Hari itu aku dan Igor sama-sama ke gedung Mikael (Rektorat). Aku ke Lemlit di lantai IV untuk laporan tentang penelitianku, Igor ke BAAK di lantai II untuk mendaftar wisuda. Waktu aku sudah selesai dengan laporanku, aku turun untuk pulang. Aku melihat Igor masih di depan counter antara BAAK dan BAK, sibuk mencari-cari sesuatu di kantongnya.
Aku dekati dia dan bertanya, ‘Sudah selesai daftar? Kamu cari apa?’
Dia menjawab, ‘Ini mau ngambil formulir wisuda. Kata Mas-nya harus bayar 300. Aku cuma punya 200.’ Dia memperlihatkan koinnya padaku.
‘Bayar 300 untuk formulir wisuda? Apa iya Universitas semiskin itu dan se-matre itu sampai formulir wisuda saja harus bayar?’ pikirku.
Aku diam sebentar. Tiba-tiba aku mendapat pencerahan.
‘Igor, 300 itu bukan untuk beli formulir wisuda. Mas-nya bilang 300 itu maksudnya 300 ribu untuk bayar wisuda,’ kataku.
Aku menduga kemungkinan besar percakapan yang terjadi adalah seperti ini:
Igor: Mas, mau daftar wisuda.
BAAK: Formulirnya ada disana (sambil mungkin menunjukkan kotak di pojok counter.)
Igor: Bayarnya berapa mas? (merujuk pada formulir)
BAAK: 300. (merujuk pada biaya wisuda)
No comments:
Post a Comment