Monday, April 21, 2014

Serpihan jiwa

Aku menawarkan padamu apa yang tak bisa kulakukan
Ketika tiba waktunya kau datang untuk menagih janjiku

Aku tak sanggup melihatmu
Tanpa melihatmu pun aku tahu apa yang kau lakukan
Kau berlutut dengan dua tangan terbuka didepan dada
Dua tangan dengan hatimu diatasnya
Memintaku untuk menerima hati itu

Bayangan rantai, pisau cukur, dan besi panas berkelebat di depanku
Aku bisa merasakan dinginnya rantai itu
Bahkan sebelum rantai itu mengikat tanganku
Aku bisa merasakan pedihnya kulit kepalaku
Bahkan sebelum rambut di kepala ini dicukur paksa
Aku bisa merasakan sakitnya luka bakar
Bahkan sebelum besi panas membara itu dicapkan di dada kiriku

Tidak…
Aku tak mau sakit
Tidak…
Aku tak mau menderita
Tidak…
Aku tak mau disalahkan

Aku tak mau melihatmu
Aku tak bisa menerima pemberianmu
Aku berdiri kaku kelu melantunkan kata ‘tidak’ dan ‘maaf’ ribuan kali
Aku membutakan mataku menulikan telingaku menumpulkan rasaku

Tapi aku tak mampu meninggalkanmu

Aku biarkan tubuh ini terkoyak perlahan
Hancur menjadi serpihan-serpihan kecil dan halus
Tak bernama tak berbekas
Ringan melayang tertiup angin
Terbang menjauh darimu dan hatimu

Kadang angin membawa sisa serpihanku di dekatmu
Aku bisa melihatmu
Aku bisa menyentuhmu
Aku bisa mendengar tawamu
Aku bisa merasakan airmatamu

Ada saatnya kau menyebut namaku
Ada saatnya kau memanggilku
Ada saatnya kau mengoyak hatimu
Hati yang tak pernah lagi kau simpan dengan baik
Hati yang kau biarkan liar menghancurkan banyak hati lain

Bahkan dalam bentuk serpihan pun aku harus membayar hutangku
Hutang yang tak pernah mau kubayar, hutang yang selamanya tak bisa kubayar

Aku tak punya mulut lagi untuk meminta maaf padamu
Aku tak punya mata lagi untuk menangis untukmu
Aku tak punya tangan lagi untuk memelukmu
Aku tak punya bibir lagi untuk mengecupmu
Aku tak punya hati lagi untuk mencintaimu

Aku merasa akulah yang salah
Aku merasa aku meninggalkanmu
Aku merasa aku menghancurkanmu

Kalaupun aku tetap harus membayar kesalahanku
Aku tak tahu lagi apa yang bisa aku lakukan
Serpihanku bukan abu burung phoenix yang membakar diri
Yang bisa menjelma kembali menjadi burung muda nan indah
Serpihanku adalah debu yang tak mungkin disatukan lagi

Belum cukupkan aku membayar kesalahanku dengan hancurnya diriku?
Kenapa kau masih menuntutku untuk bertanggung jawab terhadap hidupmu?

No comments: