Ini episode makan yang melibatkan diriku, Danty (lagi), dan Anton. Aku tidak terlalu lapar waktu itu tapi aku tahu kalau aku harus makan (aku tipe orang yang kalau ‘underpressure’ tidak doyan makan), jadi aku memutuskan untuk keluar makan. Karena di ruanganku ada 2 mahasiswa maka aku mengajak kedua mahluk itu pergi makan. Sudah menjadi kebiasaanku kalau mengajak makan mahasiswa, mereka sudah pasti harus bayar sendiri karena aku kan bukan dompet berjalan. Kami memutuskan untuk makan di warung mie ayam di daerah Sampangan mengingat budget Danty dan Anton sangat cekak.
Sampai di warung itu aku, Danty, dan Anton memesan semangkok mie dan segelas es teh. Sambil menunggu pesanan Anton curhat kalau dia sudah 3 hari tidak makan dengan ‘proper’ dan Danty bercerita kalau uang yang dia bawa adalah uang terakhirnya. Ketika pesanan datang, dengan sekali tarikan nafas Anton menghabiskan mie ayamnya. Danty menyusul kemudian. Aku masih menikmati mie-ku dengan perlahan.
Aku memang terlahir dengan tongkrongan gahar namun dengan hati yang sensitive karenanya ketika aku melihat betapa cepat mereka menghabiskan makanan, di lubuk hatiku yang paling dalam aku tahu kalau mereka lapar. Aku tak sanggup melihat mereka memandangi makananku yang baru separo habis. Karena itu aku dengan prihatin (plus demi menjaga keutuhan makananku) menawarkan ke mereka, ‘Kalian mau nambah lagi? Kalau iya, aku yang bayar kekurangan uangnya deh.’
Gayung bersambut, mereka setuju untuk memesan lagi. Jadi mereka memesan untuk round ke-2, Anton dengan menu yang sama Danty memesan bakso.
Round kedua sudah terlalui dengan sukses dan aku sudah menghabiskan makananku ketika Anton tiba-tiba berkata, ‘Siji maneh ya??? Nanggung nih …’ Kepalang basah, aku mengiyakan. Jadilah ada round ketiga untuk Anton.
Aku salah mengajak teman makan rupanya… mereka bukan orang … mereka tempat sampah …
No comments:
Post a Comment