidup yang mengurusi kita
Kau pernah menulis pesan untukku
Kalau kau ingin mati lebih dulu dari aku
Karena aku baik katamu
Aku tak menjawab apa pun waktu itu
Karena aku tak akan sanggup melihatmu
Terbujur kaku di depanku
Sunday, September 26, 2010
Thursday, September 16, 2010
Perempuan itu tak mengerti…
Pernah aku dan Igor makan di sebuah tempat yang mahal untuk ukuran Semarang. Kami duduk di bagian ‘Smoking area’, ada dua meja di sana… satu meja kami… satu meja lagi ada orang Jepang (expatriate) yang ditemani seorang perempuan Indonesia (escort? Nggak tahu ya… waktu itu lagi nggak mau mikir…).
Sambil menunggu makanan datang Igor yang waktu itu sedang kesengsem berat sama Monhal (Monika Halim) bercerita soal sms antara gadis itu dan dia. Setelah bosan cerita tentang sms-sms itu, kami berdua lalu meracau mencoba menterjemahkan ‘bebas’ bahasa Jepang di TV NHK yang ada di rumah makan itu ke bahasa Indonesia. ‘Terjemahan bebas’ kami ternyata menarik perhatian orang Jepang di meja sebelah yang kemudian menjelaskan apa yang sebenarnya ditayangkan di TV itu … hehehe… ya maap pak… saya ndak paham…
Waktu kami bicara dengan bapak dari Jepang itu dan mulai makan setelah pesanan kami datang, perempuan yang bersama orang Jepang itu kulihat beberapa kali mencuri-curi lihat kearah kami dengan pandangan curiga. Sepertinya dia mencoba untuk menebak-nebak hubunganku dengan Igor. Aku jelas terlihat jauh lebih tua dari Igor yang 14 tahun lebih muda. Aku dan Igor mungkin bisa masuk kategori ‘tante girang dan brondongnya’; hanya pakaian, jaket, tas ransel, mukaku yang apa adanya, dan topik obrolan kami yang super ngaco… tidak memungkinkan kami masuk kategori ini. Tapi ‘possibility’ itu masih ada...
So…
hal yang paling aku nikmati dari episode makan ini adalah kebingungan dan ketidakmengertian di wajah perempuan itu ketika ternyata kemudian Igor yang mengeluarkan dompet dan yang membayar makanan yang kami makan.
wkwkwkwkwkwk… what a life…
Ps
Aku juga tidak tahu kenapa kami makan di sana karena tadinya Igor bilang mau mentraktir aku minum kopi. Tapi berhubung aku kenal sifat Igor yang ‘go with the flow’ alias pergi kemana ‘angin berhembus’ ya aku nurut-nurut aja, lagian siapa juga orang waras yang nolak ditraktir di rumah makan itu *matre mode :on*.
Sambil menunggu makanan datang Igor yang waktu itu sedang kesengsem berat sama Monhal (Monika Halim) bercerita soal sms antara gadis itu dan dia. Setelah bosan cerita tentang sms-sms itu, kami berdua lalu meracau mencoba menterjemahkan ‘bebas’ bahasa Jepang di TV NHK yang ada di rumah makan itu ke bahasa Indonesia. ‘Terjemahan bebas’ kami ternyata menarik perhatian orang Jepang di meja sebelah yang kemudian menjelaskan apa yang sebenarnya ditayangkan di TV itu … hehehe… ya maap pak… saya ndak paham…
Waktu kami bicara dengan bapak dari Jepang itu dan mulai makan setelah pesanan kami datang, perempuan yang bersama orang Jepang itu kulihat beberapa kali mencuri-curi lihat kearah kami dengan pandangan curiga. Sepertinya dia mencoba untuk menebak-nebak hubunganku dengan Igor. Aku jelas terlihat jauh lebih tua dari Igor yang 14 tahun lebih muda. Aku dan Igor mungkin bisa masuk kategori ‘tante girang dan brondongnya’; hanya pakaian, jaket, tas ransel, mukaku yang apa adanya, dan topik obrolan kami yang super ngaco… tidak memungkinkan kami masuk kategori ini. Tapi ‘possibility’ itu masih ada...
So…
hal yang paling aku nikmati dari episode makan ini adalah kebingungan dan ketidakmengertian di wajah perempuan itu ketika ternyata kemudian Igor yang mengeluarkan dompet dan yang membayar makanan yang kami makan.
wkwkwkwkwkwk… what a life…
Ps
Aku juga tidak tahu kenapa kami makan di sana karena tadinya Igor bilang mau mentraktir aku minum kopi. Tapi berhubung aku kenal sifat Igor yang ‘go with the flow’ alias pergi kemana ‘angin berhembus’ ya aku nurut-nurut aja, lagian siapa juga orang waras yang nolak ditraktir di rumah makan itu *matre mode :on*.
Friday, September 10, 2010
Angel and Devil
There will be no angel without a devil...
so it says ...
That's why an angel will need a devil...
and a devil will need an angel...
to be complete...
There will be fight... numerous fights...
bloodshed, teardrops, heartbreaks ...
sorrow, misery, agony ...
but they are inseparable ...
forever ...
@48cool
so it says ...
That's why an angel will need a devil...
and a devil will need an angel...
to be complete...
