"Arep tuku apa maneh?" tanya seorang bapak yang duduk di tangga turun sebuah supermarket.
Bapak itu berbaju abu-abu (atau coklat?) lusuh dengan peci yang sama lusuhnya.
Istrinya (asumsiku) yang memakai baju daster lusuh juga memandang bapak itu dengan pandangan ragu-ragu.
"Duite isih ana?" tanya perempuan itu.
Si bapak hanya senyum-senyum tanpa menjawab.
Dua anak, laki-laki dan perempuan, yang berdiri (dan berbaju lusuh) di dekat perempuan itu ikut memandang bapaknya (asumsiku juga) dengan pandangan harap-harap cemas.
Aku memandang sekilas ke tas plastik bermerek supermarket yang dibawa oleh si bapak.
Isi tas: 3 bendel buku tulis baru.
"Es teh wae pak," perempuan itu memutuskan.
Jlebbbb ... Untuk seorang yang hobi mampir beli kopi di gerai yang sering didatangi banyak orang karena alasan 'lifestyle,' jawaban perempuan tadi seperti menancapkan belati di hati.
Duh ... sering dengan tanpa alasan aku menghabiskan ratusan ribu hanya untuk sekedar makan atau minum atau keduanya. Karena aku tidak hobi beli produk fashion baru atau make-up baru, aku selalu bisa ngeles kalau dituduh konsumtif or hedonis. Kataku selalu, " Lha kan makan, minum itu kebutuhan manusia. Nggak makan dan minum, manusia bisa mati."
Jadi sekalipun aku bukan Muslim, di bulan Puasa tahun ini, sepertinya aku disentil sama Tuhan ...
Well, aku akan selalu ingat keluarga (berbaju lusuh) itu setiap kali aku berhasrat untuk makan atau minum yang berlebihan...
Monday, July 29, 2013
Monday, July 15, 2013
Separuh Jiwaku
Tahukah kamu bahwa aku menyukaimu
Kamu tak tahu bukan?
Bertahun aku menyukaimu, mengagumimu
Kamu adalah diriku yang tak pernah ada
Kamu lakukan hal-hal yang tak berani aku lakukakan
Kamu adalah bagian yang hilang dari hidupku
Sisi lain keping mata uang
Separuh jiwaku
Kamu tak tahu bukan?
Bertahun aku menyukaimu, mengagumimu
Kamu adalah diriku yang tak pernah ada
Kamu lakukan hal-hal yang tak berani aku lakukakan
Kamu adalah bagian yang hilang dari hidupku
Sisi lain keping mata uang
Separuh jiwaku
Subscribe to:
Posts (Atom)