"Arep tuku apa maneh?" tanya seorang bapak yang duduk di tangga turun sebuah supermarket.
Bapak itu berbaju abu-abu (atau coklat?) lusuh dengan peci yang sama lusuhnya.
Istrinya (asumsiku) yang memakai baju daster lusuh juga memandang bapak itu dengan pandangan ragu-ragu.
"Duite isih ana?" tanya perempuan itu.
Si bapak hanya senyum-senyum tanpa menjawab.
Dua anak, laki-laki dan perempuan, yang berdiri (dan berbaju lusuh) di dekat perempuan itu ikut memandang bapaknya (asumsiku juga) dengan pandangan harap-harap cemas.
Aku memandang sekilas ke tas plastik bermerek supermarket yang dibawa oleh si bapak.
Isi tas: 3 bendel buku tulis baru.
"Es teh wae pak," perempuan itu memutuskan.
Jlebbbb ... Untuk seorang yang hobi mampir beli kopi di gerai yang sering didatangi banyak orang karena alasan 'lifestyle,' jawaban perempuan tadi seperti menancapkan belati di hati.
Duh ... sering dengan tanpa alasan aku menghabiskan ratusan ribu hanya untuk sekedar makan atau minum atau keduanya. Karena aku tidak hobi beli produk fashion baru atau make-up baru, aku selalu bisa ngeles kalau dituduh konsumtif or hedonis. Kataku selalu, " Lha kan makan, minum itu kebutuhan manusia. Nggak makan dan minum, manusia bisa mati."
Jadi sekalipun aku bukan Muslim, di bulan Puasa tahun ini, sepertinya aku disentil sama Tuhan ...
Well, aku akan selalu ingat keluarga (berbaju lusuh) itu setiap kali aku berhasrat untuk makan atau minum yang berlebihan...
2 comments:
nyetarbak yuk madam
*ajakan setan hedonis*
hakakkakaka
nice one madam...aq pun kadang kepikir kaya madam loo...wkwkkwkwkw
yuuukkkk ...
hehe ...
nggaklah... sampe nti udah nggak terlalu inget lagi sama keluarga itu ... baru mungkin aku bisa ngopi lagi ...
Post a Comment