There will be fight... numerous fights...
bloodshed, teardrops, heartbreaks ...
sorrow, misery, agony ...
but they are inseparable ...
forever ...
@48cool
Tuesday, September 7, 2010
Pesan Pendek Terakhir Untukmu
Aku berusaha menghubungimu pagi tadi
Seorang lain mengangkat telpon itu dan tiba-tiba berkata padaku, ‘Kau ingin tahu apa dia masih menginginkanmu? Dia bilang dia akan memikirkanmu sampai malam ini saja, tidak setelah itu.’
Aku ingin bertanya, ‘Kenapa?’
Namun koneksi telpon putus
Aku berusaha menghubungimu lagi
Tak juga tersambung
Kalau memang itu keputusanmu, aku tak akan mengusikmu lagi.
Aku hanya akan menulis pesan pendek padamu,
‘Thank you for everything :). Good bye :( .’
Pesan pendek terakhirku untukmu.
Seorang lain mengangkat telpon itu dan tiba-tiba berkata padaku, ‘Kau ingin tahu apa dia masih menginginkanmu? Dia bilang dia akan memikirkanmu sampai malam ini saja, tidak setelah itu.’
Aku ingin bertanya, ‘Kenapa?’
Namun koneksi telpon putus
Aku berusaha menghubungimu lagi
Tak juga tersambung
Kalau memang itu keputusanmu, aku tak akan mengusikmu lagi.
Aku hanya akan menulis pesan pendek padamu,
‘Thank you for everything :). Good bye :( .’
Pesan pendek terakhirku untukmu.
Thursday, September 2, 2010
Misuh = bebas
Di Aussie ini, yang paling kasihan (dalam hal ‘bahasa’) adalah English speaking people lho … Basically bahasa mereka adalah bahasa Inggris, bahasa yang dimengerti oleh banyak orang, jadi kalau mereka lagi ngomongin seseorang atau sesuatu yang bukan untuk konsumsi umum meskipun mereka bisik-bisik tetep aja orang bisa tahu mereka ngomong apa (aku nggak bermaksud nguping sih… tapi otomatis denger aja… lha piye??). On the other hand, orang-orang lain (non-English speaking people) yang berasal dari berbagai tempat lain di bumi ini ‘lebih beruntung’ karena mereka/kami bisa ngomong pake bahasa nasional dan/atau bahasa daerah masing-masing. Contohnya aku dan Goen yang bisa ngomong bahasa Jawa (yang jarang banget dimengerti sama orang di sini), bisa ngomong aneh-aneh (termasuk ngrasani orang) dan guyon pake bahasa Jawa tanpa ada orang tahu.
Uji coba pertama untuk membuktikan bahwa bahasa Jawa adalah bahasa ‘rahasia’, kami lakukan di halte bis di dekat Universitas waktu mau ke City buat jalan-jalan (tanpa anak-anak… :D…). Sambil menunggu bis, Goen cerita ttg temannya yg suka nggak nepati janji dan komentarku waktu itu ‘BYANGANE…!!!’ Goen tanya ke aku ‘kira-kira orang banyak yang ada di halte bis waktu itu ada yang tahu apa yg kami omongkan nggak ya?’ Aku jawab ‘kemungkinan besar mereka nggak ngerti karena tidak ada orang yang berwajah Melayu di halte itu. Cuma kalau kami ‘misuh-misuh’ (maki-maki) mereka pasti bisa menebak-nebak dari intonasi kami.’
Terus Goen uji coba dengan bilang ‘ASU…’ tapi dengan nada biasa… dan aku clingak clinguk ngeliatin ekspressi orang-orang di halte itu… ekspressi mereka lempeng aja…
Diteruskan dengan kata ‘DIANCUK…’ itu juga tidak mengubah ekspressi orang-orang itu… hehehe … Bahagianya karena bisa misuh-misuh tanpa ketahuan…
Oooopsss… have fun-nya harus berhenti karena bisnya datang …
Uji coba pertama untuk membuktikan bahwa bahasa Jawa adalah bahasa ‘rahasia’, kami lakukan di halte bis di dekat Universitas waktu mau ke City buat jalan-jalan (tanpa anak-anak… :D…). Sambil menunggu bis, Goen cerita ttg temannya yg suka nggak nepati janji dan komentarku waktu itu ‘BYANGANE…!!!’ Goen tanya ke aku ‘kira-kira orang banyak yang ada di halte bis waktu itu ada yang tahu apa yg kami omongkan nggak ya?’ Aku jawab ‘kemungkinan besar mereka nggak ngerti karena tidak ada orang yang berwajah Melayu di halte itu. Cuma kalau kami ‘misuh-misuh’ (maki-maki) mereka pasti bisa menebak-nebak dari intonasi kami.’
Terus Goen uji coba dengan bilang ‘ASU…’ tapi dengan nada biasa… dan aku clingak clinguk ngeliatin ekspressi orang-orang di halte itu… ekspressi mereka lempeng aja…
Diteruskan dengan kata ‘DIANCUK…’ itu juga tidak mengubah ekspressi orang-orang itu… hehehe … Bahagianya karena bisa misuh-misuh tanpa ketahuan…
Oooopsss… have fun-nya harus berhenti karena bisnya datang …
Subscribe to:
Posts (Atom)