Siapa bilang perempuan bebas menangis? Dari kecil aku diajari untuk tidak cengeng dan aku juga belajar dari perempuan-perempuan di sekitarku untuk tidak menangis bahkan ketika mereka kehilangan orang yang mereka cintai sekalipun. Ketika kakekku meninggal, nenekku tidak menangis. Waktu itu aku yang masih kecil berpikir mungkin nenekku tidak menangis karena dia sudah tua. Akan terasa lucu saja kalau dia yang sudah sangat tua menangisi suaminya yang meninggal. Terlalu romantis dan terlalu ‘lebay’ (?). Tapi yang aku tahu, setelah kematian kakekku, nenekku tidak meninggalkan rumah selama 8 tahun (kecuali sekali ketika pergi ke rumahku untuk menengok adik bungsuku yang lahir). Rasa kehilangan seperti apa dan sebesar apa ya… yang sanggup membuat seseorang tidak keluar dari rumah selama bertahun-tahun?
Bu dheku juga tidak menangis ketika anak laki-lakinya meninggal ketika masih sangat muda (19 tahun). Dia bahkan bilang, ‘Jangan menangis. Kalau kamu menangis, kasihan dia.’ Tapi sampai saat ini kamar anak laki-lakinya tetap dibiarkan kosong dan dibiarkan tetap seperti saat terakhir ditinggalkan oleh penghuninya. Dia juga masih tetap menengok makam anak laki-lakinya setiap hari.
Ibuku juga tidak pernah menangis, setidaknya tidak didepanku…