Pada suatu masa, seorang gadis kecil mencintai hujan
Dia membiarkan titik-titik air menyentuh mata, pipi, bibir, dan seluruh tubuhnya
Dia mencintai segar yang meruap dan menghalau kering
Dia menyukai bau tanah beraroma khas yang terbasahi hujan
Dia suka menengadahkan telapak tangannya untuk menampung curahan air dan mereguknya
Dia tertawa gembira dimandikan bidadari langit
Berlari, bermain riang di kubangan air
Menari dalam bius senyap alam di saat hujan… tanpa bunyi lain… hanya nyanyian air menyentuh bumi
Jika hujan sudah lelah bermain dengannya
Gadis kecil itu membiarkan hujan beristirahat
Dengan berselimutkan baju hangat tipis serta bertemankan segelas susu putih hangat dan aroma minyak kayu putih di tubuhnya,
Dia melihat keluar jendela
Memandang tetes sisa teman hujannya sambil berguman: “Sampai ketemu lain kali teman, aku akan menunggumu untuk menemaniku lagi.”
…
Perempuan itu berdiri memandang hujan di luar jendela
Dengan secangkir kopi hitam panas di tangannya
Dia membenci hujan
Hujan menghilangkan warna dunia; hanya hitam, putih, abu-abu yang tersisa
Hujan menghentikan kehidupan, membelenggu jiwa
Tetas-tetes air yang jatuh mencium tanah memercikkan lumpur kotor ke segala arah
Tak ada lagi orang lalu lalang, semua orang menghilang
Tak ada lagi bunyi-bunyi lain, semua dilibas tangis sedih langit yang membekukan hati
Perempuan itu berpaling dan pergi menjauhi jendela
…
Dia yang pernah sangat mencintai hujan …
No comments:
Post a Comment