Buat yang sekarang di Sastra, di tahun 2010 ini, Taiko
Sastra udah nggak jadi nama yang asing di telinga lagi (semoga begitu deh)… n
moga2 ke depannya Taiko Sastra juga bisa terus eksis n bisa lebih berkembang
lagi dari bentuknya yang awalnya cuma sederhana.
Taiko tuh apa sih? Cek aja di Google.com ya… karena
keterangannya bisa panjang lebar. Intinya ini sebenarnya kesenian dengan tambur
besar (kendang besar) dari Jepang.
Bedanya dengan Taiko yang asli Jepang, Taiko yang Sastra
Unika punya khas… TAIKO VAN JAVA (nama itu ditulis oleh Igor di external
hardiskku, di bagian folder yang berisi rekaman Taiko Sastra Unika). Yup… benar
… TAIKO VAN JAVA… karena ada gabungan antara gamelan sama pukulan Taiko model
Jepang dalam pementasannya.
Kenapa aku bilang ‘pukulan Taiko model Jepang’ dan bukan
‘tambur or kendang’? Itu karena (hehehe… aku jawab sendiri…) … kita nggak pake
tambur/kendang Jepang tapi pake kendang Jawa yang dipukul pake pemukul ‘drum’
modern.
Kok ada kesenian yang alat musik-nya kocar-kacir begini?
Yah… itulah… karena Sastra Unika lebih menghargai kreatifitas ditengah
keterbatasan daripada menyerah pada keterbatasan… (pinter kan ngeles-nya?).
Kreatifitas ini sangat-sangat nggak boleh dilepas dari peran
Bapak EDY PURSUBARYANTO (dosen Fakultas Ilmu Budaya UGM) dan mbak MAYA WALTON (siswa
pertukaran budaya dari Amerika) yang sudah dengan sangat ‘genius’
mengkolaborasikan pukulan Taiko Jepang dan gamelan. Kolaborasi pukulan Taiko,
gamelan, dan tarian Jawa oleh mbak Maya, Pak Edy dan putra pak Edy yang penari
(?) ini sempat pentas di Festival Budaya di Malaysia.
Pak Edy inilah yang dengan halus dan santun berhasil memaksa group gamelan NIKIMUZIEKU
mengiringi mbak Maya dan pak Edy bermain ‘Taiko’ pada pembukaan pementasan WAYANG
5 BAHASA DI SASTRA TANGGAL 12 JUNI 2009 (ini catatan sejarah… hahaha…
penting!!!).
Memaksanya begini. Sebagai seksi acara aku harus memastikan
kesiapan tim2 yang akan pentas wayang. UGM, Semata Wayang, akan tampil sebagai
‘guest star’ … so sehari sebelum hari H aku menghubungi pak Edy. Di
tengah-tengah percakapan yang memakai bahasa Jawa halus, pak Edy berkata,’
“Mbak, mangke kangge acara pembukaan, mbak Maya Walton,
saking Amerika, saged ngisi Taiko.”
“Oh… ngaten nggih pak… Taiko punika menapa?” tanyaku sambil
mencatatnya di buku acara.
“Ah… punika gampil kok mbak. Mangke rencang-rencang saking
Unika ingkang ngiringi ngangge gamelan.”
“Wahh pak, punapa saged? Dereng nate ngertos lan latihan?”
kataku mencoba menghindar.
“Latihan sekedhap mawon saged kok. Punapa malih rak
rencang-rencang Unika sampun biasa nabuh,” kata pak Edy halus.
GLODAK… GLUBRAK… TUEEENGGGG… rasanya kaya’ dipukul pake
botol isi ulang Aqua yang berisi penuh air… rasanya mau muntah dan pusing…
nyut…nyut…
PUJIAN dan TANTANGAN yang disampaikan dengan ‘sempurna’.
Aku menerima tantangan itu bukan sebagai ‘ike’ yang selalu
tidak pernah berkata tidak terhadap tantangan, tapi karena bahasa Jawa halusku
terbatas untuk bisa ‘mengeyel’… :D
Walhasil, malam sebelum pentas wayang… setelah gladi resik
semua pertunjukan Wayang yang akan tampil… kami para penabuh gamelan ber- ‘HARAKIRI’
berlatih ‘BINDRI’ … lagu yang akan dipakai kolaborasi dengan pukulan Taiko mbak
Maya setelah sebelumnya mbak Maya dan Pak
Edy memberi pengantar pendek tentang Taiko…
Betul-betul tantangan tersendiri… apalagi ritme-nya makin
lama makin cepat sesuai dengan pukulan mbak Maya… koordinasi tangan, mata,
telinga jadi kacau beliau… chaotic banget pokoknya… nggak jelas main gamelan
apa ‘ngamuk’ gamelan…
Tanyakan pada saksi mata dan saksi hidup para pemain gamelan
saat itu (ocha, inez, anita, ayu, bunga, shinta irawan, etta, rina, yona),
komentarnya pasti macam-macam… ada yang mukul ngawur, ada yang terus bengong,
ada yang gamelan-sync (plesetan dari Lip-sync), Thanks God ada pak DALMIRI yang
memainkan gamelan dengan sungguh sempurna, cepat, canggih dan menutupi
kekurangan yang lain. Yang jelas begitu satu sesi selesai, semua pemain ambruk
di atas alat masing2… FIUUUHHH…
Dari acara pembukaan Wayang 5 Bahasa itulah Taiko Sastra
berkembang…
Ps.
Special-very special thanks buat Pak Edy dan mbak Maya
Walton yang sudah memberi ide buat Taiko Sastra Unika…
Dan satu lagi thanks berat buat BU HENY yang sudah
memperkenalkan Sastra dengan Pak Edy… kapan kita bertandang ke Yogya dan ‘jam
session’ wayang dengan anak-anak Semata Wayang UGM bu?
Ke pak TR juga yang sudah saya bingungkan untuk mencari
notasi ‘Bindri’
No comments:
Post a Comment