A talk over two bottles of beer
“Sudah
lama ya … ”
“Hampir
tiga tahun?”
Kau
dan aku duduk di pagar di pinggir jalan, masing-masing menikmati sebotol
(kecil) bir, melihat kendaraan dan orang-orang yang lewat di depan kita. Aku
melihat ke arahmu. Kau tiba-tiba menoleh ke arahku. Menangkap basah
aku yang sedang memandangmu.
“Kamu
ngeliatin aku?”
“He
eh.”
Aku
tak bisa berkata lain. Kau tertawa dan kembali melihat ke jalan. Aku menekuri
trotoar di depanku.
“Dulu
kita selalu punya hal yang diomongkan.”
“Mungkin
sekarang kita udah nggak nyambung.”
Kita
terdiam. Aku berusaha mencari sesuatu yang bisa aku ceritakan ke kamu tapi tak
ada ide yang muncul. Aku mulai frustasi. Aku menengok ke arahmu waktu kau
bilang sesuatu.
“Aku
pikir kamu ngeliatin aku lagi.”
“Enggak tuh.”
Kau
diam menatapku.
“Tahun
depan …”
Kau
tak menyelesaikan kalimatmu. Aku mengangguk.
“Aku
tahu.”
Kau
diam dan meminum bir-mu pelan-pelan. Aku memainkan botol kosongku.
“Kamu
nanti nyanyi ya?”
“Apa?
Someone Like You*?”
“Huh???”
“Mikir
kawinan, yang lewat lagu itu.”
Kau
tertawa pelan. Aku nyengir. Aku bersyukur kau tidak tersedak. Aku menelan lagi
kata-kata yang nyaris aku ucapkan, “Ketawamu sexy .... .” Suaramu dalam dan
berat apalagi kalau terpaksa tertawa seperti barusan.
“Kenapa?”
“Kenapa
apa?”
“Ya.
Kenapa?”
“Oh.
Itu… Aku egois, mungkin. But I can be faithful, you know.”
“Mmm.. .”
“Forget
it.”
Dan
aku mulai mengumankan lagu kesayanganku: “My Skin, My blood, My devil, My God, My
freedom is what You see.**” Kau melihat ke arahku. Aku meleletkan lidahku.
“Kamu
banget.”
“Makanya,
I’ll be ok.”
Kau
mendekatkan botol birmu ke botolku.
“Cheers!”
“Cheers!”
Kau
dan aku kembali memandangi kendaraan dan orang-orang yang lewat.
*Someone
Like You-nya Adele
**Lagunya
Brainstorm-Maybe
***Untuk
temanku minum bir
***I
have to be ready to let you go when the time comes, don’t I?***
No comments:
Post a Comment